| |
|
Taurah adalah nama dalam bahasa Semit. Kalimat Yunani yang sekarang dipakai dalam bahasa Perancis adalah Pentateuque yang artinya kitab yang terdiri dari lima bagian: Kejadian, Keluaran, Imamat orang Levi, Bilangan dan Ulangan, yaitu lima fasal yang pertama dari 37 fasal yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Kumpulan teks ini membicarakan asal alam, sampai masuknya bangsa Israil di Kana'an, tanah yang dijanjikan sesudah mereka menjadi budak di Mesir; atau lebih tepat lagi sampai wafatnya nabi Musa. Tetapi riwayat kejadian-kejadian sejarah itu dipergunakan sebagai kerangka untuk menerangkan kehidupan keagamaan dan sosial bangsa Yahudi. Dari sinilah nama Hukum atau Taurah. Orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen selama berabad-abad berpendapat bahwa pengarang Taurah (lina bagian pertama daripada Perjanjian Lama) adalah Nabi Musa sendiri. Barangkali pendapat tersebut didasarkan atas ayat (Keluaran 17, 14) yang berbunyi: "Tulislah itu (kekalahan kaum Amalek) dalam Kitab," atau atas ayat (Bilangan 33, 2) tentang keluarnya orang Yahudi dari Mesir yang berbunyi "Musa menerangkan dengan tulisan tempat-tempat mereka berangkat," atau dalam (kitab Ulangan 3, 9) yang berbunyi: "Musa menulis aturan (hukum) ini." Semenjak abad Pertama S.M. banyak orang yang mempertahankan anggapan bahwa seluruh Pentateuque ditulis oleh Nabi Musa, di antara orang-orang itu adalah: Flavius Joseph dan Philon dari Alexandria. Pada waktu sekarang anggapan seperti tersebut di atas sudah ditinggalkan orang. Tetapi meskipun begitu, Perjanjian Baru masih mempertahankannya. Paulus dalam suratnya kepada orang-orang Rum (10, 5) mengutip kata-kata orang Levi: "Musa sendiri menulis aturanaturan yang datang dari Taurah." Yahya, pengarang Injil yang keempat, dalam fasal 5, ayat 46-47 meriwayatkan bahwa Yesus berkata: "Jika kamu telah melihat Musa, kamu tentu akan percaya kepadaku karena ia (Musa) telah menulis tentang diriku. Kalau kamu tidak percaya kepada apa yang ditulis oleh Musa, bagaimana kamu dapat percaya kepada apa yang aku katakan?" Di sini kekeliruan timbul daripada redaksi; teks asli bahasa Yunani adalah "episteute" yang berarti "fasal" dan bukan "menulis." Dengan begitu maka Yahya, penulis Injil ke empat telah memberi keterangan salah yang digambarkan telah diucapkan oleh Yesus. Saya meminjam bahan-bahan di atas dari R.P. de Vaux, direktur Lembaga Bibel di Yerusalem. Dalam terjemahan "kitab Kejadian" tahun 1962 ia memberi pengantar umum yang memuat argumentasi yang bertentangan dengan keterangan Injil mengenai siapa yang menulis "Pentateuque" (lima fasal pertama dalam Perjanjian Lama). R.P. de Vaux memperingatkan bahwa tradisi Yahudi yang menjadi pedoman bagi Yesus dan para rasul (sahabat)nya telah diterima sampai akhir abad pertengahan. Pada abad XII, Aben Isra adalah satusatunya orang yang menentang anggapan itu. Pada abad XVI, Carlstadt memperingatkan kita bahwa Nabi Musa tentu tidak dapat menulis berita tentang kematiannya, seperti yang tersebut dalam kitab (fasal) Ulangan 34, 512. Pengarang kemudian menyebutkan kritikkritik lainnya yang mengatakan bahwa tidak semua Taurah itu karangan Musa; secara khusus disebutkan buku karangan Richard Simon yang berjudul: Histoire Critique du Vieux Testament (Sejarah Kritik tentang Perjanjian Lama) tahun 1678 yang menonjolkan kesulitan-kesulitan kronologis (urutan Sejarah), ulangan-ulangan, tulisan-tulisan yang tak teratur tentang riwayat-riwayat, serta perbedaan-style (tata bahasa) dalam Taurah. Karangan R. Simon tersebut telah menyebabkan heboh, tetapi orang tidak lagi mengikuti argumentasi R. Simon; buku-buku sejarah dari permulaan abad 18 selalu menyebutkan: "Apa yang telah ditulis oleh Musa" untuk menunjukkan sumber yang sangat kuno. Kita dapat mengerti betapa susahnya menentang suatu dongengan (Legende) yang berdasarkan atas sandaran yang (digambarkan) telah diberikan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru. Kita berhutang budi kepada Yean Astruc, tabib pribadi Raja Louis XV yang telah memberikan argumen yang kuat. Pada tahun 1753 ia menerbitkan bukunya: Dugaan tentang catatan-catatan asli, yang dipakai oleh Nabi Musa untuk menulis kitab (fasal) Kejadian. Dalam buku itu, ia menitik beratkan adanya bermacam-macam sumber. Ia sudah terang, bukannya orang pertama yang menulis hal ini, akan tetapi ia adalah orang pertama yang berani mengumumkan suatu kenyataan yang sangat penting, yaitu bahwa mengenai kitab: (fasal) Kejadian terdapat dua teks yang berbeda-beda; yang satu menamakan Tuhan dengan kata Yahwe, yang lainnya menyebut Tuhan dengan kata Elohim. Eichhorn (1780-1783) mengungkapkan penemuan yang sama mengenai empat kitab (fasal) lainnya dalam Taurah (Pentateuque). Kemudian pada tahun 1798, Ilgen merasa bahwa satu daripada dua teks yang diselidiki oleh Astruc yaitu teks yang di dalamnya Tuhan dinamakan Elohim, harus dibagi menjadi dua. Dengan begitu maka Pentateuque menjadi benar-benar terpecah-pecah. Pada abad XIX telah dilakukan penelitian yang telah mantap mengenai sumber-sumber Perjanjian Lama. Pada tahun 1854, orang berpendapat bahwa ada 4 sumber, yaitu: dokumen Yahwist, dokumen Elohist, Deuteronomy, kitab-(fasal) Ulangan dan kode Sakerdotal (hukum para pendeta). Dokumen Yahwist telah ditulis di Kerajaan Yuda pada abad IX S.M. Dokumen Elohist adalah lebih baru, dan ditulis di kerajaan Israil Deuteronomy (Kitab Ulangan) menurut Edmond Yacob ditulis pada abad VIII S.M., dan menurut R.P. de Vaux ditulis pada abad VII S.M. pada zaman Yosias. Dan akhirnya, code Sakerdotal (hukum-hukum pendeta) ditulis pada abad VI S.M., yakni pada zaman pengasingan Israil di Babylon atau sesudahnya. Dengan begitu maka teks Taurah telah berangsur-angsur tertulis selama sedikitnya tiga abad. Akan tetapi masalahnya jauh lebih kompleks. Pada tahun 1941, A. Lods mengatakah bahwa document Yahwist mempunyai 3 sumber, dokumen Elohist mempunyai 4 sumber, kitab ulangan mempunyai 6 sumber dan hukum-hukum pendeta mempunyai 9 sumber, di samping tambahan- tambahan yang dibagi-bagi antara 8 penulis, sebagai yang dikatakan oleh R.P. de Vaux. Kemudian orang mulai berfikir bahwa banyak hukum-hukum dalam Taurah yang sama dengan hukum-hukum lama di luar Bibel, dan banyak riwayat-riwayat dalam Taurah yang memberi kesan berasal dari lingkungan lain yang lebih kuno; dengan demikian maka persoalannya menjadi jauh lebih kompleks. Sumber-sumber yang banyak itu menyebabkan perbedaan- perbedaan dan ulangan-ulangan. R.P. de Vaux memberi contoh tentang tercampurnya tradisi yang berbeda- beda mengenai penciptaan alam, anak keturunan Cain (Habil), banjir Nabi Nuh, penculikan Nabi Yusuf, petualangannya di Mesir, perbedaan nama seseorang, penyajian yang berbeda-beda mengenai sesuatu ke}adian. Dengan begitu maka Taurah (Pentateuque) nampak tersusun daripada tradisi bermacam-macam yang dihimpun secara baik oleh penyusun-penyusunnya, yang kadang-kadang menjajarkan kumpulan mereka dan kadang-kadang merubah kumpulan-kumpulan itu dengan maksud menimbulkan sintesa di antaranya; meskipun dalam melakukan hal terakhir ini mereka tidak menghilangkan perbedaan serta keragu-raguan sehingga hal-hal ini menarik perhatian orang-orang zaman sekarang untuk mengadakan penelitian mengenai sumber-sumber asli. Dalam rangka kritik mengenai teks, Taurah (Pentateuque) memberi contoh yang amat jelas tentang perubahan- perubahan yang dilakukan oleh manusia, pada bermacam- macam periode sejarah bangsa Yahudi, tradisi lisan dan teks-teks yang berasal dari generasi-generasi terdahulu. Taurah bermula pada abad X atau IX S.M. dengan tradisi Yahwist yang menceriterakan permulaan penciptaan alam, kemudian menyusun sejarah bangsa Israil, dan seperti kata R.P de Vaux, menempatkannya dalam rencana Tuhan untuk seluruh kemanusiaan. Akhirnya Taurah terus tersusun pada abad VI S.M dengan tradisi pendeta-pendeta, yang mementingkan tahun dan silsilah keturunan (Genealogi).4 Pernyataan-pernyataan yang sedikit atau jarang yang tetap terdapat dalam tradisi ini, menurut R.P. de Vaux, menunjukkan perhatian besar yang mengenai hukum seperti istirahat pada hari Sabtu setelah menciptakan alam, aliansi dengan Nuh, aliansi dengan Ibrahim, khitan, pembelian gua Makpeh yang memberi hak milik kepada pendeta-pendeta di Kana'an. Kita perlu ingat bahwa tradisi sakerdotal (pendeta-pendeta) muncul setelah bangsa Israil kembali dari pengasingannya di Babylon dan mendiami Palestina mulai tahun 583 S.M. Jadi soal agama dan soal politik tercampur. Mengenai kitab (fasal) Kejadian, pembagian dalam tiga sumber pokok telah dianggap benar: R.P. de Vaux dalam terjemahannya membawakan teks-teks yang menjadi dasar bagi teks yang ada sekarang dalam fasal Kejadian. Dengan mendasarkan penyelidikan kepada teks-teks tersebut, siapa saja dapat menunjukkan hubungan antara teks dalam fasal Kejadian dengan teks dalam tiga sumber pokok tersebut di atas. Umpamanya, mengenai yang berhubungan dengan penciptaan alam, dengan banjir dan periode semenjak banjir sampai munculnya Ibrahim, yaitu ceritera dalam 11 bagian yang pertama dalam kitab (fasal) Kejadian, kita dapat menemukan sebagian teks Yahwist dan sebagian lainnya teks Sakerdotal. Teks Elohist tak terdapat dalam 11 bagian pertama. Percampuran antara teks Yahwist dan Sakerdotal nampak dengan jelas. Adapun yang mengenai penciptaan alam sampai Zaman Nabi Nuh (5 bagian yang pertama), susunannya lebih mudah; satu bagian Yahwist bergantian dengan satu susunan Sakerdotal dari permulaan sampai akhir. Mengenai Banjir, khususnya mengenai bagian 7 dan 8, potongan-potongan teks menurut sumber asli memisahkan beberapa bagian-bagian yang sangat pendek. Dalam meneliti 100 baris teks Prancis, kita beralih dari satu teks kepada teks yang lain lebih dari 17 kali. Dari sinilah timbulnya perbedaan-perbedaan dan kontradiksi dalam pembacaan Taurah dalam Injil yang ada sekarang. (Lihatlah gambar yang menjelaskan pembagian sumber-sumber di bawah ini). Perincian Pembagian Teks Yahwist dan Teks Sakerdotal dalam Bagian 1-11 dari Kitab Kejadian Angka pertama menunjukkan fasal (Bagian). Angka kedua antara dua kurung menunjukkan nomornya kata-kata (phrase) yang kadang-kadang dibagi menjadi dua bagian, a dan b Huruf Y menunjukkan teks Yahwist. Huruf S menunjukkan teks Sakerdotal. Contoh: baris pertama daripada tabel ini menunjukkan bahwa dari fasal (bagian) pertama, kata-kata (phrase) 1 sampai bagian 2 kata-kata (phrase) 4a, teks yang ada sekarang dalam Bibel adalah teks Sakerdotal. Fasal(bagian) Phrase s/d Fasal Phrase Teks 1 (1) 2 (4a) S 2 (4b) 4 (2b) Y 5 (1) 5 (32) S 6 (1) 6 (8) Y 6 (9) 6 (22) S 7 (1) 7 (5) Y 7 (6) ... ... S 7 (7) 7 (10) Y 7 (11) ... ... S 7 (12) ... ... Y 7 (13) 7 (16a) S 7 (16B) 7 (17) Y 7 (18) 7 (21) S 7 (22) 8 (23) Y 7 (24) 8 (2a) S 8 (2b) ... ... Y 8 (3) 8 (5) S 8 (6) 8 (12) Y 8 (13a) ... ... S 8 (13b) ... ... Y 8 (14) 8 (19) S 8 (20) 8 (22) Y 9 (1) 9 (17) S 9 (18) 9 (27) Y 9 (28) 10 (7) S 10 (8) 10 (19) Y 10 (20) 10 (23) S 10 (24) 10 (30) Y 10 (31) 10 (32) S 11 (1) (11) (9) Y 11 (10) 11 (32) S Ini semua adalah gambaran yang sangat jelas tentang permainan yang dilakukan oleh manusia mengenai Bibel. |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |