ANCAMAN ISLAM
Mitos atau Realitas

oleh John L. Esposito

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |

 

PERANG SALIB                                           (1/2)
 
Beberapa   peristiwa   mempunyai   pengaruh    yang    lebih
menggetarkan  dan  tahan  lama  pada hubungan Muslim-Kristen
daripada Perang Salib. Dua  mitos  meliputi  persepsi  Barat
mengenai  Perang  Salib:  pertama, kemenangan Kristen; kedua
bahwa Perang Salib  itu  dilakukan  hanya  untuk  pembebasan
Yerusalem.  Bagi banyak orang Barat, fakta-fakta khusus yang
menyangkut Perang Salib hanya diketahui secara samar-samar.[1]
Sebenarnya  banyak orang tidak mengetahui siapa yang memulai
peperangan itu, mengapa berperang, atau bagaimana peperangan
itu  dimenangkan. Bagi kaum Muslim, kenangan mengenai Perang
Salib itu tetap hidup, yang merupakan contoh Kristen militan
paling  jelas,  pertanda  awal agresi dan imperialisme Barat
Kristen, kenangan yang hidup akan  permusuhan  awal  Kristen
terhadap  Islam.Jika  banyak  orang menganggap Islam sebagai
agama pedang, maka kaum  Muslim  selama  berabad-abad  telah
membicarakan  ambisi  dan  mentalitas  Tentara  Salib Barat.
Karena itu, untuk hubungan  Muslim-Kristen,  hal  itu  bukan
merupakan masalah mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam
Perang Salib melainkan bagaimana hal-hal tersebut diingat.
 
Perang Salib (Crusades), yang namanya diambil  dari  "Cross"
(Crux  dalam  bahasa  latin),  merupakan  delapan  ekspedisi
militer yang terjadi sejak abad ke-11 hingga 13 yang membuat
orang-orang  Kristen  (tentara Kristen Franks) melawan Islam
(tentara Muslim Saracens). Abad ke-11 ditandai sebagai  saat
yang menentukan dalam hubungan Barat dengan dunia Islam.
 
Hingga   tahun   1000,   Barat   merupakan   daerah  miskin,
terbelakang, dan buta huruf. Mereka mempertahankan diri dari
serangan  bangsa barbar yang terjadi di darat dan di laut...
Selama empat abad, Islam mengalami  kedamaian  dan  keamanan
intern,  sehingga  mampu  membangun  kebudayaan  urban yang,
cemerlang  dan  mengesankan.  Kini  situasinya   benar-benar
berubah...  Perdagangan  hidup  kembali (di Barat), kota dan
pasar bermunculan; penduduk  bertambah...  seni  serta  ilmu
pengetahuan  mengalami  kemajuan  sedemikian rupa sejak masa
Kerajaan Roma.[2]
 
Bangsa Barat yang bangkit dari zaman  kegelapan,  mengadakan
penyerangan  untuk mengusir kaum Muslim dan Spanyol, Italia,
Sisilia,  dan  Mediterrania  pada  saat  dunia  Islam  telah
mengalami kemajuan dalam perjuangan politik dan agama.
 
Ketika  kekuatannya  dikalahkan  oleh  tentara  Abbasiyah di
akhir abad ke-15, Raja Byzantium,  Alexius  I,  yang  merasa
khawatir  bahwa tentara Muslim akan memenangkan seluruh Asia
dan  menduduki  ibukota  kerajaan,  Konstantinopel,  memohon
bantuan  Barat.  Ia mengimbau kepada sesama penguasa Kristen
dan Paus untuk mengusir kaum Muslim dengan "berziarah" untuk
membebaskan  Yerusalem dan sekitarnya dari tangan pemerintah
Muslim.  Yerusalem  adalah  kota  suci  bagi  ketiga   agama
berdasarkan ajaran Nabi Ibrahim. Kota tersebut telah direbut
oleh tentara Islam tahun 638 pada masa bangsa Arab melakukan
ekspansi  dan  penaklukan. Di bawah pemerintahan orang-orang
Muslim, gereja dan  penduduk  yang  beragama  Kristen  tidak
pernah       diganggu.      Tempat-tempat      suci      dan
peninggalan-peninggalan Kristen menjadi tempat  yang  selalu
dikunjungi oleh orang-orang Kristen. Orang-orang Yahudi yang
sejak lama dilarang tinggal di tempat  itu  oleh  pemerintah
Kristen, kini diperbolehkan kembali tinggal dan beribadah di
kota  Nabi  Sulaiman  dan  Nabi  Daud.  Orang-orang   Muslim
membangun  sebuah  tempat  ibadah,  Dome  of the Rock (Kubah
Batu)  dan  Al-Aqsha  di  dekat  The  Wailing  Wall  (Tembok
Ratapan),  sisa-sisa  terakhir  Istana Sulaiman, dan menjadi
tempat yang sangat khusus bagi  Yudaisme.  Lima  abad  hidup
berdampingan   dengan   damai   kini   porak-poranda  karena
perang-perang suci yang membuat  Kristen  berperang  melawan
Islam dan berakibat terciptanya perasaan tidak percaya serta
salah paham yang tak berkesudahan.
 
                                            (bersambung 2/2)
Catatan kaki:
[1]:
Untuk sejarah Perang Salib, lihat S. Runciman, A History  of
the  Crusades,  3  jilid  (Cambridge:  Cambridge  University
Press,  1951-54),  dan  J.  Prawer,  Crusader   Institutions
(Oxford: Oxford University Press, 1980)
[2]:
J.J. Saunders, A History Medieval Islam (London: Routledge
and Kegan Paul, 1965), hlm. 154.


ANCAMAN ISLAM Mitos atau Realitas? (The Islamic Threat: Myth or reality?) John L. Esposito Penerbit Mizan Jln. Yodkali 16, Bandung 40124 Telp. (022) 700931 - Fax. (022) 707038


| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team