| |
|
DALAM INJIL YAHYA, LEMBAGA EKARISTI TAK DISEBUT-SEBUT Suatu hal yang menarik perhatian orang yang membaca "Sengsara Tuhan Yesus" dalam Injil Yahya, adalah bahwa Yahya tidak menyebutkan lembaga Ekaristi selama santapan Yesus yang terakhir dengan murid-muridnya. Tiap-tiap orang Kristen tentu pernah melihat gambar "Kana," di mana terlihat Yesus duduk ditengah-tengah para rasul untuk kali yang terakhir. Banyak pelukis-pelukis besar yang menggambarkan pertemuan Yesus yang terakhir dengan seorang kerabatnya yang bernama Yahya; Yahya inilah yang sering dianggap sebagai penulis Injil Yahya. Mungkin ini sangat mengherankan orang banyak; rasul (sahabat) Yahya tidak dianggap sebagai pengarang Injil Yahya oleh para ahli penyelidik, dan Injil Yahya juga tidak menyebutkan kelembagaan Ekaristi. Padahal do'a yang menjelmakan roti dan anggur menjadi badan dan darah Yesus adalah suatu do'a yang pokok dalam agama Kristen. Ketiga pengarang Injil lainnya menyebutkan hal ini, walaupun dengan cara yang berlain-lainan, sebagai yang telah kita sebutkan di atas. Yahya sama sekali tidak menyebutkannya. Keempat Injil mempunyai titik persamaan hanya dalam dua hal: ramalan bahwa Petrus akan mengingkari (mengatakan tidak kenal) Yesus, dan pengkhianatan salah satu sahabat kepadanya (dalam Injil Matius dan Injil Yahya, sahabat tersebut bernama Yuda). Hanya riwayat Yahya menceritakan bahwa Yesus membasuh kaki pengikut-pengikutnya sebelum bersantap. Bagaimana kita menerangkan mengapa Injil Yahya tidak menyebutkan Ekaristi. Jika kita berfikir secara obyektif, dengan anggapan bahwa riwayat ketiga Injil yang pertama itu benar, kita akan membuat hipotesa bahwa bagian yang menceritakan hikayat yang sama daripada Injil Yahya telah hilang. Tetapi para ahli tafsir Kristen berfikir lebih jauh lagi. Dalam bukunya Kamus Kecil tentang Bibel, A. Tricot menulis artikel: "Kana adalah santapan terakhir yang dilakukan oleh Yesus bersama dengan 12 sahabatnya. Dalam santapan itu Yesus melembagakan Ekaristi. Kita memiliki hikayatnya dalam ketiga Injil Sinoptik. Dan Injil keempat (Yahya) memberi perincian tambahan." Mengenai Ekaristi, pengarang tersebut menulis: "Pelembagaan Ekaristi diterangkan secara singkat dalam tiga Injil pertama. Ekaristi itu dalam kateketik apostolik (yang diberikan oleh Gereja Katolik) merupakan satu hal yang sangat penting. Yahya telah memberi tarnbahan, yang diperlukan kepada riwayat-riwayat singkat daripada ketiga Injil pertama, dengan meriwayatkan khotbah Yesus tentang roti kehidupan (Yahya 6, 32-58). Dengan begitu maka A. Tricot mengatakan bahwa Yahya tidak menyebutkan pelembagaan Ekaristi oleh Yesus. Pengarang tersebut berbicara tentang "perincian tambahan" tetapi yang dimaksudkan bukan perincian tambahan lembaga Ekaristi; yang dimaksudkannya adalah upacara membasuh kaki para sahabat. Adapun "roti kehidupan" yang dibicarakan oleh A. Tricot adalah peristiwa yang terjadi di luar Ekaristi; tepatnya, adalah hikayat yang diucapkan oleh Yesus mengenai pemberian sehari-hari yang diberikan oleh Tuhan berupa manna kepada Bani Israil ketika mereka keluar dari Mesir, menuju ke sahara di bawah pimpinan Musa. Peringatan tersebut hanya diriwayatkan oleh Yahya. Dalam paragraf sesudah itu, Yahya dalam Injilnya menyebutkan Ekaristi yang dilakukan oleh Yesus, sebagai suatu penyimpangan hikayat karena terdapatnya kata-kata "roti." Akan tetapi penulis Injil yang lain tidak membicarakan hikayat ini. Dengan begitu kita merasa heran mengapa Yahya tidak membicarakan hal-hal yang dibicarakan oleh pengarang ketiga Injil Sinoptik, dan mengapa ketiga pengarang Injil Sinoptik (Matius Markus dan Lukas) tidak menyebutkan hal-hal yang disebutkan oleh Yahya. Para penulis Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel, Perjanjian Baru, mengakui kekurangan yang besar ini dalam Injil Yahya, tetapi mereka memberi penjelasan tentang tidak disebutkannya lembaga Ekaristi sebagai berikut: "Secara umum Yahya tidak menaruh perhatian kepada tradisi dan kelembagaan Israil kuno, dan barangkali inilah yang membelokkannya daripada usaha untuk menunjukkan berakarnya Ekaristi dalam liturgi perayaan Paskah." Tetapi bagaimana kita percaya bahwa kekurangan perhatian terhadap liturgi paskah Yahudi menyebabkan Yahya tidak membicarakan pelembagaan suatu perbuatan pokok dalam liturgi agama baru (Nasrani). Persoalan ini telah membingungkan para ahli tafsir, sehingga para ahli teologi mencoba mencari benih atau persamaan daripada Ekaristi dalam sejarah kehidupan Yesus yang diceritakan oleh Yahya. O. Culmann dalam bukunya "Peryanjian Baru" menulis: "Mu'jizat Kana dan berlipat gandanya roti mendahului dan menjadi dasar sakramen Kana (Ekaristi)." Kita ingat bahwa di Cana, Yesus yang menghadiri satu walimah perkawinan merubah air menjadi anggur (Yahya 2, 1-12). Adapun berlipat-gandanya roti (Yahya 6, 1-13) adalah untuk memberi makan 5000 orang dengan hanya 5 roti yang berlipat ganda. Oleh karena itu, dalam meriwayatkan kejadian-kejadian tersebut, Yahya tidak memberikan sesuatu komentar. Pendekatan antara hikayat ini dengan Ekaristi hanya imajinasi O. Culmann. Kita tidak dapat mengerti hubungan yang ia katakan dan kita merasa bingung membaca uraian pengarang, bahwa sembuhnya orang lumpuh dan orang yang buta dari kecil "memaklumkan pembaptisan" atau "air dan darah yang keluar dari Yesus setelah ia mati bersatu dalam satu kejadian" merupakan isyarat kepada pembaptisan atau Ekaristi. Suatu pendekatan lain daripada O. Culmann terhadap Ekaristi disebutkan oleh R.P. Rouguet dalam bukunya "Pengantar kepada Injil" sebagai berikut: "Beberapa ahli teologi Bibel seperti Oscar Culmann melihat dalam hikayat pembasuhan kaki murid Yesus sebelum Eucharisti sebagai suatu hal yang sama dengan Ekaristi secara simbolis." Orang merasa bahwa cara-cara yang dilakukan oleh ahli tafsir Injil untuk merasa puas dengan kekurangan yang menggelisahkan yang terdapat dalam Injil Yahya, adalah cara-cara yang tidak wajar. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |