| |
|
YESUS NAIK KE LANGIT Kontradiksi-kontradiksi berlangsung sampai berakhirnya hikayat, oleh karena baik Yahya maupun Matius tidak menyebutkan kenaikan Al Masih ke langit. Hanya Markus dan Lukas yang membicarakannya Bagi Markus (16, 19) Yesus "diangkat ke langit dan duduk di kanan Tuhan." Waktunya pengangkatan itu dalam hubungannya dengan kebangkitan tidak diterangkan, akan tetapi perlu kita ingat bahwa akhir Injil Markus yang mengandung kalimat-kalimat tersebut menurut R.P. Rouguet tidak autentik, tetapi tambahan, walaupun menurut Gereja kalimat-kalimat tersebut adalah Kanon. Tinggal Lukas, satu-satunya pengarang Injil yang menyebutkan hikayat Yesus naik ke langit (94, 51) dalam satu teks yang tidak diperdebatkan, "Yesus berpisah dari mereka, dan dinaikkan ke langit." Kejadian itu diletakkan oleh Lukas pada akhir hikayat kebangkitan Yesus dari kubur, dan penarnpakan dirinya kepada 11 sahabatnya. Perinci-perinci hikayat memberi kesan bahwa kenaikan Yesus ke langit terjadi pada hari ia dibangkitkan dari kubur. Tetapi dalam Kisah Perbuatan Para Rasul, Lukas yang dikira sebagai pengarangnya melukiskan (1, 2-3) penampakan Yesus kepada para sahabat antara penyaliban dan kenaikan ke langit sebagai berikut. "mereka itu mempunyai bukti-bukti bahwa selama 40 hari Yesus menampakkan diri kepada mereka dan berbicara dengan mereka soal Kerajaan Tuhan." Paragraf dalam Kisah Perbuatan Para Rasul adalah dasar untuk menentukan Hari Besar Kristen, naiknya Al Masih ke langit, 40 hari sesudah Paskah yang bersamaan dengan hari Kebangkitan Yesus. Jadi hari Kenaikan Al Masih ditentukan dengan menentang Injil Lukas. Tak ada teks Bibel lain yang membenarkan penentuan hari tersebut. Seorang Kristen akan merasa gelisah jika ia mengetahui keadaan seperti tersebut, oleh karena kontradiksi yang nyata. Terjemahan Ekumenik daripada Bibel, Perjanjian Baru, mengakui fakta-fakta tersebut akan tetapi tidak membicarakan kontradiksi, malahan merasa puas dengan mengatakan bahwa 40 hari sangat berguna bagi Yesus untuk menunaikan tugasnya. Para ahli tafsir yang ingin menerangkan atau menyesuaikan hal-hal yang tak dapat disesuaikan, memberikan tafsiran-tafsiran yang aneh. Ringkasan 4 Injil yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh Sekolah Bibel di Yerusalem memuat penjelasan yang lucu (jilid II halaman 451). Dalam buku tersebut, kata-kata kenaikan (ascension) dikritik: "Sesungguhnya tak ada kenaikan dalam artikata fisik oleh karena Tuhan itu tak ada di atas dan tak ada di bawah." Kita tak dapat menangkap arti kritik ini, sebab Lukas tak dapat menerangkan hal tersebut dengan cara lain. Di lain fihak, pengarang komentar tersebut merasakan adanya "tipuan bahasa" dalam kalimat "Dalam Kisah Perbuatan Rasul-rasul, diterangkan bahwa kenaikan Al Masih terjadi 40 hari sesudah dibangkitkan dari kubur." "Tipuan bahasa," dimaksudkan untuk menekankan bahwa periode penampakan diri Yesus di bumi sudah selesai." Tetapi pengarang komentar tersebut menambahkan dalam Injil Lukas "kejadian tersebut terjadi pada hari Minggu malam Paskah, dan oleh karena pengarang Injil Lukas tidak menyebutkan perbedaan waktu antara kejadian-kejadian yang diriwayatkan, setelah kubur diketemukan kosong, pagi hari kebangkitan," "bukankah ini juga merupakan tipuan bahasa untuk memberikan waktu luang antara beberapa penampakan Yesus?" Rasa kesal yang timbul daripada interpretasi seperti ini nampak jelas dalam karangan R.P. Rouguet yang membedakan dua macam kenaikan ke langit. "Kenaikan Yesus ke langit, dilihat dari pandangan Yesus, terjadi pada waktu yang sama dengan kebangkitannya dari kubur, akan tetapi dilihat dari pandangan para murid-muridnya, hal tersebut hanya terjadi setelah Yesus tidak lagi menampakkan diri kepada mereka, agar Ruhul Kudus dapat diutus kepada mereka dan agar zaman Gereja dapat mulai." Bagi pembaca yang kurang dapat merasakan kerumitan pembahasan teologi dalam argumentasi di atas, atau tidak punya dasar pengetahuan tentang Bibel, pengarang menyampaikan peringatan umum terhadap permainan bahasa yang bersifat apologetik. "Di sini, sebagaimana dalam kasus-kasus serupa, persoalan tidak akan dapat dipecahkan kecuali jika orang memahami secara harafiah dan material segala yang tersebut dalam Injil, dengan melupakan arti keagamaannya. Kita tidak menafsirkan fakta-fakta dengan simbol-simbol yang tidak konsisten, tetapi kita mencari maksud teologi daripada mereka yang mengungkapkan rahasia kepada kita dalam meriwayatkan fakta-fakta, dalam alamat-alamat yang sesuai dengan sifat jiwa yang condong kepada godaan-godaan badaniyah. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |