Surat Menyurat
Maryam Jamilah - Maududi


Lahore, 1 April 1961

Nona Marcus yth

Assalamu'alaikum warahmatullah,

Surat anda tertanggal 8 Maret 1961 telah sampai di sini dengan segera, tetapi tidak dapat saya balas lebih cepat karena kesehatan saya terganggu. Sejak pertengahan Ramadan saya menderita nyeri yang amat sangat lagi terus menerus di bahu kanan saya. Pengobatan yang diberikan sejauh ini belum bisa menyembuhkannya. Akhirnya, dokter menasehatkan agar saya diberi penyinaran sinar X yang kuat.

Telah saya baca surat anda dengan penuh rasa tertarik. Gambar pakaian wanita Amerika yang anda kirimkan itu bukan berita baru bagi saya. Telah sering kami lihat wanita Eropa dan Amerika di Lahore mengenakan pakaian dengan mode serupa. Saya telah melihat wanita Arab di Kairo, Beirut dan Damaskus yang berkeliaran dengan pakaian yang sama. Sungguh tidak dapat saya bayangkan bagaimana seorang wanita yang punya rasa kesopanan bisa berpakaian seperti itu, walaupun di antara keluarga terdekatnya sekalipun, apalagi di luar rumah!

Saya benar-benar berbahagia mengetahui betapa anda memandang rendah terhadap bentuk pakaian seperti ini. Jika anda bisa belajar bahasa Arab atau Urdu dan belajar secara langsung perintah-perintah terperinci Nabi Muhammad saw berkenaan dengan wanita, saya berharap, akan anda dapati hal tersebut sangat sesuai dengan sifat kewanitaan sejati.

Peran sosial yang harus dimainkan oleh wanita Barat itu bukanlah merupakan "emansipasi" yang sebenarnya, tetapi merupakan perbuatan yang tidak wajar dan perbudakan. Sebagai hasil dari propaganda yang salah dan menyesatkan ini, kaum wanita mencoba untuk membuang sifat kewanitaan mereka sendiri. Mereka pikir, menduduki tempatnya yang alami dalam kehidupan dan melaksanakan tugas-tugas yang dikenakan oleh alam akan memerosotkan diri mereka. Mereka malah mengejar kehormatan dengan upaya-upaya kelaki-lakian.

Peradaban Barat telah terbukti berlaku sangat kejam terhadap kewanitaannya. Di satu pihak ia menuntut agar wanita menduduki kodratnya sebagai wanita, tapi di pihak lain peradaban ini mengajak mereka untuk menduduki dan mengerjakan berbagai pekerjaan kaum pria.

Dengan demikian, wanita diletakkan persis di antara dua batu gerinda. Lagi pula, propaganda seperti ini telah memikat kaum wanita, sehingga mereka merasa harus membuat diri mereka lebih menarik bagi lawan jenisnya. Dengan demikian mereka telah memperkosa kesopanan mereka dengan mengenakan pakaian yang minim atau bahkan telanjang. Mereka telah dijelmakan menjadi barang mainan di tangan kaum lelaki.

Islam telah membuktikan diri sebagai penyelamat kaum wanita, dengan mengikatkan setiap wanita kepada seorang laki-laki dan memerdekakannya dari semua laki-laki lain. Islam memberikan nilai yang tinggi bagi kegiatan-kegiatan yang dikaruniakan oleh alam kepada kaum wanita. Peradaban Barat, di lain pihak, telah menjadikan kaum wanita sebagai budak banyak kaum lelaki dan melekatkan pengertian yang salah dengan menganggap seluruh tugas yang seharusnya cocok untuk kaum wanita sebagai memalukan.

Keterangan anda tentang Universitas Islam Madinah itu tidak benar. Kurikulum yang saya ajukan dan telah disetujui oleh panitia yang ditunjuk oleh Raja terdiri dari pengajaran al-Qur'an, Fikih, Ilmu Kalam dan Sejarah Islam yang dikombinasikan dengan Filsafat Barat, Ilmu Hukum, Sejarah, Ekonomi, Politik dan Perbandingan Agama, ditambah satu bahasa Barat: Perancis, Inggris atau Jerman sebagai pilihan wajib. Pendidikan yang wujudnya seperti ini tidak bisa dikatakan "sekular" ataupun agamis dalam arti sempit masing masing istilah tersebut.

Kami menghendaki agar Universitas ini betul-betul berbeda dari sekolah-sekolah modern atau madrasah model lama dan mempunyai kedudukan yang sama sekali unik. Ingin kami cetak sarjana-sarjana muslim yang benar-benar memahami ajaran Islam yang dikombinasikan dengan pengetahuan modern, sehingga mereka akan berkompeten untuk menerapkan nilai-nilai pokok Ajaran Islam kepada masalah kehidupan masa kini.

Seperti negara-negara Islam yang lain, Saudi Arabia saat ini merupakan ajang perbenturan dua peradaban yang saling bertentangan. Penemuan minyak telah memberikan kekayaan yang tidak terimpikan dan melimpah ruah. Akhirnya, pintu air penahan peradaban Barat telah terbuka lebar. Riyadh modern saat ini sedang tumbuh sebagai tiruan dari ibukota negara-negara Barat di padang pasir Arab, demikian pula kota-kota Dhahran dan Jeddah. Bahkan Makkah dan Madinah pun sedang dalam proses "pemodernan".

Pada saat kritis seperti ini, bila kita gagal menghasilkan sarjana kelas wahid yang dapat membekali negara Arab dengan kepemimpinan intelektual dan praktis yang dibutuhkan, saya khawatir tempat suci Islam ini akan disapu bersih oleh gelombang kebudayaan materialistik yang telah menimpakan malapetaka di Turki. Dan sekarang, Mesir, Tunisia, Maroko, Indonesia dan Pakistan sedang menderita genggaman mautnya. Saya pikir, tugas utama kita adalah menyelamatkan pusat Islam dari bahaya yang terus meningkat ini.

Presiden Tunisia, Habib Bourguiba dengan taat kini mengikuti Mustafa Kemal Ataturk. Kesemua orang ini yang ingin disebut sebagai pemimpin Islam modern ini telah melakukan pengkhianatan besar-besaran di negerinya masing-masing. Ketika mereka lancarkan perjuangan untuk mengusir penjajah Barat, mereka bujuk orang atas nama Islam. Tetapi segera setelah mereka pegang kekuasaan, mereka anggap agama sebagai kambing hitam "kemunduran" bangsa. Dengan tanpa ampun mereka padamkan segala pewujudan pemikiran dan kebudayaan Islam. Orang-orang seperti itulah produk imperialisme. Mereka tak punya pengetahuan ataupun penghargaan terhadap Islam. Mereka dididik dan dibesarkan di Inggris, Perancis atau negara Eropa yang lain.

Banyak di antara mereka yang menikah dengan wanita barat (istri Bourguiba orang Perancis). Mereka benar-benar merupakan prototip masyarakat Barat dalam perilaku dan kehidupan sehari-hari. Umat Islam harus menerima kepemimpinan mereka agar dapat memenangkan kebebasan politik mereka dan kini pemimpin-pemimpin yang ter-eropa-kan ini berusaha melenyapkan sisa-sisa terakhir peradaban Islam dari negeri mereka demi mengamankan dan memperkuat kekuasaan politik mereka.

Dr. Wilfred Cantwell Smith pernah bertemu muka dengan saya di tahun 1958 ketika dia menghadiahkan saya sebuah salinan pelengkap dari buku yang anda sebutkan dalam surat yang lalu. Orang-orang ini tidak berhasil membuat Islam Baru untuk kita. Sia-sia mereka berharap agar kita meninggalkan Islam yang benar dari Qur'an dan Sunnah untuk menerima model yang mereka ciptakan. Mereka tidak sadar bahwa semua usaha mereka ditakdirkan akan gagal. Seorang muslim harus tetap menjadi muslim dalam bentuknya yang murni, dan Allah melarangnya untuk menyeleweng dari sumber Islam yang murni. Sebab itu, mestilah ia pilih jalan tengah antara keduanya, dan kesempatan-kesempatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup Islam suam-suam kuku seperti ini sangatlah suram.

Saya terheran-heran melihat ketololan penguasa-penguasa Barat. Di satu pihak mereka ingin agar orang Islam menghajar Komunis karena mereka ateis, tetapi di lain pihak mereka anggap Islam sebagai ancaman. Karena itu mereka berusaha melakukan de-lslamisasi orang-orang Islam dan menggalakkan segala bentuk bid 'ah dan kemurtadan. Alangkah kasihannya orang-orang yang tidak mengerti akibat ketololan mereka ini. Mereka selalu mendorong unsur-unsur yang terus menyusupkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam ke dalam negara Islam, dan tak pernah lelah mengutuk orang-orang yang berjuang untuk mempertahankan ruh Islam dan mernfitnahnya sebagai "reaksioner" dan "fanatik". Tak cukup puas dengan kecaman-kecaman seperti itu, mereka jadikan pemimpin modern sebagai alat untuk memojokkan orang Islam yang selalu berjuang demi kebangunan Islam. Hanya Tuhanlah yang tahu apa yang akhirnya akan terjadi akibat sikap yang tidak bijak lagi sesat dari orang-orang Barat pengkritik itu.

Dr. Wilfred Cantwell Smith dan rekanan-rekanannya di kalangan kita mesti yakin bahwa mayoritas orang Islam samasekali tak akan mungkin menerima dan mempercayai "Islam" versi baru ini sebagai ajaran yang murni. Syukur kepada Allah, bahwa sumber Islam yang murni al-Qur'an dan Sunnah masih tetap perawan dan tidak tercampur. Selama masih ada seorang muslim yang dapat menggunakan sumber-sumber asli ini, maka tak akan ada terbitan palsu yang bisa beredar luas dan dipakai di kalangan umat Islam. Perjalanan saya ke Benua Afrika mungkin akan tertunda sampai bulan Juli, karena kesehatan saya tidak memungkinkan untuk bepergian. Lagi pula, teman Afrika saya menganggap bahwa perjalanan saya akan lebih bermanfaat bila kerusuhan akibat pemilihan umum di Kenya telah reda dan ketenangan politik telah pulih kembali.

Teriring salam dan segala harapan,
Abul A'la


Surat Menyurat Maryam Jamilah Maududi
Judul Asli: Correspondence between Maulana Maudoodi and Maryam Jameelah
Terbitan Mohammad Yusuf Khan, Lahore, 1978
Penterjemah: Fathul Uman
Penyunting: Haidar Bagir
Penerbit Mizan, Jln. Dipati Ukur No. 45, Bandung 40124
Cetakan 1, 1403H, 1983M
Telp.(022) 83196
dikumpulkan dari posting sdr Hamzah (hamzahtd@mweb.co.id) di milis is-lam@isnet.org

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.