Menundukkan Angkasa

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

E. MENUNDUKKAN ANGKASA
 
Terdapat  tiga  ayat  dalam  Qur-an  yang  perlu sekali kita
perhatikan, yang pertama menerangkan secara tegas  hal  yang
dapat dilakukan manusia untuk menundukkan angkasa. Dalam dua
ayat lainnya Tuhan menyebutkan bahwa orang-orang kafir Mekah
akan  sangat  terperanjat  jika mereka dapat naik ke langit.
Hal ini merupakan isyarat kepada  suatu  hipotesa  yang  tak
akan dikerjakan oleh mereka.
 
Ayat pertama adalah ayat 33 daripada surat 55:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Hai jin dan manusia jika kamu sanggup menembus
          (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
          lintasilah, dan kamu tidak dapat menembusnya
          melainkan dengan kekuatan (sedang kamu tidak punya
          kekuatan)."
 
Terjemahan tersebut memerlukan beberapa penjelasan:
 
 a. Kata bahasa Perancis (si) (jika) menunjukkan kondisi yang
    ada hubungannya dengan kenyataan atau dengan hipotesa yang
    dapat dijelmakan atau hipotesa yang tak dapat dijelmakan.
    Bahasa Arab lebih mampu menunjukkan perbedaan kondisi
    tersebut. Ada kata (huruf) yang menunjukkan kejadian yaitu
    (idza), ada lagi huruf yang menunjukkan hipotesa yang
    mungkin yaitu (in), ada pula huruf yang menunjukkan hipotesa
    yang tak mungkin dengan huruf (law). Jadi Qur-an menyebutkan
    kemungkinan material realisasi yang kongkrit. Keterangan
    lingustik ini menghilangkan secara tegas kemungkinan
    interpretasi mistik yang beberapa pengarang lebih condong
    untuk memberikannya, tetapi hal itu terang salah.
    
 b. Tuhan mengarahkan pembicaraannya kepada roh (jin) dan
    kepada manusia, dan tidak kepada hal-hal yang khayali.
    
 c. Menembus sampai ke bahagian sebaliknya, adalah terjemahan
    kata kerja (nafadza) yang diikuti dengan huruf (min).
    Menurut kamus Kasimirski berarti memasuki, melalui dan
    keluar dari segi lain daripada suatu benda (seperti panah
    yang menembus). Hal tersebut berarti memasuki dalam dan
    keluar dari pinggiran lain dari daerah-daerah tertentu.
    
 d. Kekuasaan (sulthan) yang akan dimiliki manusia untuk
    melaksanakan proyek ini merupakan kekuasaan yang datang
    dari Tuhan.16
 
Tidak syak lagi bahwa ayat tersebut menunjukkan  kemungkinan
bahwa  dikemudian hari manusia akan dapat melakukan apa yang
biasanya  sekarang   kita   namakan   secara   tidak   benar
"menundukkan  angkasa."  Kita perlu memperhatikan juga bahwa
teks   Qur-an   tidak   hanya   menyebutkan   penetrasi   di
daerah-daerah  samawi,  akan  tetapi juga penetrasi di bumi,
artinya masuk dalam-dalam ke bumi.
 
Dua ayat lainnya diambil dari surat 15, yakni  ayat  14  dan
15.  Tuhan  membicarakan tentang orang-orang kafir di Mekah,
seperti konteks paragraf surat tersebut menerangkan:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Dan jika seandainya Kami membukakan kepada
          mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu
          mereka terus menerus naik keatasnya. Tentulah
          mereka berkata: Sesungguhnya pandangan kamilah
          yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang
          yang kena sihir."
 
Ini adalah suatu keheranan terhadap suatu kejadian yang  tak
tersangka,  berbeda  dengan  apa yang dapat dikhayalkan oleh
manusia.
 
Kata-kata yang bersyarat di sini memakai  huruf  (law)  yang
menunjukkan   bahwa  hipotesa  yang  disebutkan  tidak  akan
dilaksanakan bagi mereka yang memperhatikan paragraf ini.
 
Dalam hal-hal menundukkan "angkasa" kita  berhadapan  dengan
dua  teks  paragraf  Qur-an;  yang  satu  menunjukkan  suatu
kejadian yang akan terjadi pada suatu waktu karena kekuasaan
yang  akan  diberikan oleh Tuhan kepada otak dan ketrampilan
manusia. Yang lain menunjukkan  suatu  kejadian  yang  tidak
akan   dialami  oleh  orang-orang  kafir  di  Mekah;  inilah
sebabnya maka kejadian itu dilukiskan sebagai hal  yang  tak
akan   terjadi.   Tetapi  kejadian  itu  akan  dialami  oleh
orang-orang  lain,  seperti  yang  digambarkan   oleh   ayat
pertama.  Ayat  ini  menggarnbarkan  reaksi manusia terhadap
suatu kejadian yang tak mereka  harapkan  tetapi  yang  akan
diberikan  kepada  astronout-astronout.  Reaksi  itu  adalah
pandangan yang  penuh  dengan  kekhawatiran  serta  perasaan
seakan-akan diri mereka kena sihir.
 
Mulai  tahun 1961 para astronout telah mengalami petualangan
ini. Tahun 1961  adalah  tahun  dimana  untuk  pertama  kali
manusia  dapat  terbang  mengelilingi  bumi. Menurut laporan
para  astronout  tersebut,  jika  seseorang  berada   diluar
atmosfir  bumi,  langit  tidak lagi nampak biru seperti yang
dilihat  oleh  penduduk  bumi,  dan  yang  merupakan   hasil
fenomena  cahaya  matahari yang disedot oleh lapisan-lapisan
atmosfir. Manusia yang berada  diangkasa  di  luar  atmosfir
bumi  melihat  langit  itu  hitam  dan me lihat bumi sebagai
terselubung oleh lapisan warna kebiru-biruan yang disebabkan
oleh  sedotan  atmosfir bumi terhadap cahaya matahari. Bulan
yang tidak punya atmosfir nampak dengan warnanya sendiri  di
atas  dasar  langit  yang  hitam.  Ini adalah pandangan yang
sangat   baru   bagi   manusia,   pandangan   angkasa   yang
gambar-gambarnya   sudah   secara   umum  diketahui  manusia
sekarang.
 
Di situ, jika kita menghadapkan  teks  Qur-an  dengan  Sains
modern kita akan terpesona dengan ketepatan yang tak mungkin
kita duga akan dibawa  oleh  fikiran  seorang  manusia  yang
hidup 14 abad yang lalu.


BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

 

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team