PERJANJIAN BARU JUGA MEMBENARKAN
Baptis Bertentangan Dengan Yesus
Pada Perjanjian Baru, kita temukan bahwa orang-orang
Yahudi masih mengharapkan terpenuhinya ramalan "Seorang
seperti Musa", lihat Yohanes 1:19-25. Ketika Yesus
menyatakan sebagai Mesias dari orang-orang Yahudi, mereka
mulai bertanya dimana Elia? Orang-orang Yahudi mempunyai
sebuah ramalan paralel bahwa sebelum kedatangan Mesias, Elia
harus datang terlebih dahulu pada kedatangannya yang kedua.
Yesus menyatakan kepercayaan Yahudi ini:
"... Memang Elia akan datang dan memulihkan
segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu, 'Elia sudah datang,
tetapi orang tidak mengenal dia', ... Pada waktu itu
mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang
Yohanes Pembaptis." (Injil - Matius 17: 11-13)
Menurut Perjanjian Baru, bangsa Yahudi bukanlah
orang-orang yang menerima begitu saja kata-kata siapa pun
yang akan menjadi Mesias. Dalam penyelidikannya mereka
mengalami kesulitan yang hebat dalam menemukan Mesias yang
benar. Dan, kitab Yohanes menyatakan, "Dan inilah kesaksian
Yohanes," (pembaptis) "Ketika orang Yahudi dari Yerusalem
mengutus beberapa imam dan orang orang Lewi kepadanya untuk
menanyakan dia, 'Siapakah engkau?' Ia mengaku dan tidak
berdusta, katanya, Aku bukan Mesias'." (Hal ini wajar karena
tidak mungkin ada 2 Mesias pada saat bersamaan. Jika Yesus
adalah Mesias maka Yohanes tidak mungkin Mesias!)
Dan, mereka bertanya kepadanya, "Kalau begitu, siapakah
engkau? Elia?"
Dia menjawab, "Bukan!"
Di sini Yohanes Pembaptis bertentangan dengan Yesus!
Yesus menyatakan bahwa Yohanes adalah Elia dan Yohanes
menyangkal bahwa dia adalah yang dimaksud oleh Yesus. Satu
dari dua (Yesus atau Yohanes) dilarang Tuhan! Benar-benar
tidak berbicara kebenaran. Pada kesaksian Yesus sendiri,
Yohanes Pembaptis adalah nabi terbesar bangsa Israel:
Aku berkata kepadamu, "Sesungguhnya di antara
mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil
seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis ..."
(Injil - Matius 11: 11)
Kita umat Islam mengetahui bahwa Yohanes Pembaptis adalah
Nabi Yahya Alaihis-salam. Kita memuliakannya sebagai nabi
yang benar dari Allah. Nabi Suci Yesus, kita kenal sebagai
Isa Alaihis-salam, dia juga dimuliakan sebagai utusan yang
hebat dari Yang Maha Kuasa. Bagaimana kami umat Islam
menyatakan salah satu dari mereka berbohong? Kita tinggalkan
masalah antara Yesus dan Yohanes agar dipecahkan oleh umat
Kristen, karena kitab suci mereka mengandung banyak ketidak
sesuaian yang telah mereka sembunyikan sebagai "pernyataan
gelap tentang Yesus". Kami umat Islam sangat tertarik dengan
pertanyaan terakhir yang ditujukan kepada Yohanes Pembaptis
oleh orang-orang Yahudi, "Engkaukan Nabi itu? Dia menjawab,
"Bukan!" (Injil - Yohanes 1: 21)
Tiga Pertanyaan
Silahkan perhatikan bahwa terdapat 3 pertanyaan yang
jelas dan berbeda, ditujukan kepada Yohanes Pembaptis dan 3
buah jawaban "tidak" yang tegas dari Yohanes. Sebagai
ikhtisar:
- Apakah engkau Mesias?
- Apakah engkau Elia?
- Apakah engkau nabi itu?
Tetapi umat Kristen yang berpengetahuan, entah bagaimana
hanya melihat 2 pertanyaan diterapkan di sini.Untuk
menjelaskan keragu-raguan bahwa orang-orang Yahudi
benar-benar mempunyai tiga ramalan terpisah dalam fikiran
mereka ketika mereka menanyai Yohanes Pembaptis. Mari kita
baca bantahan orang-orang Yahudi, pada ayat-ayat berikut: .
"Mereka bertanya kepadanya, katanya, 'Mengapa
engkau membaptis, jika engkau bukan Mesias, bukan Elia dan
bukan nabi itu?" (Injil - Yohanes 1: 25)
Orang-orang Yahudi sedang menunggu terpenuhinya 3 ramalan
yang jelas: Pertama, kedatangan Mesias. Kedua, kedatangan
Elia dan ketiga, kedatangan nabi itu.
"Nabi Itu"
Jika kita lihat Injil manapun yang mempunyai indeks atau
referensi silang, maka kita akan menemukan dalam catatan
pinggir pada halaman dimana kata-kata "Nabi Tersebut" atau
"Nabi Itu" dalam Yohanes 1: 25 bahwa kata-kata ini mengacu
pada ramalan di ulangan 18:15 dan 18. Dan, bahwa "Nabi Itu"
- "Nabi Seperti Musa" - 'Like unto Thee' telah dibuktikan
dengan bukti yang berlimpah bahwa Ia itu adalah Muhammad dan
bukan Yesus!
Kami umat Islam tidak menyangkal bahwa Yesus adalah
"Mesias", yang diterjemahkan sebagai "Kristus". Kami tidak
mempertentangkan "ribuan dan satu ramalan" yang banyak
dikatakan umat Kristen pada Perjanjian Lama yang meramalkan
kedatangan Mesias. Apa yang kami katakan adalah Ulangan
18:18 tidak mengacu pada Yesus tetapi itu adalah sebuah
ramalan yang jelas tentang Nabi Suci Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam.
Dominee, dengan sangat sopan berpisah dengan saya sambil
mengatakan bahwa ini adalah diskusi yang sangat menarik dan
dia akan sangat senang jika suatu hari saya datang dan
berbicara kepada jamaahnya dengan tema tersebut. Satu
setengah dasawarsa telah berlalu sejak itu, tetapi saya
masih tetap menunggu hak tersebut. Saya yakin Dominee
bersungguh-sungguh sewaktu dia menawarkan, tetapi dia
mungkin keras kepala dan siapa yang mau kehilangan
domba-dombanya?
Ujian Pahit
Kepada domba-domba kristus saya berkata, "Mengapa tidak
menerapkan ujian pahit yang Tuhan kehendaki sendiri agar
diterapkan kepada siapa saja yang akan menjadi penuntut
kenabian?" Dia telah berkata: "Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari
semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah
setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang
pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik ...
dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Injil - Matheus
7: 16-20).
Mengapa Anda takut menerapkan uji coba ini terhadap
ajaran Muhammad? Kamu akan mendapatkan dalam Perjanjian Lama
Tuhan --Kitab Suci Al-Qur'an-- pemenuhan ajaran Musa dan
Yesus yang benar, yang akan membawa kebahagian dan kedamaian
yang diinginkan kepada dunia. "Jika seorang manusia seperti
Muhammad dianggap kediktatoran dunia modern, dia akan
berhasil memecahkan masalah-masalah yang akan membawa dunia
kepada kedamaian dan kebahagiaan yang dibutubkan." (George
Bernard Shaw)
Yang Teragung
Majalah mingguan "TIME" edisi 15 Juli 1974 memuat
opini-opini pilihan dari sejumlah sejarawan, penulis, kaum
militer, pengusaha dan lainnya tentang masalah-masalah:
"Siapa pemimpin besar dalam sejarah?" Beberapa mengatakan,
Hitler; lainnya mengatakan, Gandhi, Budha, Lincoln dan yang
disenangi lainnya. Tetapi Jules Masserman, seorang
psikoanalis Amerika, membuat batas yang tegas dan memberi
kriteria yang benar untuk menilai.
Dia berkata, "Pemimpin harus memenuhi 3 fungsi:
- Menyediakan petunjuk yang mensejahterakan,
- Menyediakan sebuah organisasi sosial di mana rakyat
merasa relatif aman, dan
- Menyediakan mereka satu set keyakinan."
Dengan 3 kriteria di atas dia meneliti sejarah dan
menganalisanya: Hitler, Pasteur, Caesar, Musa, Confucius dan
banyak lagi dan akhirnya menyimpulkan:
"Orang-orang seperti Pasteur dan Salk adalah pemimpin
pada pengertian pertama. Orang-orang seperti Gandhi dan
Confucius pada satu sisi serta Alexander, Caesar dan Hitler
pada sisi lain adalah pemimpin pada pengertian yang kedua
dan mungkin yang ketiga. Yesus dan Budha hanya masuk pada
kategori ketiga saja. Boleh jadi pemimpin terbesar sepanjang
masa adalah Muhammad, seorang yang menggabungkan ketiga
fungsi tersebut, sedangkan untuk tingkatan yang lebih rendah
adalah Musa."
Berdasarkan standar obyektif yang dibuat Profesor
Universitas Chicago, yang saya yakin adalah seorang Yahudi,
Yesus dan Budha tidak termasuk dalam gambaran
"Pemimpin-pemimpin besar umat manusia", tetapi dengan sebuah
kebetulah yang aneh, grup Musa dan Muhammad bersama-sama
menambah bobot lebih jauh terhadap argumen bahwa Yesus tidak
seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa: Ulangan 18: 18
Like unto Thee -Seperti Musa!
Yang terhormat Pendeta James L. Dow dalam Collins
Dictionary of the Bible memberi bukti lebih jauh, bahwa
Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa:
"Sebagai negarawan dan pemberi hukum, Musa adalah pencipta
orang-orang Yahudi. Dia menemukan percampuran yang tidak
tepat dari bangsa Semit, tidak ada satu pun dari ...
"Satu-satunya orang dalam sejarah yang dapat dibandingkan
kepadanya adalah Muhammad." (Pendeta James L. Dow)
Sebagai kesimpulan, saya akhiri dengan sebuah kutipan
dari seorang pendeta Kristen, komentator Injil, yang
kemudian diikuti perkataan Tuhannya:
"Kriteria utama dari nabi yang benar adalah karakter
moral pengajarannya." (Prof. Dummelow )
"Dari buahnya kita akan mengetahui mereka." (Yesus
Kristus)
Marilah Kita Bermusyawarah Bersama-sama
"Katakanlah, 'Hai Ahli kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah
kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu
pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang
Iain sebagai sesembahan selain Allah'. Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)'." (QS.
Ali 'Imran:64)
"Ahli kitab" adalah sebutan penghormatan yang diberikan
kepada orang-orang Yahudi dan Kristen di dalam Kitab Suci
Al-Qur'an. Di sini umat Islam diperintahkan untuk mengajak
-"Hai Ahli kitab!"- Hai orang-orang yang berilmu! Hai
orang-orang yang menyatakan sebagai penerima wahyu, kitab
suci; Marilah bermusyawarah bersama-sama mencapai konsep
yang sama - "bahwa kita beribadah tidak kepada yang lain
kecuali Allah, karena tidak ada selain Allah yang layak
untuk disembah, bukan karena" ...Tuhan, Allahmu, adalah
Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan Bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan ketiga dan keempat dari
orang-orang yang membenci Aku." (Injil - Keluaran 20:5)
Tetapi karena dia Tuhan dan pemberi harapan kita, penyusun
dan pendukung kita, patut untuk semua pujian, doa dan
ketaatan.
Secara abstrak orang-orang Yahudi dan Kristen akan setuju
terhadap ketiga hal di dalam ayat Al Qur'an itu. Dalam
prakteknya mereka gagal. Terlepas dari penyelewengan ajaran
dari kesatuan atas satu Tuhan yang benar (Allah Subha-nahu
wa Ta'ala) ada pertanyaan tentang kependetaan suci, (hal ini
juga diturunkan di antara kaum Yahudi), seperti jika seorang
manusia belaka --Cohen, atau Paus, atau Pendeta, atau
Brahma-- dapat menyatakan keunggulan terpisah dari
pengetahuan dan kemurnian hidupnya, atau dapat berdiri di
antara manusia dan Tuhan dalam beberapa pengertian khusus.
Islam tidak mengenal kependetaan.
Keyakinan Islam diberikan kepada kita di sini dalam
sebuah bentuk singkat:
"Katakanlah (hai orang orang mu'min), 'Kami
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami,
dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak,
Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa
dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari
Rabbnya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara
mereka dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya'." (QS.
Al-Baqarah: 136).
Posisi umat Islam jelas. Seorang Muslim tidak menyatakan
mempunyai sebuah agama khusus untuk dirinya sendiri. Islam
bukanlah agama suatu golongan atau etnis. Dalam pandangannya
semua agama adalah satu, karena kebenaran adalah satu: Islam
adalah agama yang sama dengan agama yang telah disampaikan
oleh nabi-nabi terdahulu. (QS. Asy-Syuura: 13). Semua
kitab-kitab tersebut mengajarkan kebenaran. Intinya adalah
kesadaran akan kehendak dan rencana Allah serta ikhlas dalam
ketaatan atas rencana itu. Jika seseorang menginginkan
sebuah agama selain itu, dia menyalahi kodratnya, dan
menyalahi keinginan dan rencana Allah. Seperti tidak seorang
pun dapat mengharap petunjuk, padahal ia dengan pertimbangan
mendalam telah meninggalkan petunjuk.
|