| |
|
IV. ASTRONOMI DALAM QUR-AN Qur-an itu penuh dengan pemikiran-pemikiran tentang langit. Dalam fasal yang lalu yang membicarakan penciptaan alam, kita telah melihat bahwa adanya langit-langit dan bumi-bumi telah disebutkan; begitu juga tentang adanya ciptaan tengah (antara langit dan bumi) yang telah ditunjukkan kebenarannya oleh Sains modern. Ayat-ayat tentang penciptaan alam, telah menunjukkan secara tidak langsung ide umum tentang isi langit-langit, artinya tentang segala sesuatu yang berada di luar bumi kita. Di samping ayat-ayat yang khusus menggambarkan penciptaan, ada lebih dari 40 ayat Qur-an yang memberikan kepada astronomi (ilmu bintang) keterangan-keterangan tambahan, sebagian dari ayat-ayat tersebut hanya merupakan renungan tentang keagungan zat Pencipta dan Pengatur segala sistem bintang-bintang dan planet-planet yang kita ketahui, dan yang dipelihara dalam keseimbangan dengan peraturan yang diketemukan oleh Newton, yaitu peraturan daya tarik antara benda-benda (law of gravitation). Ayat-ayat pertama yang kita muat di sini tidak akan memberikan bahan untuk pemikiran ilmiah; maksud ayat-ayat tersebut hanya untuk menarik perhatian kekuasaan Tuhan. Walaupun begitu kita harus menyebutkannya, agar kita memperoleh idea real tentang caranya teks Qur-an menguraikan organisasi kosmos, 14 abad yang lalu. Yang saya katakan ini merupakan suatu fakta baru dalam wahyu Ilahi. Empat Injil dalam Perjanjian Baru dan juga Perjanjian Lama tidak membicarakan pengaturan alam. (Kita sudah membicarakan ketidak benaran riwayat Bibel tentang penciptaan alam secara umum). Tetapi Qur-an membicarakan soal penciptaan alam dengan panjang. Apa yang dimuat oleh Qur-an adalah penting, tetapi apa yang tidak dimuat juga penting. Qur-an tidak memuat teori yang pada waktu Qur-an diwahyukan merupakan teori yang terhormat tentang pengaturan alam samawi akan tetapi yang oleh Sains telah dibuktikan kesalahannya; nanti kita akan memberikan contoh hal ini. Untuk sementara, aspek negatif ini perlu digaris bawahi.14 A. PEMIKIRAN UMUM TENTANG LANGIT Surat 50 ayat 6, mengenai manusia secara umum: [Tulisan Arab] Artinya: "Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinva dan langit-langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun." Surat 31 ayat 10: [Tulisan Arab] Artinya: "Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya." Surat 13 ayat 2: [Tulisan Arab] Artinya: "Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayan di atas Arsy dan menundukkan matahari dan bulan." Dua ayat yang terakhir ini merupakan sangkalan terhadap kepercayaan bahwa langit itu dapat bertahan karena ada tiang-tiang yang menegakkannya supaya jangan jatuh di atas bumi. Surat 55 ayat 7: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia telah meletakkan neraca (keadilan)." Surat 22 ayat 65: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan Dia menahan langit jatuh ke bumi melainkan dengan izinNya." Orang mengetahui bahwa menjauhkan benda-benda samawi dalam jarak yang sangat besar dan sesuai dengan pentingnya benda-benda tersebut, merupakan dasar daripada keseimbangannya. Lebih jauh benda itu, lebih lemahlah daya yang menarik satu benda kepada benda lainnya. Lebih dekat benda itu, lebih kuat daya tarik di antara mereka; ini adalah kasus bulan yang dekat kepada bumi. Dan bulan itu, dengan daya tariknya mempengaruhi posisi air dalam laut atau fenomena pasang surut. Jika dua benda samawi ini terlalu berdekatan satu dengan lainnya, maka bentrokan tak dapat dielakkan, maka sikap tunduk kepada suatu perintah merupakan syarat mutlak untuk tidak terjadinya kekacauan. Inilah sebabnya menyerahnya langit-langit kepada perintah Allah seringkali disebutkan. Surat 23 ayat 86: [Tulisan Arab] Artinya: "Katakanlah Hai Muhammad: Siapa yang empunya langit yang tujuh dan yang empunya Arsy yang besar?" Kita telah mengetahui bahwa langit tujuh artinya langit-langit yang banyak sekali dan tak dapat dibatasi dengan angka. Surat 45 ayat 13: Artinya: "Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai satu rahmat) daripadaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir." Surat 55 ayat 5: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan matahan dan langit {beredar) menurut perhitungan." Surat 6 ayat 96: [Tulisan Arab] Artinya: "Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan." Surat 14 ayat 33: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan Dia telah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukan bagimu malam dan siang." Di sini, sesuatu ayat menyempurnakan ayat yang lain. Perhitungan-perhitungan yang disebutkan di sini mengakibatkan peredaran yang teratur dari benda-benda samawi. Hal ini dijelaskan dengan kata "daib" yang berarti bekerja dengan gairah dan mantap. Di sini berarti bahwa matahari dan bulan itu beredar dengan hati-hati, terus menerus. Tidak menyimpang dari peraturan yang diberikan: Surat 36 ayat 39: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah- manzilah sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir), kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua." Ini adalah isyarat kepada melengkungnya papah kurma, yang mengambil bentuk bulan tanggal muda selagi papah itu mengering. Komentar ini akan diteruskan kemudian. Surat 16 ayat 12: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintahNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahaminya." Qur-an menyebutkan adanya pengaturan samawi yang sempurna ini dengan menekankan faedahnya untuk mempermudah gerak manusia di bumi dan di laut, begitu juga untuk mempermudah perhitungan waktu. Hal ini dapat dimengerti dengan mudah jika orang mengingat bahwa Qur-an pada mulanya merupakan petunjuk bagi sekelompok manusia yang hanya dapat memahami bahasa yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya kita dapatkan pemikiran-pemikiran sebagai berikut: Surat 6 ayat 97: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui." Surat 16 ayat 16: [Tulisan Arab] Artinya: "Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itu mereka mendapat petunjuk (untuk lalu lintas)." Surat 10 ayat 15: [Tulisan Arab] Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui." Di sini ada catatan penting. Bibel memberi sifat kepada matahari dan bulan dengan kata "yang memberi cahaya"'matahari dikatakan besar, bumi dikatakan kecil. Qur-an membedakan antara matahari dan bulan dengan perbedaan-perbedaan yang lain. Memang perbedaan itu hanya perbedaan lafal (verbal). Tetapi bagaimana berbicara kepada orang-orang pada waktu itu, dengan tidak menyesatkan, dengan mengatakan bahwa matahari dan bulan bukan planet yang mempunyai sifat-sifat yang identik. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |