| |
|
INJIL MARKUS Injil Markus adalah Injil yang paling pendek, tetapi ia adalah Injil yang paling tua. Ia bukan buku karangan seorang sahabat Yesus, akan tetapi karangan seorang murid sahabat Yesus. O. Culmann menulis bahwa ia tidak menganggap Markus sebagai murid Yesus, akan tetapi ia mengingatkan kepada mereka yang sangsi akan kebenaran anggapan bahwa Injil itu ditulis oleh Markus seorang rasul atau sahabat Yesus, bahwa "Matius dan Lukas tidak akan mempergunakan Injil tersebut seandainya mereka tidak yakin bahwa Injil Markus didasarkan pada ajaran seorang Rasul." Tetapi argumentasi seperti ini tidak meyakinkan. O. Culmann juga mengutip untuk menguatkan "reserve"nya bahwa Injil tersebut memuat banyak kutipan-kutipan dari seorang. "Yahya yang digelari Markus" dalam Perjanjian Baru, akan tetapi kutipan-kutipan tersebut tidak menyebutkan nama seorang pengarang Injil, dan teks Markus sendiri juga tidak menyebutkan pengarangnya. Kurangnya penerangan, tentang hal ini menyebabkan para ahli tafsir menganggap perincian-perincian yang bersifat khayalan sebagai hal yang berharga, contohnya sebagai berikut: berdasarkan anggapan bahwa Markus adalah satu-satunya pengarang Injil yang meriwayatkan kejadian penyaliban Yesus, hikayat seorang muda yang hanya memakai sehelai kain untuk pakaiannya, kemudian ketika ditangkap, ia menanggalkan sehelai kain tersebut serta lari telanjang (Markus 14, 51-52), banyak orang mengambil konklusi bahwa pemuda tersebut adalah Markus, seorang murid yang setia yang berusaha mengikuti gurunya (Terjemahan Ekumenik). Bagi beberapa orang lainnya dapat dilihat di sini "dengan kenang-kenangan pribadi, suatu bukti kebenaran, suatu tanda tangan anonime, membuktikan bahwa ia adalah saksi mata" (O. Culmann). Bagi pengarang ini "banyak pemutaran kata-kata menguatkan hipotesa bahwa pengarang Injil Markus adalah seorang Yahudi," tetapi adanya latinisme (bentuk kesusasteraan latin) memberi kesan bahwa pengarang tersebut menulis Injilnya di kota Roma. "Ia berbicara kepada orang-orang Kristen yang tidak tinggal di Palestina, dan ia berusaha untuk menjelaskan kalimat-kalimat Aramaik yang ia pergunakan." Tradisi menggambarkan, Markus sebagai teman Petrus di Roma. Ini didasarkan atas kata penutup daripada surat Petrus yang pertama, jika Petrus memang betul-betul orang yang menulis surat tersebut. Petrus telah menulis dalam suratnya: "Kelompok orang-orang yang terpilih yang ada di Babylon kirim salam kepadamu, begitu juga Markus, anakku," Babylon amat boleh jadi Roma, begitu kita dapatkan dalam tafsir Terjemahan Ekumenik, sehingga orang mengira dapat mengambil konklusi bahwa Markus yang bersama Petrus berada di Roma adalah penulis Injil Markus. Apakah pemikiran semacam itulah yang mendorong Papias, uskup Hierapolis pada kira-kira tahun 150 untuk mengatakan bahwa yang mengarang Injil adalah Markus, juru bahasa Petrus dan seorang yang juga bekerja sama dengan Paulus? Dengan kaca mata ini, orang menempatkan penyusunan Injil Markus sesudah matinya Petrus, yakni paling pagi antara tahun 65 dan 70 menurut "Terjemahan Ekumenik," atau kira-kira tahun 70 menurut O. Culmann. Teks Injil Markus menunjukkan suatu cacat yang besar, karena ditulis tanpa mengindahkan kronologi. Dengan begitu Markus menyebutkan dalam permulaan Injilnya (1, 16-20), hikayat empat orang nelayan yang dilatih oleh Yesus dengan katanya: "Kamu akan menjadi pembaru manusia," pada saat mereka belum kenal dengan Yesus. Pengarang Injil tersebut juga menunjukkan ketidak mampuan menilai kebenaran. Seperti yang dikatakan oleh R.P. Rouguet, Markus adalah seorang penulis yang kurang pandai, "yang paling bodoh di antara para pengarang Injil." Ia tidak mengerti bagaimana menulis hikayat. Ahli tafsir Injil menyandarkan penilaian ini kepada paragraf yang meriwayatkan kelembagaan 12 rasul, yang terjemahan harfiahnya sebagai berikut: "Ia naik ke atas gunung dan mengundang mereka yang ia kehendaki, mereka datang kepadanya. Ia menjadikan 12 orang itu supaya bersama dengannya, supaya Ia dapat mengirim mereka mencari ikan dan mempunyai kekuatan untuk mengusir setan. Dan ia membuat 12 orang dan memaksakan nama Petrus kepada Simon" (Markus 3, 13-16). Dalam beberapa hikayat, Markus berkontradiksi dengan Matius dan Lukas seperti yang kita pernah lihat berhubung dengan alamat Yunus. Di samping itu mengenai alamat yang diberikan oleh Yesus kepada beberapa orang selama Yesus bertugas, Markus (8, 11-12) meriwayatkan suatu dongengan yang tak dapat dipercaya, "orang-orang Parisi datang dan mulai bicara dengan Yesus; untuk menjebak Yesus, mereka minta suatu alamat yang datang dari langit. Sambil menunjukkan keluhan yang dalam, Yesus berkata: mengapa generasi ini minta alamat? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tak ada alamat yang akan diberikan kepada generasi ini. Ia meninggalkan mereka, naik di atas perahu kecil dan berangkat ke daratan sebelah." Ini tidak dapat disangkal lagi adalah karena penegasan dari Yesus sendiri tentang niatnya tidak akan melakukan sesuatu perbuatan yang supernatural. Oleh karena itu ahli-ahli tafsir daripada Terjemahan Ekumenik heran karena Lukas menerangkan bahwa Yesus hanya akan memberikan satu alamat, yaitu alamat Nabi Yunus (silahkan baca Injil Matius), dan merasakan kontradiksi karena Markus berkata "generasi ini tidak akan mendapatkan sesuatu alamat, dan kemudian mereka memperingatkan kepada mukjizat yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri sebagai alamat" (Lukas.7, 22 dan 11, 20). Seluruh Injil Markus dianggap Canon (kanon) secara resmi. Akan tetapi kita ingat bahwa akhir Injil Markus ( 16, 9-20) dianggap oleh ahli-ahli modern sebagai suatu karya yang ditambahkan. Terjemahan Ekumenik tegas dalam hal ini. Bagian terakhir tersebut tidak dimuat dalam dua manuskrip kuno Injil yang komplit, yaitu Kodex Vatikanus dan Kodex Sinaitikus dari abad IV. Mengenai hal ini O. Culmann menulis: Manuskrip-manuskrip Yunani yang lebih baru dan beberapa versi telah menambah suatu konklusi yang tidak ditulis oleh Markus sendiri tetapi diambil dari beberapa Injil. Sesungguhnya versi bagian terakhir yang ditambahkan adalah banyak. Dalam teks kadang-kadang terdapat versi panjang, kadang-kadang terdapat versi pendek (dua-duanya telah diterbitkan dalam Terjemahan Ekumenik), kadang-kadang versi panjang dengan tambahan dan kadang-kadang kedua versi bersama. R.P. Kannengiesser memberi komentar sebagai berikut: orang terpaksa menghapuskan ayat-ayat terakhir ketika Injil Markus diterima secara resmi oleh masyarakat yang menjamin, begitu juga ketika Injil Markus dicetak untuk awam. Baik Matius, maupun Lukas atau Yahya tidak tahu bagian yang ditinggalkan Injil Markus. Walaupun begitu kekosongan tersebut sangat terasa. Lama sesudah itu ketika Injil-Injil Matius, Lukas dan Yahya telah tersiar, orang mengumpulkan bagian terakhir dari Injil Markus dengan mengambil dari kiri dan kanan, dari para pengarang Injil lainnya, menjadi mudahlah untuk mengulangi bagian-bagian tebakan ini dengan membaca Markus (16, 9-20). Dengan begitu orang akan mendapatkan suatu ide yang kongkrit tentang kebebasan para pengarang dalam membentuk susunan literer hikayat-hikayat Bibel sampai permulaan abad II. Tak ada pengakuan tentang adanya manipulasi teks suci yang dilakukan oleh manusia lebih terang dari pikiran-pikiran tersebut yang dicetuskan oleh seorang ahli teologi yang besar. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |