| |
|
SUMBER-SUMBER INJIL Kesan umum tentang Injil yang kita dapatkan dari penyelidikan kritis terhadap teks adalah bahwa Injil-lnjil "merupakan literatur yang kurang sempurna penyusunannya," "yang tidak menunjukkan kontinuitas" dan "yang menunjukkan kontradiksi-kontradiksi yang tak dapat diatasi." Penilaian tersebut kita pinjam dari Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel, suatu buku yang penting sekali untuk kita jadikan referensi, oleh karena penilaian soal ini mempunyai akibat yang gawat. Kita telah membaca dalam bagian lain catatan-catatan mengenai sejarah kontemporer tentang agama, bahwa kelahiran Injil-Injil dapat menerangkan ciri-ciri literatur yang membingungkan ini bagi pembaca yang menggunakan pikirannya. Akan tetapi kita perlu menyelidiki lebih jauh dan mencari yang dapat kita peroleh daripada karangan-karangan yang diterbitkan pada zaman modern ini mengenai sumber-sumber yang memberi bahan-bahan kepada pengarang Injil untuk menyusun teks mereka; adalah menarik juga untuk menyelidiki apakah sejarah teks-teks Injil setelah dibukukan dapat menerangkan aspek-aspek Injil yang sekarang kita baca. Persoalan sumber ini telah dibicarakan secara sederhana sekali pada zaman Pendeta-pendeta Gereja (zaman Pertengahan). Pada abad-abad pertama Masehi, sumber Injil adalah Injil yang pertama tersusun dari manuskrip-manuskrip komplit, yakni Injil Matius. Soal sumber hanya mengenai Injil Lukas dan Markus. Injil Lukas merupakan kasus yang berdiri sendiri. Agustinus menganggap bahwa Markus, yaitu nomor dua dalam urutan Injil tradisional, mendapat inspirasi dari Injil Matius yang ia ringkaskan, dan bahwa Lukas yang merupakan pengarang Injil ketiga dalam manuskrip telah mempergunakan Injil Markus dan Matius. Pendahuluan Injil Lukas memberi kesan semacam itu. Para ahli tafsir Injil pada waktu itu dapat juga memberikan gambaran tentang persamaan (convergensi) teks-teks dan menemukan ayat-ayat yang sama dalam dua atau tiga Injil Sinoptik. Para ahli tafsir Terjemahan Ekumenik daripada Bibel memberikan angka-angka sebagai berikut: Ayat-ayat sama dalam tiga Injil Sinoptik adalah 330 Ayat-ayat sama dalam Injil Markus dan Matius adalah 178 Ayat-ayat sama dalam Injil Markus dan Lukas adalah 100 Ayat-ayat sama dalam Injil Matius dan Lukas adalah 230 dan ayat-ayat yang khusus bagi tiap-tiap pengarang Injil adalah: 330 ayat untuk Matius, 53 untuk Markus dan 500 untuk Lukas. Dari zaman para pendeta-pendeta Gereja sampai akhir abad ke XVIII, 1500 tahun telah lewat dan tak ada masalah baru mengenai sumber-sumber pengarang Injil; orang hanya mengikuti tradisi. Hanya pada zaman modern inilah orang mengerti bahwa tiap pengarang Injil, walaupun mengambil informasi yang ada pada pengarang lain, ia menyusun suatu riwayat menurut seleranya dan pandangan pribadinya. Oleh karena, itu orang mulai memperhatikan kumpulan bahan-bahan hikayat, di satu pihak dalam tradisi lisan kelompok-kelompok asli, dan di lain pihak dalam sumber umum dalam bahasa Aramaik yang mestinya ada, akan tetapi sampai sekarang belum ditemukan orang. Sumber yang tertulis ini mungkin merupakan hanya satu kumpulan yang utuh, atau merupakan bagian-bagian yang bermacam-macam yang dapat dipakai oleh tiap-tiap pengarang Injil untuk menulis Injilnya. Penyelidikan-penyelidikan yang mendalam semenjak satu abad telah mengungkapkan teori-teori yang berkembang dan menjadi rumit. Teori pertama adalah teori dua sumber daripada Holtzmann (tahun 1863). Menurut teori ini sebagai yang dijelaskan oleh O. Culmann dan Terjemahan Ekumenik, Matius dan Lukas memakai pertama bahan Markus, dan kedua suatu dokumen yang sekarang hilang. Selain itu Matius dan Lukas masing-masing memakai satu sumber sendiri. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber khusus untuk Matius | | |--> Matius <--| Markus --| |-- Dokumen bersama |--> Lukas <--| | | Sumber khusus untuk Lukas O. Culmann mengkritik teori tersebut sebagai berikut: 1. Karangan Markus yang dipakai oleh Lukas dan Matius belum tentu Injil Markus, akan tetapi suatu karangan lain yang ditulis sebelumnya. 2. Dalam teori tersebut tradisi lisan kurang diperhatikan, pada hal tradisi lisan inilah yang memelihara kata-kata Yesus dan hikayat-hikayat kegiatannya selama 30 atau 40 tahun. Sesungguhnya tiap-tiap pengarang Injil itu hanya juru bicara masyarakat Kristen yang menentukan tradisi lisan. Dengan begitu maka kita sampai kepada suatu pikiran bahwa Injil-Injil yang kita miliki telah memberi kita suatu gambaran tentang kehidupan dan kegiatan Yesus yang diketahui oleh Masyarakat Kristen Primitif (asli), begitu juga tentang akidah-akidah mereka, konsep-konsep teologi mereka yang ditulis oleh juru bicara mereka, yakni para pengarang Injil. Penyelidikan-penyelidikan yang lebih modern tentang kritik teks terhadap sumber-sumber Injil menunjukkan bahwa tersusunnya teks-teks tersebut telah melalui proses yang lebih kompleks. La Synopse des quatre Evangiles (ringkasan Injil empat) karangan R.P. Benoit dan R.P. Boismard, guru-guru besar sekolah Bibel di Yerusalem (tahun 1972-1973) menekankan perkembangan teks dalam tahap-tahap yang sama dengan perkembangan tradisi. Hal tersebut menimbulkan akibat-akibat yang disebutkan oleh R.P. Benoit dalam membicarakan bagian yang ditulis oleh R.P. Boismard: "Bentuk-bentuk kata-kata atau hikayat yang terjadi setelah perkembangan yang lama tidak mempunyai autentitas (kebenaran) yang terdapat dalam kata-kata asli. Barangkali banyak para pembaca yang heran atau kesal jika mereka mengetahui bahwa kata-kata Yesus, atau kiasannya atau ramalannya tentang nasibnya tidak pernah diucapkan seperti yang kita baca, akan tetapi sudah di retouche (diperbaiki) atau disesuaikan oleh orang-orang yang meriwayatkannya. Bagi mereka yang tidak biasa dengan penyelidikan sejarah semacam ini, hal ini mungkin menyebabkan keheranan bahkan kehebohan." Perbaikan teks dan penyesuaian yang dilakukan oleh mereka yang meriwayatkan teks tersebut kepada kita dilakukan menurut cara yang oleh R.P. Boismard digambarkan secara terperinci karena persoalan itu merupakan sambungan daripada teori dua sumber. Gambar atau skema itu dibuat setelah mengadakan penyelidikan dan perbandingan teks yang tak dapat diringkaskan di sini. Para pembaca yang ingin mengetahui dapat membaca bukunya, diterbitkan di Paris, cetakan Cerf. Ada empat macam dokumen pokok yang merupakan sumber-sumber Injil. Dokumen tersebut dinamakan A, B, C, dan Q. Dokumen A berasal dari lingkungan Yahudi Kristen yang memberikan inspirasi kepada Matius dan Markus. Dokumen B adalah reinterpretasi dokumen A yang dipakai dalam Gereja Pagan Kristen (Kafir-Kristen). Dokumen ini telah memberi inspirasi kepada semua penulis Injil, kecuali Matius. Dokumen C telah memberi inspirasi kepada Markus, Lukas dan Yahya. Dokumen Q merupakan bagian besar daripada sumber bersama yang dipakai oleh Matius dan Lukas. Ini adalah dokumen bersama yang disebutkan dalam "teori dua sumber" yang tersebut di atas. Di antara 4 macam dokumen tersebut tak ada yang menjadi teks definitif yang sekarang kita miliki, antara dokumen-dokumen tersebut dan redaksi terakhir ada redaksi-redaksi antara, yaitu yang oleh pengarangnya teori tersebut dinamakan: Matius intermedier, Markus intermedier, Proto Lukas dan Proto Yahya. Dokumen-dokumen antara (intermedier) itulah yang akhirnya menjadi Injil empat, baik dengan memberi inspirasi kepada masing-masing Injil atau kepada lebih dan satu Injil-Injil. Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan silang-silang kompleks. ' Hasil daripada penyelidikan seperti ini adalah sangat penting, karena dapat menunjukkan bahwa teks-teks Injil yang mempunyai sejarah (hal ini akan kita bicarakan kemudian) juga mempunyai pra-sejarah, menurut istilah Boismard, artinya bahwa teks-teks tersebut telah mengalami perubahan-perubahan selama dalam tahap intermedier, sebelum mempunyai bentuk yang definitif. Dengan begitu, sekarang menjadi terang soal-soal seperti: riwayat ajaib tentang Yesus menangkap ikan. Riwayat tersebut dilukiskan oleh Lukas sebagai kejadian yang terjadi waktu Yesus masih hidup dan dilukiskan oleh Yahya sebagai hikayat Yesus menampakkan diri sesudah dibangkitkan sesudah mati R.P. BOISMARD Ringkasan empat Injil SKEMA UMUM Dokumen Q ->| |-> Matius inter Dokumen A ->| Dokumen A ->| | Dokumen B ->|-> Markus inter | Dokumen C ->| Dokumen B ->| | Dokumen C ->| |-> Proto Lukas ->| Dokumen Q ->| |-> Lukas final | Markus inter ->| Matius inter ->| Proto Lukas ->| | Markus inter ->|-> Markus final | Matius inter ->| Matius inter ->| |-> Matius final ->| Markus inter ->| | | |-> Yahya final Dokumen B ->| | | | Dokumen C ->|----> Yahya ----->| | Proto Lukas ->| Keterangan: a, b, c, q = dokumen-dokumen dasar; Mat. inter. = Matius intermedier Mark. inter. = Markus intermedier Proto Lukas = Lukas intermedier Yahya = Yahya intermedier Mat. final = redaksi final Matius Mark. final = redaksi final Markus Lukas final = redaksi final Lukas Yahya final = redaksi final Yahya Konklusi dari semua ini adalah bahwa dengan membaca Injil, kita tidak yakin sama sekali bahwa kita membaca katakata Yesus. R.P. Benoit memperingatkan pembaca Injil tentang hal ini, tetapi memberi ganti (kompensasi) sebagai berikut: Jika pembaca terpaksa tidak dapat mendengarkan suara langsung daripada Yesus, ia mendengar suara Gereja; pembaca Injil percaya kepada juru bahasa yang disahkan oleh Yesus, yang setelah pernah bicara di dunia ini sekarang berbicara dari langit. Bagaimana kita dapat menyesuaikan pengakuan resmi bahwa beberapa teks Injil tidak autentik, dengan kalimat-kalimat Konsili Vatikan II tentang wahyu Ilahi yang meyakinkan kepada kita tentang terjadinya transmisi (periwayatan) yang jujur daripada kata-kata Yesus: "Injil empat yang diakui oleh Gereja tanpa ragu-ragu tentang sejarahnya, telah menyampaikan secara jujur apa-apa yang diperbuat dan diajarkan oleh Yesus, putra Tuhan bagi keselamatan abadi, yaitu selama ia hidup diantara manusia sampai ia diangkat ke langit." Nampaklah dengan jelas sekali bahwa hasil penyelidikan Sekolah Bibel di Yerusalem telah membantah keras deklarasi Konsili Vatikan II. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |