Surat Menyurat
Maryam Jamilah - Maududi


New York, 9 Oktober 1961

Maulana Maududi yth.,

Assalamu'alaikum,

Terima kasih atas surat anda tertanggal 29 September. Setiap Jum'at siang saya kunjungi Perkumpulan Mahasiswa Islam di Universitas Columbia untuk shalat Jum'at. Setiap minggu, mahasiswa-mahasiswa di sana secara bergantian menyampaikan khutbahnya dan menjadi imam-shalat. Karena saya seorang wanita, maka saya tidak diperkenankan untuk menyampaikan khutbah sendiri, sehingga ketika tiba giliran saya, seorang mahasiswa dari Republik Persatuan Arab (Mesir) menawarkan diri untuk menyampaikan khutbah atas nama saya.

Khutbah saya yang berjudul "Dapatkah Islam Dirujukkan dengan Semangat Abad Duapuluh?" menganalisa tujuh usulan yang paling penting untuk "memodernkan" Islam, sebagaimana berulangkali digembar-gemborkan oleh orang-orang progresif, yakni:

  1. Penghapusan kekhalifahan.
  2. Penghapusan syariat dan menggantinya dengan sistem hukum sekular Barat modern.
  3. Penggantian konsep persaudaraan muslim universal (ummah) dengan nasionalisme rasial dan kedaerahan.
  4. Penerjemahan resmi al-Qur'an tanpa teks bahasa Arabnya dan mengganti tulisan Arabnya dengan abjad Latin.
  5. Pandangan yang menyatakan bahwa meningkatkan taraf hidup sehingga sama dengan Barat melalui industrialisasi, hendaknya menjadi tujuan utama pemerintah, sehingga hal-hal yang lain hendaknya dikorbankan dulu.
  6. Apa yang disebut-sebut sebagai "emansipasi" wanita.
  7. Pengambilalihan mode pakaian dan kebiasaan hidup Barat.

Dalam khutbah tersebut saya tunjukkan betapa jika setiap usulan ini ditelusur hingga kesimpulan logisnya, tampak hal itu akan membawa kehancuran total atas peradaban Islam. Meskipun demikian, para mahasiswa itu dengan berang menolaknya. Mereka katakan kepada saya bahwa segera setelah mereka selesaikan studi mereka di Amerika dan pulang ke negeri masing-masing, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menerapkan pembaharuan-pembaharuan ini.

Seorang mahasiswa dari Afghanistan meyakinkan saya bahwa yang paling dibutuhkan oleh negaranya adalah juga seorang Ataturk. Sebagian besar mahasiswa Islam yang saya jumpai berpendapat seperti ini. Harus saya akui bahwa hal ini kadang-kadang membuat saya murung. Terlampir bersama surat ini teks khutbah saya. [Lihatlah esai saya Dapatkah Islam Dirujukkan dengan Semangat Abad-Duapuluh? dalam buku saya Islam versus Barat.] Bagaimana pendapat anda?

Saudaramu dalam Islam,
Maryam Jamilah


Surat Menyurat Maryam Jamilah Maududi
Judul Asli: Correspondence between Maulana Maudoodi and Maryam Jameelah
Terbitan Mohammad Yusuf Khan, Lahore, 1978
Penterjemah: Fathul Uman
Penyunting: Haidar Bagir
Penerbit Mizan, Jln. Dipati Ukur No. 45, Bandung 40124
Cetakan 1, 1403H, 1983M
Telp.(022) 83196
dikumpulkan dari posting sdr Hamzah (hamzahtd@mweb.co.id) di milis is-lam@isnet.org

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.