| |
|
PERCAKAPAN YESUS YANG TERAKHIR. PARAKLET YANG TERSEBUT DALAM INJIL YAHYA Yahya adalah satu-satunya pengarang Injil yang menyebutkan riwayat percakapan Yesus yang terakhir dengan para rasul (sahabat), yaitu pada akhir santapan Yesus dan sebelum ia ditangkap oleh tentara Romawi; percakapan tersebut berakhir dengan pidato yang amat panjang. Empat fasal dalam Injil Yahya (14-17) dikhususkan untuk pidato tersebut; ini tak ada bandingannya dalam Injil-Injil lain. Padahal fasal-fasal Yahya tersebut membicarakan soal-soal pokok, perspektif (pandangan terhadap) hari depan yang sangat penting; dan kedua hal tersebut ditulis dengan penuh keagungan yang layak bagi peristiwa itu, yaitu peristiwa perpisahan terakhir antara guru dan murid-muridnya. Bagaimana kita dapat menerangkan mengapa riwayat perpisahan yang mengharukan dan yang mengandung pesan-pesan spiritual Yesus, tidak terdapat dalam Injil Matius, Markus dan Lukas? Kita dapat memajukan soal-soal sebagai berikut: Apakah teks tentang perpisahan tersebut terdapat dalam ketiga Injil yang pertama kemudian teks-teks tersebut dihilangkan? Mengapa dihilangkan? Tetapi marilah kita jawab sendiri sendiri. Tidak ada jawaban terhadap soal-soal tersebut. Rahasia tetap tersembunyi mengenai kekurangan yang sangat besar dalam ketiga Injil pertama. Jiwa daripada riwayat khutbah Yesus dapat kita gambarkan dalam percakapan tingkat tinggi tersebut, yaitu perspektif tentang hari kemudian manusia dan minat Yesus menyampaikan ajaran-ajaran dan perintahnya kepada seluruh manusa dengan perantaraan murid-muridnya; juga untuk memastikan pemimpin yang definitif yang harus diikuti oleh manusia setelah Yesus tidak ada lagi. Teks Injil Yahya (dan hanya Injil tersebut) menunjuknya secara terang dengan nama Yunani Paraklitos; kata itu dalam bahasa Perancis Paraklet. Di bawah ini saya kutip paragraf-paragraf yang pokok menurut Terjemahan Ekumenik daripada Bibel Perjanjian Baru. "Jika kamu cinta kepadaku, ikutilah perintah-perintahku, Aku akan mohon kepada Bapa: Ia akan memberi kamu seorang Paraklet lain" (14, 15-16). Apakah arti Paraklet? Teks Injil Yahya yang kita miliki menjelaskan arti itu sebagai berikut: "Paraklet, Ruhul Kudus yang Bapa akan mengutusnya atas namaku, akan menyampaikan segala sesuatu kepadamu dan mengingatkan kamu tentang apa yang telah aku katakan kepadamu." (14, 26). "Ia akan menyampaikan sendiri kesaksiannya daripadaku (15, 26). "Adalah baik bagimu jika aku pergi; karena jika aku tidak pergi, Paraklet tidak akan datang kepadamu; tetapi jika aku pergi, aku akan mengirim dia kepadamu. Dan dengan kedatangannya ia akan menerangkan kepadamu isi dunia ini dari hal dosa dan keadilan dan hukuman." (16, 7-8). "Jika Ruh Kebenaran datang, ia akan membawa kamu kepada segala kebenaran karena ia tidak akan berkata dari dirinya sendiri, akan tetapi ia akan mengatakan segala hal yang didengarnya dan mengatakan kepadamu segala hal yang akan datang. Ia akan memuliakan aku." (16, 13-14). (Perlu diterangkan di sini bahwa paragraf-paragraf yang tidak kita kutip dari fasal 14-17 dari Injil Yahya tidak akan merubah arti umum daripada kutipan-kutipan di atas). Jika orang membaca dengan lekas, teks Prancis yang mengidentikkan kata Yunani, Paraklet dengan Ruhul Kudus tidak akan menarik perhatiannya. Lebih-lebih judul-judul kecil dalam teks yang biasanya dipakai dalam terjemahan, serta istilah-istilah ahli tafsir yang dipakai dalam buku-buku untuk orang awam, semuanya mengarahkan pembaca kepada arti paragraf yang diberikan oleh faham resmi Gereja. Jika ada yang merasakan kesukaran, maka keterangan yang diberikan oleh Kamus Kecil tentang Perjanjian Baru karangan A. Tricot umpamanya akan dapat memberikan penjelasan. Dalam Kamus Kecil itu, di bawah artikel: Paraklet, kita dapatkan keterangan seperti berikut: "Nama atau julukan itu, yang disalin dari bahasa Yunani ke bahasa Perancis, tidak dipakai dalam Perjanjian Baru kecuali oleh Yahya; empat kali waktu ia meriwayatkan khutbah Yesus setelah santapan19 (14, 16 dan 26, 15, 26, 16, 7) dan satu kali dalam surat Yahya yang pertama (2,1). Dalam Injil Yahya, kata itu dipakai untuk Ruhul Kudus; dalam surat Yahya, kata itu dipakai untuk Yesus. "Paraklet" adalah suatu istilah yang banyak dipakai oleh orang-orang Yahudi Yunani abad pertama dan berarti: .juru syafa'at, (yang mempertahankan). Yesus mengumumkan: Ruh (esprit) akan dikirim oleh Bapa dan Anak dan tugasnya adalah untuk menyempurnakan si Anak dalam tugas penyelamatannya yang dilakukannya selama hidupnya untuk murid-muridnya. Ruh akan campur tangan dan bertindak sebagai pengganti Kristus dalam tugasnya sebagai Paraklet atau juru syafa'at yang kuasa." Komentar tersebut menjadikan Ruhul Kudus pemimpin tertinggi bagi manusia sesudah Yesus tidak ada. Apakah penjelasan A. Tricot tersebut sesuai dengan teks Yahya. Pertanyaan ini harus kita majukan oleh karena, secara a priori, nampak mengherankan jika kepada Ruhul Kudus kita nisbatkan paragraf terakhir yang telah kita sebutkan di atas. "Ia tidak akan berkata dari dirinya sendiri akan tetapi ia akan mengatakan segala hal yang didengarnya dan mengatakan kepada kamu segala hal yang akan datang." Terasa tidak masuk akal jika kita mengatakan bahwa Ruhul Kudus dapat bicara dan dapat menyampaikan segala yang ia dengar. Sepanjang pengetahuan saya, soal yang mestinya harus ditimbulkan oleh logika, pada umumnya tidak menjadi soal bagi ahli tafsir Injil. Untuk mendapatkan gambaran yang pasti mengenai soal ini, kita harus kembali kepada Naskah dasar Yunani yang sangat penting untuk menunjukkan apakah Yahya menulis Injilnya dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa lain. Teks Yunani yang kita baca adalah Novam Testameritum Graece; terbitan Nestle dan Aland tahun 1971. Tiap-tiap kritik teks yang sungguh-sungguh, dimulai dengan menyelidiki perbedaan. Dalam kumpulan-kumpulan manuskrip Injil Yahya yang telah diketahui, tidak ada perbedaan yang mungkin merubah arti kalimat-kalimat, kecuali perbedaan-perbedaan dalam paragraf 14, 26 daripada versi dalam bahasa Syriac, yaitu versi yang dinamakan Palimpseste.20 Dalam teks ini tak disebutkan Ruhul Kudus; tetapi hanya Ruh, tanpa tambahan. Apakah tukang naskahnya lupa, atau ia menghadapi suatu teks yang harus dicopy, tetapi oleh karena teks itu mengatakan bahwa Ruhul Kudus dapat mendengar dan bicara, maka ia tidak berani menulis hal-hal yang ia anggap tidak masuk akal? Selain pengamatan ini, tak ada perbedaan lain, kecuali perbedaan gramatika yang tidak merubah arti umum; yang sangat penting adalah bahwa yang telah kita terangkan di sini mengenai arti kata kerja: "mendengar" dan "bicara" terdapat dalam semua manuskrip Injil Yahya, dan itulah yang terjadi. Kata kerja "dengar," dalam bahasa Yunani akoua, yang artinya merasakan suara. Dan bahasa Yunani akoua ini kita dapatkan kata acoustic yang berarti ilmu suara. Kata kerja "bicara" dalam bahasa Yunani laleo, yang artinya mengeluarkan suara, khususnya bicara. Kata kerja laleo ini, sering terdapat dalam teks Injil Yunani untuk menunjukkan suatu pernyataan yang penting yang dikatakan oleh Yesus dalam ceramah-ceramahnya. Jadi nyata bahwa tugas Yesus untuk dakwah kepada manusia tidak hanya terdiri dari wahyu yang dibawa oleh Ruhul Kudus tetapi tugas dakwah itu mempunyai bentuk material yang nyata, yaitu sebagai yang difahami dari arti kata Yunani, yakni mengeluarkan suara. Dua kata kerja Yunani akoua dan laleo adalah perbuatan yang konkrit yang hanya dilakukan oleh makhluk yang diberi alat untuk mendengar dan bicara. Memakai dua kata kerja tersebut untuk Ruhul Kudus adalah tidak mungkin. Dengan begitu maka berdasarkan atas manuskrip Yunani, teks paragraf Injil Yahya sama sekali tidak dapat dimengerti, jika kita terima secara keseluruhan, yakni dengan kata "Ruhul Kudus" dalam paragraf (14, 26) yang berbunyi: "Paraklet, Ruhul Kudus yang akan dikirim oleh Bapa, atas namaku" seterusnya, satu-satunya paragraf dalam Injil Yahya yang mengidentikkan Paraklet dengan Ruhul Kudus. Akan tetapi jika kita hilangkan kata-kata Ruh Kudus (to pneuma to agion) dari paragraf ini, seluruh teks Yahya mempunyai arti yang sangat jelas. Sesungguhnya teks Yahya tersebut juga sudah dikonkritkan oleh teks lain daripada Yahya sendiri, yaitu teks surat Yahya yang pertama, di mana Yahya memakai kata Paraklet untuk menunjuk Yesus sebagai juru syafa'at di hadapan Tuhan.21 Dan jika menurut Injil Yahya (16, 14;) "Aku akan mendo'a kepada Bapa, Ia akan mengirim Paraklet lain," ini berarti bahwa akan dikirim seorang Paraklet (juru Syafa'at) seperti dia, selama berada di atas bumi. Kita mendapat kesimpulan menurut logika bahwa Paraklet yang disebutkan oleh Yahya adalah seorang manusia seperti Yesus, yang dianugerahi anggauta untuk mendengar dan bicara yang diakui dalam teks Yunani secara formal. Jadi, Yesus mengumumkan bahwa Tuhan kemudian akan mengirim seorang manusia di atas bumi ini untuk memainkan suatu peranan yang dijelaskan oleh Yahya, yaitu dengan ringkas, peranan seorang nabi yang mendengar suara Tuhan dan mengulangi risalahnya kepada manusia. Ini adalah interpretasi logis dari teks Yahya, jika kita memberi arti yang real kepada kata-kata. Adanya kata Ruhul Kudus dalam teks yang kita miliki sekarang mungkin ada hubungannya dengan tambahan-tambahan baru yang disengaja untuk merubah arti yang sesungguhnya dalam suatu paragraf yang berkontradiksi dengan ajaran Gereja-gereja Kristen yang ingin mengatakan bahwa Yesus itu adalah Nabi yang terakhir, karena paragraf tersebut mengumumkan kedatangan seorang Nabi sesudah Yesus. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |