Doa Sang Katak

oleh Anthony de Mello SJ

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota


BERHATI-HATILAH

Imam mengumumkan, bahwa Yesus Kristus sendiri akan datang di Gereja Minggu berikutnya. Umat datang berbondong-bondong untuk melihat Dia. Setiap orang mengharapkan Ia akan berkhotbah, tetapi Ia hanya tersenyum, ketika diperkenalkan dan berkata: "Selamat." Setiap orang mau menerima-Nya untuk bermalam, khususnya imam, tetapi Ia menolak dengan sopan. Ia berkata, Ia semalam mau tinggal di gereja. Memang wajar, pikir mereka semua.

Ia menghilang esok harinya, sebelum pintu gereja dibuka. Dan, ngeri rasanya, imam dan umat menemukan gereja porak-poranda. Tertulis di mana-mana pada dinding satu kata WASPADA. Tak ada bagian gereja yang terlewatkan, pintu dan jendela, pilar dan mimbar, altar. Bahkan pada Kitab Suci di atas mimbar: WASPADA. Coret-coret dengan huruf besar dan kecil, dengan pensil dan pena dan cat dalam berbagai warna. Ke mana mata memandang, orang bisa membaca. "WASPADA," waspada. Waspada, WASPADA, waspada, waspada.

Menjengkelkan. Buat marah. Mengacau. Menggelitik. Menakutkan. Mereka diandaikan harus waspada apa? Itu tidak dikata. Hanya dikatakan, WASPADA. Dorongan pertama umat mau menghapus tiap bekas pengotoran ini, ini penghojatan. Mereka tertahan berbuat begitu, hanya karena pemikiran, bahwa Yesus sendiri yang melakukan perbuatan itu.

Kini kata misterius WASPADA mulai meresap dalam pemikiran umat, setiap kali mereka masuk gereja. Mereka mulai waspada terhadap Kitab Suci, hingga mereka bisa mengambil manfaat dari Kitab, tanpa jadi fanatik. Mereka jadi waspada terhadap sakramen, jadi mereka disucikan tanpa jatuh dalam kesia-siaan. Imam mulai waspada terhadap kekuasaannya atas umat, maka ia bisa menolong tanpa menguasai. Dan setiap orang jadi waspada terhadap agama, yang membuat orang tanpa sadar menjadi munafik. Mereka jadi waspada terhadap Hukum Gereja, lalu jadi patuh pada hukum, tetapi berbelaskasih terhadap si lemah. Mereka mulai waspada terhadap doa, hingga mereka berhenti mengandalkan diri sendiri. Mereka bahkan waspada terhadap pengertian mereka tentang Allah, maka mereka mengenali-Nya juga di luar batas-batas kesempitan Gereja sendiri. 

Sekarang mereka malah menuliskan kata haram itu pada pintu masuk gereja dan kalau anda lewat di waktu malam. Anda melihatnya gemerlapan di atas gereja dalam terang lampu neon berwarna-warni. 

(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team