| |
|
------------------------------------------------------------ 21. REPRODUKSI MANUSIA: AKIBAT-AKIBATNYA ATAS TRANSFORMASI- TRANSFORMASI SPESIES (4/5) ------------------------------------------------------------ Setelah mencapai bab penelitian kita ini berkenaan dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh Al-Quran kepada pertanyaan 'dari manakah asal-usul manusia?' kiranya kita barangkali cenderung untuk berpikir bahwa tema ini telah sepenuhnya tergarap. Halnya memang tampak demikian setelah kita pelajari ayat-ayat yang dikutip dalam dua bab sebelumnya. Tetapi kita mesti ingat bahwa mengenai salah satu ayat ini kita melihat betapa bermanfaatnya untuk terus melanjutkan analisis kita dengan bertumpu pada data yang terdapat di dalam Al-Quran berkenaan dengan reproduksi manusia. Sesungguhnya pernyataan-pernyataan Al-Quran yang berhubungan dengan tema ini mengandung jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai transformasi-transformasi yang terjadi dalam morfologi manusia selama berabad-abad yang memang diatur oleh kode genetik yang terbentuk karena bersatunya kromosom-kromosom yang diterima dari sel-sel reproduksi keayahan dan keibuan. Dengan demikian, warisan genetik yang disatukan menentukan pertama embrio[7] dan kemudian foitus,[8] suatu kemungkinan munculnya perubahan-perubahan morfologis sebagaimana dibandingkan dengan yang dimiliki oleh ayah atau ibu. Modifikasi-modifikasi ini menjadi bersifat pasti atau definitif setelah anak dilahirkan dan selama pertumbuhannya di masa kanak-kanaknya. Paling tidak modifikasi-modifikasi ini memberi kepada sang anak kepribadian struktural yang bersifat khas. Lepas dari kembar identik yang terbentuk dari satu ovule tak satu manusia pun benar-benar sama satu sama lain. Sedangkan paling jauh hal ini adalah persoalan perbedaan-perbedaan susunan yang mempengaruhi spesies itu sendiri. Karena itu, keseluruh-terpaduan perubahan yang terjadi dari generasi ke generasi, yang akhirnya menentukan transformasi-transformasi morfologis yang telah dicatat oleh para ahli paleontologi pada berbagai kelompok manusia sejak zaman dulu. Konsekuensinya, kita harus meninjau kembali pokok-pokok utama mengenai reproduksi yang terdapat di dalam Al-Quran. Oleh karena itu, secara ringkas saya akan meringkaskan studi terinci atas masalah ini yang muncul dalam Bibel, Al-Quran dan Sains Modern. Bagi kita, menangkap makna (khususnya berkenaan dengan perbandingan antara pernyataan-pernyataan yang terkandung didalam Kitab-kitab Suci dan data saintifik), kita mesti ingat bahwa teks tersebut diturunkan kepada manusia pada abad ketujuh AD (Anno Domini)*. Karya manusia apa pun pada masa itu mengemukakan pernyataan-pernyataan yang tak tepat. Ilmu belum berkembang, maka mau tak mau pemaparan apa pun mengenai reproduksi manusia penuh dengan gagasan-gagasan yang berasal dari mitos dan tahyul. Harus bagaimana lagi, sebab untuk memahami mekanisme kompleks dalam proses ini, manusia harus mengetahui anatomi dan menggunakan mikroskop, dan ilmu-ilmu dasar mesti dimaujudkan sehingga hal ini akan melicinkan jalan bagi fisiologi, embriologi dan ilmu kebidanan. Pengingat Gagasan-Gagasan Tertentu Mengenai Reproduksi Manusia ------------------------------------------------------------ Yang saya niatkan di sini bukanlah mengajukan teori-teori tetapi menyajikan gagasan-gagasan yang didasarkan pada fakta-fakta. Teori-teori pada hakikatnya terbuka bagi perubahan. Jika didekati dari suatu sudut teoritis, sains yang berada dalam keadaan yang sahih sekarang bisa saja disalahkan besok. Oleh karena itu, suatu dasar yang memadai untuk perbandingan adalah dasar yang bertumpu pada daya saintifik dan tidak terbuka bagi perubahan, yang telah benar-benar dikukuhkan dan diuji melalui eksperimentasi dan malah mungkin telah secara efektif dipraktekkan. Sudah merupakan fakta yang diakui bahwa reproduksi manusia berlangsung dalam suatu rangkaian proses yang dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia,* suatu sel telur yang telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan melalui siklus menstrual. Yang melakukan pembuahan tersebut adalah suatu sel yang berasal dari pria, yaitu spermatozoa, yang berpuluh-puluh juta spermatozoa terkandung dalam satu sentimeter kubik sperma. Meskipun demikian, yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya pembuahan adalah satu spermatozoa saja, atau dengan kata lain, sejumlah sangat kecil cairan sperma. Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh buah pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu sistem saluran dan tandon. Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari tempat penyimpanannya ke saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut yang, meskipun demikian, tidak mengandung unsur-unsur pembuah. Keluaran-keluaran getah ini, meskipun demikian, akan memberikan suatu pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma untuk sampai ke tempat sel telur wanita dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu merupakan suatu campuran: ia mengandung cairan benih dan berbagai keluaran getah tambahan. Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui tabung Falopia; bahkan pada saat ia turun itulah, ia telah mulai terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau kekentalan lendir dan otot-otot, begitu tembuni terbentuk. Segera setelah embrio tampak oleh mata telanjang, ia terlihat sebagai suatu kelemit daging yang tidak memiliki bagian-bagian yang bisa dibedakan. Di sana ia berkembang secara bertahap hingga mencapai satu bentuk manusia, selama tahap-tahap ini bagian-bagian tertentu seperti kepala agak lebih besar volumenya dibanding bagian-bagian tubuh selebihnya. Hal-hal ini akhirnya menyusut, sedang struktur penopang hidup dasar membentuk kerangka yang dikelilingi otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian dalam tubuh) dan sebagainya. Pernyataan-Pernyataan dalam Al-Quran ------------------------------------------------------------ Ringkasan singkat di atas menggambarkan tahap-tahap dasar perkembangan yang pada halaman-halaman berikut akan kita perbandingkan dengan pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran. Untuk lebih mempermudah pemahaman atas butir-butir yang diajukan di dalam Al-Quran, kiranya bisa didaftar sebagai berikut: 1. sejumlah kecil cairan yang dibutuhkan untuk pembuahan; 2. campuran cairan pembuahan; 3. penanaman telur yang telah dibuahi; 4. evolusi embrio Sejumlah Cairan Yang Dibutuhkan Untuk Pembuahan ------------------------------------------------------------ [Tulisan Arab] "(Tuhan) telah membentuk manusia dari sejumlah kecil mani." (QS 16:4) Ungkapan ini terdapat sebelas kali dalam Al-Quran. Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai sejumlah kecil (sperma) adalah nuthfah. Barangkali hal ini bukanlah penerjemahan yang paling ideal, tetapi tampaknya tak ada satu kata dalam bahasa Inggris pun yang bisa sepenuhnya menangkap makna penuhnya. Kata tersebut berasal dari kata kerja bahasa Arab yang berarti 'jatuh bertitik atau menetes.' Arti utamanya merujuk kepada jejak cairan yang tertinggal di dasar sesuatu ember setelah ember dikosongkan. Dengan kata lain sejumlah sangat kecil cairan yang merupakan arti kedua kata tersebut yaitu setetes air. Dalam contoh khusus ini ia berarti sejumlah kecil sperma, karena kata tersebut dikaitkan dengan kata 'sperma' (mani di dalam bahasa Arab) dalam ayat berikut: [Tulisan Arab] "Bukankah (manusia) dahulu merupakan setetes mani yang ditumpahkan." (QS 75:37) Penting untuk disadari bahwa Al-Quran menyatakan secara jelas bahwa kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung pada volume cairan yang di-'semburkan.' Gagasan bahwa sejumlah sangat kecil cairan sebagai sepenuhnya bersifat efektif tidak segera tampak nyata. Orang-orang yang tak tahu fakta sebenarnya berkenaan dengan gejala ini pasti akan cenderung berpikir sebaliknya. Namun lebih dari seribu tahun sebelum kemaujudan spermatozoa ditemukan di awal abad 17 Al-Quran mengungkapkan gagasan-gagasan yang terbukti benar berdasarkan penemuan identitas unsur pembuah yang diukur dalam satuan-satuan perseribu milimeter. Adalah benar-benar spermatozoalah yang terdapat di dalam cairan benih yang mengandung pita DNA. Hal ini pada gilirannya membentuk kendaraan bagi gen-gen dari sang ayah yang bersatu dengan gen-gen dari ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon manusia. Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi pria -yang bergabung dengan gen-gen sel reproduksi wanita- membentuk faktor-faktor yang akan menentukan berbagai kekhasan calon manusia itu. Sebagaimana telah kita lihat sebelumnya dalam buku ini, begitu penyusutan kromatik berlangsung, maka spermatozoa itu membawa gen-gen yang mengandung faktor-faktor yang menentukan apakah calon manusia itu akan berjenis kelamin laki-laki (hemicromosom Y) atau wanita (hemicromosom X). Jika, di antara tak terhitung banyaknya spermatozoa yang berkumpul di sekitar tepi sel telur sebagai sel-sel pembuah yang mungkin, satu spermatozoa yang benar-benar berhasil membuahinya mengandung hemicromosom Y, maka calon anak tersebut akan menjadi anak laki-laki. Jika spermatozoa yang menembus sel telur mengandung hemicromosom X, maka anak tersebut akan menjadi seorang anak perempuan. Oleh karena itu, jenis kelamin seseorang, secara genetik, ditentukan pada saat terjadi pembuahan oleh unsur pembuah, dalam sejumlah sangat kecil, dan setelahnya kekhasan-kekhasan seksual anak tersebut terus terbentuk. Al-Quran mengandung pernyataan di bawah ini mengenai masalah di atas (ketika merujuk kepada manusia): [Tulisan Arab] "Dari sejumlah kecil cairan, (Tuhan) membentuknya (dalam proporsi yang tepat) lalu menentukannya." (QS 80:19) (Saya telah menerjemahkan kata khalaqa sesuai dengan arti aslinya -yang disebutkan dalam bab sebelumnya- yaitu 'membentuk dengan proporsi yang sesuai' atau 'membentuk' dan bukannya dengan kata kerja 'menciptakan.' Kita tentu mesti mengakui bahwa dalam hal ini ada kesesuaian yang mencengangkan antara pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran berkenaan dengan suatu ketentuan yang ditetapkan pada tahap ini dan pengetahuan kita tentang fakta bahwa warisan genetik yang diterima dari ayahlah yang menentukan jenis kelamin seseorang suatu hal yang ditekankan di atas. ------------- Catatan kaki: 7 Sebelum bulan kedua masa kehamilan. 8 Setelah bulan kedua masa kehamilan. * Anno Domini: penanggalan yang dibuat dengan bertolak dari kelahiran Yesus penyunting. * Tabung Falopia: pembuluh lembut yang menghubungkan rahim dengan daerah indung telur dalam sistem reproduksi wanita (manusia) dan betina (hewan-hewan bertulang belakang yang lebih tinggi) - penyunting. 9 Jika memang demikian, tentu hukum-hukum ketata-bahasaan satu segi dari teks Al-Quran yang tak pernah salah akan menentukan bahwa kata itu muncul dalam bentuk ganda, dan bukan dalam bentuk jamak sebagaimana muncul di sini. * Prostat: sebuah kelenjar pada hewan menyusui yang terdiri atas jaringan otot dan kelenjar yang mengelilingi saluran kencing (sperma) pada kandung kemih -penyunting. (bersambung 5/5) |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |