| |
|
KONKLUSI UMUM Pada akhir penyelidikan, telah nyata bahwa pendapat yang dianut kebanyakan orang di Barat tentang kitab-kitab suci yang kita miliki sekarang adalah tidak benar. Kita telah melihat keadaan-keadaan dan zaman-zaman serta caranya unsur-unsur Perjanjian Lama, Injil, dan Qur-an dikumpulkan dan disusun. Keadaan yang mendahului lahirnya tiga kitab wahyu berbeda sekali satu dengan lainnya; hal ini menimbulkan akibat yang sangat penting mengenai autentisitas teks dan aspek-aspek tertentu mengenai isinya. Perjanjian Lama merupakan kumpulan karya sastra yang dihasilkan selama ± 9 abad. Perjanjian Lama merupakan campuran mosaik yang unsur-unsurnya sepanjang masa telah dirubah-rubah oleh manusia; beberapa paragraf baru ditambahkan kepada yang sudah ada sehingga pada waktu sekarang sangat sulit untuk menemukan asalnya. Injil dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada manusia dengan jalan meriwayatkan tindakan dan ucapan Yesus, yaitu ajaran-ajaran yang ia ingin mewariskan ketika tugasnya di atas bumi sudah selesai. Kesulitan yang terdapat dalam Injil ialah bahwa penulis-penulisnya bukan saksi mata yang menyaksikan fakta-fakta yang mereka laporkan. Ajaran-ajaran Injil hanya merupakan ekspresi berita tentang kehidupan Yesus yang ditulis oleh juru bicara masyarakat Yahudi Kristen, dalam bentuk tradisi lisan atau tulisan yang sekarang sudah musnah, dan yang dahulu menjadi perantara antara tradisi lisan dan teks yang definitif. Dengan latar belakang inilah orang harus memandang kitab suci Yahudi Kristen, dan jika kita ingin memikir secara obyektif, kita harus meninggalkan konsepsi tafsir-tafsir kuno. Banyaknya sumber-sumber asal, mengakibatkan kontradiksi dan pertentangan yang tak dapat dielakkan dan yang telah kita berikan contoh-contoh yang banyak. Pengarang-pengarang Injil mempunyai kecenderungan untuk membesar-besarkan beberapa fakta mengenai Yesus, sebagai mana pengarang sastra epik Perancis di abad Pertengahan berbuat tentang "Chansons de geste." Dengan begitu maka kejadian-kejadian digambarkan dengan nada khusus yang dõmiliki oleh pengarang-pengarang itu, dan autentisitas fakta yang diriwayatkan, dalam beberapa kasus menjadi sangat diragukan. Dalam kondisi semacam itu, pernyataan-pernyataan kitab suci Yahudi Kristen yang ada hubungannya dengan pengetahuan modern harus diteliti dengan sikap hati-hati (reserve) yang diharuskan oleh aspeknya yang diragukan. Kontradiksi, kekeliruan, pertentangan dengan hasil-hasil penyelidikan Sains modern dapat difahami sepenuhnya karena hal-hal yang kita uraikan di atas. Tetapi rasa keheran-heranan umat Kristen menjadi besar jika mereka mengetahui bahwa usaha ahli-ahli tafsir resmi dilangsungkan secara mendalam dan terus menerus untuk menutupi hal-hal yang bertentangan dengan pengetahuan modern, dengan permainan akrobatik dialektik yang hilang dalam lyrik apologi. Contoh tentang hal ini kita dapatkan dalam silsilah keturunan Yesus dalam Injil Matius dan Lukas yang kontradiksi dan tak dapat diterima secara ilmiah, dan menunjukkan keadaan mental yang tidak wajar. Injil Yahya menarik perhatian kita karena perbedaan-perbedaannya yang menyolok dengan ketiga Injil lainnya khususnya mengenai kesepian yang biasanya tidak diperhatikan orang, yaitu tidak disebutkannya Ekaristi di dalamnya. Wahyu Qur-an mempunyai sejarah yang secara fundarnental berbeda dengan dua kitab suci sebelurnnya. Diturunkan bertahap-tahap dalam waktu kurang lebih dua puluh tahun. Quran yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Malaekat Jibril, bicara langsung terus dihafalkan oleh orang-orang yang percaya dan pada waktu yang sama ditulis juga pada waktu Nabi Muhammad masih hidup- Penelitian Qur-an yang terakhir yang diselenggarakan 24 tahun sesudah meninggalnya Nabi Muhammad, dan di bawah pemerintahan Usman, dikuatkan oleh kontrol orang-orang yang memang sudah hafal teks Qur-an, karena mereka mengerti Qur-an pada waktu turunnya wahyu dan kemudian selalu mengulangi hafalannya. Dari semenjak itu teks Qur-an telah dipelihara secara sangat ketat. Qur-an tidak mengandung problem tentang autentik atau tidak autentik. Qur-an yang diwahyukan sesudah kedua kitab suci sebelumnya, bukan saja bebas dari kontradiksi dalam riwayat-riwayatnya, kontradiksi yang menjadi ciri Injil-Injil karena disusun oleh manusia tetapi juga menyajikan kepada orang yang mempelajarinya secara obyektif dengan mengambil petunjuk dari Sains modern, suatu sifat yang khusus, yakni persesuaian yang sempurna dengan hasil Sains modern. Lebih dari itu semua, sebagai yang sudah kita buktikan Qur-an mengandung pernyataan ilmiah yang sangat modern yang tidak masuk akal jika dikatakan bahwa orang yang hidup pada waktu Qur-an diwahyukan itu adalah pencetus-pencetusnya. Dengan begitu maka pengetahuan ilmiah modern memungkinkan kita memahami ayat-ayat tertentu dalam Qur-an yang sampai sekarang tidak dapat ditafsirkan. Perbandingan beberapa riwayat Bibel dengan riwayat Quran tentang hal yang sama menunjukkan adanya perbedaan fundamental antara pernyataan Bibel yang tak dapat diterima secara ilmiah dengan pernyataan Qur-an yang sesuai sepenuhnya dengan Sains modern, umpamanya tentang penciptaan dan tentang banjir Nabi Nuh seperti yang sudah kita lihat. Mengenai Exodus Musa kita dapatkan dalam Qur-an suatu tambahan yang berharga kepada riwayat Perjanjian Lama. Tambahan itu seluruhnya sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan arkeologi yang menunjukkan bila kejadian-kejadian dalam sejarah Musa itu terjadi. Perbedaan sangat penting antara Qur-an dan Bibel dalam soal-soal lain adalah pertentangan dengan anggapan bahwa Muhammad menjiplak suatu copy Bibel untuk menulis Qur-an, semua itu tanpa bukti. Akhirnya, penelitian perbandingan tentang penyataan yang penting untuk Sains, terdapat dalam Hadits, kata-kata Muhammad; tetapi banyak di antara yang disangsikan kebenarannya, walaupun menunjukkan kepercayaan manusia pada waktu itu dan di lain pihak pernyataan Qur-an yang mengenai Sains juga, menunjukkan perbedaan besar yang meyakinkan kita bahwa sumber Hadits berlainan dengan sumber Qur-an. Orang tidak dapat menggambarkan bahwa banyak pernyataan Qur-an yang mempunyai aspek ilmiah itu adalah karya manusia, karena keadaan pengetahuan pada zaman Muhammad tidak memungkinkan hal tersebut. Oleh karena itu adalah wajar, bukan saja untuk mengatakan bahwa Qur-an itu ekspresi suatu wahyu akan tetapi juga untuk memberikan kedududukan yang istimewa kepada wahyu Qur-an berhubung dengan jaminan autentisitasnya dan berhubung dengan terdapatnya pernyataan-pernyataan ilmiah yang setelah- diteliti pada zaman kita sekarang ini, ternyata sebagai satu tantangan kepada penjelasan yang berasal dari manusia. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |