| |
|
Dalam bagian-bagian yang mengenai Sejarah dalam Bibel, kita dapatkan sejarah bangsa Yahudi semenjak masuk ke daerah yang dijanjikan (kira-kira pada abad XIII S.M.) sampai deportasi (pengasingan) ke Babylon pada abad VI S.M. Dalam sejarah itu ditekankan "kejadian nasional" yang digambarkan sebagai pelaksanaan janji Tuhan. Akan tetapi dalam hikayat ini tak terdapat ketelitian historis. Suatu fasal seperti fasal Yusak hanya mempunyai dasar teologi. Dalam hal ini, professor Edmond Yacob mengingatkan kita tentang adanya kontradiksi yang jelas antara arkeologi dan teks Perjanjian Lama mengenai kerusakan kota Jericho dan Ay. Kitab (fasal) Hakim-hakim dimaksudkan untuk mempertahankan bangsa yang terpilih terhadap musuh-musuh yang melingkunginya, yakni dengan pertolongan Tuhan Fasal itu berkali-kali dirubah; hal ini dijelaskan oleh R.P.A. Lefevre dalam mukaddimah Bibel Crampon. Kata-kata pengantar yang bercampur aduk susunannya serta tambahan-tambahan di belakang, menunjukkan fakta tersebut. Sejarah Ruth ada hubunganya dengan fasal Hakim-hakim. Fasal Samuel dan Fasal Raja-raja merupakan kumpulan-kumpulan biografik yang menarik bagi Samuel, Saul, David dan Salomon Tetapi nilai sejarahnya disangsikan. Edmond Yacob menemukan di dalamnya banyak kesalahan-kesalahan; kadang-kadang sesuatu kejadian diriwayatkan dua atau tiga kali. Nabi-nabi Elia, Elisa, Yesaya dalam bagian itu juga mendapat tempat, tetapi sejarah mereka tercampur dengan legenda, walaupun menurut R.P.A. Lefevre nilai sejarahnya sangat penting. Bagian pertama dan kedua dari kitab (fasal) Tawarikh, fasal-fasal Ezra dan Nehemia ditulis oleh satu orang yang hidup pada akhir abad IV S.M. Ia meriwayatkan sejarah dari masa penciptaan Tuhan sampai waktu itu, akan tetapi silsilah keturunan (genealogi) hanya sampai nabi Dawud. Ia mengambil dan menjiplak dari fasal Samuel dan fasal Raja-raja dengan tidak memperhatikan kepincangannya; begitulah kata E. Yacob; akan tetapi ia menambah hal-hal yang pasti yang dikuatkan oleh arkeologi. Dalam fasal-fasal tersebut, sejarah disesuaikan dengan teologi. Edmond Yacob berkata: kadang-kadang pengarang menulis sejarah bersandar kepada teologi. Umpamanya, untuk menerangkan bahwa Raja Manassi, seorang yang fasiq dan menganiaya pemeluk-pemeluk agama tetapi memerintah lama dan masa pemerintahannya penuh dengan kemakmuran, pengarang Injil mengatakan bahwa raja tersebut telah mengikuti agama Yahudi ketika berada di Assyrie (Tawarikh, fasal dua, 33/11), padahal soal tersebut tak terdapat baik dalam sumber-sumber Bibel atau di luarnya. Fasal Ezra dan Nehemia telah menjadi sasaran kritik yang banyak oleh karena fasal itu penuh dengan kekaburan dan karena fasal-fasal tersebut menceritakan tentang suatu periode sejarah yang sampai sekarang belum terang benar kecuali jika kita pakai dokumen di luar Bibel, yaitu periode abad IX S.M. Di antara fasal-fasal yang mengenai sejarah terdapat fasal Tobias, Yudith dan Ester. Dalam fasal-fasal tersebut terdapat perubahan-perubahan terhadap sejarah seperti penggantian nama-nama orang, dan kejadian yang tak pernah ada; semua itu untuk sesuatu maksud keagamaan. Fasal-fasal tersebut lebih merupakan berita-berita yang bersifat petunjuk-petunjuk moral akan tetapi penuh dengan kekeliruan sejarah. Mengenai dua fasal tentang Maccabee yang membicarakan kejadian-kejadian abad II S.M., dapat dikatakan bahwa fasal itu meriwayatkan sejarah dengan baik dan mempunyai nilai yang besar. Dengan begitu maka kesimpulan-kesimpulan fasal-fasal sejarah: merupakan kumpulan yang pincang. Sejarah ditulis, sebagian secara ilmiah dan sebagian lagi secara khayalan. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |