Surat Menyurat
Maryam Jamilah - Maududi


New York, 8 Maret 1961

Maulana Maududi yth

Saya terima surat anda tertanggal 25 Februari 1961 yang membuat saya sangat bahagia, karena saya dapatkan jawaban yang terperinci dan bijaksana tentang berbagai hal yang sudah lama saya timbang-tunbang dengan serius sejak dalam pikiran saya.

Bersama ini saya sertakan esai-foto dari majalah Look tentang mode mutakhir pakaian wanita. Bagi saya hal itu amat menjijikkan dan saya tolak mentah-mentah. Lebih baik mati daripada saya tampak mengenakannya. Tujuan para perancang mode di Amerika dan Eropa dalam membuat berbagai rancangan adalah untuk membuat wanita Barat-modern tampak seperti pelacur. Pelacur-pelacur sekalipun tidak melakukan hal seekstrim yang dilakukan oleh mereka yang disebut-sebut sebagai wanita "terhormat". Oscar Wilde menyatakan kebenaran tatkala berbicara bahwa mode adalah sesuatu yang sangat buruk, ia harus diubah tiap enam bulan. Salah satu fungsi pakaian adalah tentunya untuk kesopanan. Seperti yang anda saksikan dalam gambar tersebut, mode Barat-modern untuk wanita itu dirancang secara khusus untuk seks yang dikomersilkan.

Upaya paling pertama yang saya lakukan setelah memeluk Islam dan melakukan shalat adalah memperpanjang pakaian-pakaian saya. Keluarga saya terkejut ketika melihat saya berpakaian panjang sampai menyentuh mata kaki, sementara waktu itu para wanita berpakaian pendek sampai lutut.

Di majalah-majalah populer Amerika dilancarkan propaganda yang gencar tentang meningkatnya "emansipasi" di kalangan wanita di negara-negara Islam, tentu saja sebagai dampak dari pendidikan Barat dan pengaruh media-massa. Walaupun saya yakin bahwa setiap wanita mesti dididik agar bisa memanfaatkan sepenuhnya kapasitas intelektualnya, namun tetap saya pertanyakan keuntungan menganjurkan perempuan bekerja di luar rumah (lebih-lebih bagi mereka yang mempunyai anak kecil), untuk berlomba dengan lelaki di kantor-kantor dan pabrik-pabrik sambil menyerahkan asuhan anak-anak mereka kepada taman kanak-kanak dan penunggu-anak.

Beginilah yang benar-benar terjadi di Uni Sovyet dan Cina Komunis; negara-negara yang para penguasanya menggunakan "emansipasi" wanita dengan sengaja untuk menghancurkan keluarga. Dalam tingkat yang lebih ringan, situasi seperti ini terjadi pula di negara saya.

Cerita anda tentang Muhammad Assad dalam surat yang lalu membuat hati saya terguncang dan sedih. Tidak pernah saya menaruh rasa curiga, bahwa dari tulisan-tulisannya yang terakhir, maupun dari surat-suratnya kepada saya, bahwa ia bukan orang muslim yang kukuh dan taat. Tidak bisa saya lupakan tulisannya yang luar biasa dalam bukunya Islam at the Cross-road (Islam di Simpang Jalan), tentang perlunya orang Islam mengikuti al-Qur'an dan Sunnah dengan ketat bila diharapkan Islam bisa bertahan dan berkembang. Argumentasi-argumentasinya tentang Islam sungguh sangat nyata. Selain karena kesulitan keuangannya sebagaimana yang anda ceritakan, saya tak habis pikir mengapa pikirannya dapat berubah seperti itu. Saya berdoa kepada Allah agar hal yang serupa tidak menimpa diri saya.

Dapatkah anda terangkan secara terperinci tentang program-program yang anda gariskan untuk Universitas Islam Raja lbnu Saud yang baru? Semula saya perkirakan bahwa universitas tersebut akan menganut model dan pola al-Azhar. Tetapi beberapa hari yang lalu saya baca artikel yang mengatakan bahwa universitas yang direncanakan tersebut pada pokoknya bersifat sekular dan berpola Barat, dengan studi Islam hanya merupakan bagian kecil saja daripada kurikulum.

Artikel yang sama juga menguraikan rencana Raja Ibnu Saud untuk mengadakan pembangunan kembali kota Makkah dan Madinah. Walaupun saya tahu bahwa banyak bangunan-bangunan kuno di kota suci tersebut telah usang dan sangat memerlukan perbaikan, saya hanya berharap agar bangunan-bangunan yang baru akan disesuaikan dengan arsitektur Islam, karena seluruh suasana di tempat itu akan rusak-binasa bila mereka meniru model-model ultra modern itu.

Saya sendiri tidak menyukai arsitektur modern karena ia bertentangan dengan kriteria-kriteria keindahan, simetri, keanggungan dan kehangatan. Setiap kali saya kunjungi markas besar PBB (contoh bangunan modern yang menonjol), saya seolah-olah terpukul oleh kesuraman, kegersangan dan kedinginan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi itu yang nampak tidak lebih daripada kotak-kotak raksasa berjendela kaca.

Saya pikir arsitektur kontemporer yang menjadikan kota-kota kita berwajah lebih buruk setiap hari itu adalah pantulan yang sempurna dari penolakan seluruh nilai-nilai rohani oleh para perancangnya, Kota Makkah Madinah jauh lebih baik tetap tua dan bahkan bobrok daripada meniru kota-kota modern.

Walau sedikitpun saya tidak tahu tentang Islamic Centre di Montreal sampai anda menceritakannya pada surat yang baru lalu, namun sejak setesai dibangun tahun 1957, saya selalu melakukan kontak dengan Masjid Washington. Musim panas yang lalu saya melakukan perjalanan ke Washington hanya untuk melihatnya, berbicara serta bertukar pikiran dengan direkturnya, Dr. Mahmud F. Hoballah, yang seperti halnya Dr. Syoreibah adalah lulusan universitas al-Azhar.

Masjid Washington dibangun secara serasi dan sesuai dengan arsitektur Islam tradisional, seindah masijid-masjid lain di tempat lain di dunia ini. Satu hal yang membuat saya bersedih adalah bahwa penguasa Washington tidak mengizinkan dikumandangkannya azan lewat menara, dengan pertimbangan akan menganggu daerah non-muslim dan mereka menganggapnya sebagai gangguan umum. Mesjid hanya dipakai untuk shalat Jum'at Sepanjang pengamatan saya, jumlah jemaah yang mengunjungi masjid itu hampir mendekati nol.

Tahukah anda akan adanya kampanye menentang puasa bulan Ramadan yang dilancarkan oleh Presiden Tunisia, Habib Borguiba? Dia mengeluarkan pernyataan bahwa puasa berbahaya bagi kesehatan dan puasa bertanggung jawab terhadap kemunduran-kemunduran ekonomi Tunisia, karena produksi industri mengalami penurunan selama Bulan Puasa. Adapun orang yang memaksakan untuk melaksanakan ibadah puasa difitnah sebagai "reaksioner".

Target utama gigitan berbisa dari Presiden Habib Borguiba ditujukan kepada Rektor Universitas Zaitunah, universitas yang selama beberapa abad merupakan pusat pendidikan Islam di Afrika Utara. Saya telah baca dari surat kabar bahwa setiap mendekati Bulan Puasa di Uni Sovyet kaum komunis memperhebat propagandanya melawan Islam. Propaganda komunis yang ditujukan untuk konsumsi dalam negeri ini tidak pernah lupa menekankan kehancuran ekonomi akibat Puasa Ramadhan, dengan alasan bahwa pekerja pabrik atau petani akan kehabisan tenaga disebabkan puasanya.

Alasan lain adalah bahwa orang Islam yang berhenti bekerja untuk melaksanakan shalat dianggap telah melakukan penyabotan terhadap produktifitas nasional. Walaupun Habib Borguiba dianggap sebagai sahabat karib demokrasi Barat, namun dia sama sekali memakai taktik-taktik yang sama dalam menentang Ibadah Puasa Ramadhan.

Kenalkah anda dengan orientalis Dr. Wilfred Cantwell Smith, direktur Institute of Islamic Studies, McGill University di Montreal? Bila kenal, pernahkah anda baca bukunya Islam in Modern History (Islam dalam Sejarah Modern) yang temanya bahwa Islam yang disampaikan dan diamalkan oleh Rasulullah saw kepada alam sebagai "ketinggalan zaman", dan mestinya menerima sekularisasi dan modernisasi bila diinginkan agar Islam tetap bertahan di masa depan? Dalam bab tentang Pakistan, dia mengatakan tentang anda sebagai berikut:

"... Maududi hendak menampilkan Islam sebagai suatu sistem, yang dahulu kala memberi satu himpunan-jawab terhadap masalah-masalah kemanusiaan, dan bukannya suatu keyakinan yang di dalamnya Tuhan memberi karunia tiap hari-baru dengan kekayaan yang bisa menjawab masalah itu sendiri ... Kecenderungan-kecenderungan modern akan memandang sistem Maududi ini sebagai ketinggalan zaman, sempit, ketetapan-ketetapan dan bentuknya terlalu tegar untuk bisa menampilkan imperatif-imperatif tersebut bagi masa kini, dan hendak mencari kebenaran Islam lebih banyak dalam bidang nilai, dinamika dan semangat ... Lebih jauh lagi, dinilai dari pemaparan Maududi sendiri, akan tampak bahwa ia bertujuan untuk melaksanakan sistemnya di Pakistan bila ia dapat memperjuangkan kelompoknya untuk menduduki kekuasaan. Juga dalam bentuk sistematis yang keras, Maududi menunjukkan kecilnya perhatian, baik bagi kesejahteraan manusia umumnya maupun pribadi-pribadi yang akan hidup di bawah kekuasaannya. Ideologinya tampak hanya memberikan sedikit kelonggaran bagi harapan-harapan dan ketulusan rakyat ataupun untuk kecenderungan yang oleh para penguasa sudah sering ditunjukkan lewat sejarah manusia untuk menyimpangkan skema yang paling baik sekalipun oleh penyimpangan individu ... Pergerakan Maududi merupakan kompromi dan adaptasi antara sejarah Islam belakangan dengan tuntutan kehidupan modern yang ia sarikan bagi pola statiknya, dan bukannya suatu pandangan kreatif."

Karena saya tahu bahwa bila surat ini sampai di tangan anda nanti, anda betul-betul sangat sibuk dengan persiapan perjalanan ke Afrika, maka saya tidak mengharapkan jawaban anda sampai anda kembali berada di Lahore lagi akhir Mei nanti.

Sahabat anda yang tulus,
Margaret Marcus


Surat Menyurat Maryam Jamilah Maududi
Judul Asli: Correspondence between Maulana Maudoodi and Maryam Jameelah
Terbitan Mohammad Yusuf Khan, Lahore, 1978
Penterjemah: Fathul Uman
Penyunting: Haidar Bagir
Penerbit Mizan, Jln. Dipati Ukur No. 45, Bandung 40124
Cetakan 1, 1403H, 1983M
Telp.(022) 83196
dikumpulkan dari posting sdr Hamzah (hamzahtd@mweb.co.id) di milis is-lam@isnet.org

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.