|
PUTRA SEORANG RABBI MENJADI
KRISTEN
Rabbi Abraham hidup sebagai teladan. Dan ketika tiba
waktunya, ia meninggalkan dunia ini, diiringi puji berkat
jemaahnya, yang telah menganggap dia sebagai orang suci dan
sumber penyebab utama semua berkat, yang mereka terima dari
Tuhan.
Tidak lain di seberang sana, sebab para malaikat keluarga
menyongsong dia dengan sambutan puji-pujian. Selama pesta
itu rabbi nampak menunduk dan sedih. Ia memegang kepala di
tangannya dan tidak mau dihibur. Ia akhirnya dibawa di
hadapan Tahta Pengadilan, di mana ia merasa diliputi
Cintakasih agung yang tanpa batas dan ia mendengar Suara
lembut-mesra tiada taranya berkata, "Apakah yang membuat
engkau sedih, putraku?"
"Tuhan Yang Tersuci," jawab rabbi, "Aku tidak layak akan
semua kehormatan, yang dilimpahkan padaku ini. Meski aku
dianggap teladan bagi umat, tentu ada sesuatu yang keliru di
dalam hidupku, sebab anakku tunggal, tak perduli teladan dan
ajaranku, meninggakan kepercayaan kami dan menjadi seorang
Kristen."
"Jangan ini merisaukan engkau, anakku. Aku tahu betul
bagaimana perasaanmu, sebab aku punya anak, yang berbuat hal
yang sama."
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|