|
Mukaddimah
oleh Al-Ustadh Khursyid Ahmad
Islam adalah agama dari Tuhan, berisi tuntunan hidup yang
diwahyukan kepada hambaNya untuk seluruh ummat manusia.
Karena untuk tegaknya kehidupan manusia di atas planet bumi
ini diperlukan dua hal:
Pertama: Terpenuhinya kebutuhan pokok berikut
sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup, dan
kecukupan material yang dibutuhkan oleh perseorangan dan
masyarakat.
Kedua: Mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang
tata-cara hidup perseorangan dan masyarakat-masyarakat, agar
terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam
masyarakat dan kebudayaan.
Allah Rabbul-'alamin telah menyediakan kedua macam
kebutuhan itu secukupnya untuk manusia. Untuk kebutuhan
pertama, Allah s.w.t. telah menyediakan sumber-sumber alam
dan menyerahkannya kepada manusia untuk digali dan diolah.
Dan untuk kebutuhan kedua, yakni kebutuhan kejiwaan/rohani,
kemasyarakatan dan kebudayaan, Allah s.w.t. telah memilih
dan mengangkat para Rasul yang diberi wahyu tentang
peraturan hidup yang dapat membimbing manusia menempuh jalan
hidup yang lurus dan benar. Peraturan hidup itu ialah yang
dinamakan ISLAM, agama yang dibawa oleh semua
Rasul.1 Semua
Rasul itu telah mengajak manusia ke jalan Tuhan al-Khaliq,
yakni jalan tunduk kepada Allah s.w.t. Semua Rasul telah
menyampaikan risalah yang sama dan dakwah yang sama, yaitu
Islam.
Islam dalam bahasa Arab, berarti tunduk dan menyerah atau
taat. Sebagai satu agama, Islam berdiri di atas dasar
menyerahan diri sepenuhnya dan taat kepada AIlah s.w.t.
Itulah pula sebabnya, makanya agama ini dinamakan Islam.
Islam juga berarti selamat dan sejahtera. Pengertian ini
menunjukkan bahwa, manusia tidak akan dapat mencapai
keselamatan dan kesejahteraan yang sebenarnya, kecuali
dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah s.w.t.
Cara hidup seperti inilah, yang tetap di bawah naungan
ketaatan kepada Allah s.w.t., hidup yang selalu diliputi
ketenangan jiwa bagi perseorangan dan
kesejahteraan/ketentraman bagi masyarakat.
Orang-orang yang beriman, yang berhati tenang
dengan ingat kepada Allah. Ingatlah bahwa hati akan
tenang dengan mengingat Allah. Orang-orang yang beriman
dan beramal sholeh, kebahagiaanlah untuk mereka dan
tempat kembali (Surga) yang baik. (Ar-Ra'd, 28 - 29)
Itulah pokok seruan semua Rasul Allah untuk membawa alam
kemanusiaan kepada jalan kehidupan yang lurus. Tetapi
manusia tidak selalu berada dalam jalan yang benar. Mereka
kadang-kadang menyimpang dari bimbingan yang diberikan oleh
para Rasul itu. Itulah sebabnya, maka ada beberapa Rasul
yang diutus guna memberikan kembali seruan/risalah yang asli
dan membawa manusia ke jalan yang benar. Rasul yang terakhir
ialah Muhammad s.a.w. yang telah memberikan bimbingan Allah
s.w.t. dalam bentuknya yang final dan sempurna untuk segala
zaman. Bimbingan inilah yang sekarang dikenal sebagai Islam,
terkandung dalam Kitab Suci Al-Qur'an dan contoh kehidupan
Rasulullah s.a.w.
Dasar-dasar kepercayaan Islam
Konsep yang pokok dalam Islam ialah bahwasanya seluruh
alam ini, Tuhanlah yang telah menjadikan, menguasai dan
mengawasinya, bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada
yang menyertai dalam kesucian-Nya. Dia telah menciptakan
manusia dan menentukan ajalnya, dan bahwasanya Allah s.w.t.
telah menyediakan untuk seluruh alam jalan hidup yang lurus,
sekaligus memberikan kebebasan mutlak kepada hamba-Nya untuk
mengikuti atau mengingkarinya. Barang siapa yang mengikuti
jalan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang Muslimin dan
Mukminin, dan barangsiapa yang tidak mengikutinya, maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir yang mengingkari
kebenaran.
Orang telah memeluk Islam, apabila ia telah menyaksikan
dengan sepenuh keimanan atas ke-Esaan Allah dan bahwa
Muhammad s.a.w. adalah Rasulullah. Kedua kepercayaan ini
tersimpul dalam kalimat:
Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah
Utusan Allah.
Bagian pertama kalimat ini memberikan konsep Tauhid
(ke-Esaan Tuhan), dan bagian kedua adalah kesaksian atas
kerasulan Muhammad s.a.w.
Tauhid adalah akidah revolusioner yang menjiwai seluruh
ajaran Islam; akidah yang meyakinkan bahwasanya seluruh alam
ini kepunyaan Tuhan Yang Maha Esa dan seluruhnya berada di
bawah kekuasaan-Nya, Dzat yang Azaly, tiada permulaan dalam
wujudnya, tidak dibatasi tempat dan waktu, mengatur seluruh
dunia dengan segenap manusia yang ada di atasnya.
Sesungguhnya, adalah benar-benar merupakan keajaiban,
apabila orang memperhatikan tentang penciptaan alam yang
tidak ada henti-hentinya dengan pengaturan yang pasti,
terarah dan serasi, serta kemampuannya untuk mempertahankan
apa yang bermanfaat dan menghukum apa yang berbahaya bagi
kemanusiaan. Semua itu memberikan kesimpulan bahwa dibalik
alam ini ada satu Kekuatan yang terus menerus aktif
menciptakan perkembangan alam tanpa pengumuman! Itu
bintang-bintang yang memenuhi angkasa luas dan pemandangan
alam yang memikat hati, perputaran matahari dan bulan yang
menakjubkan, pergantian musim, pergantian siang dan malam,
sumber-sumber air yang tak kunjung kering, bunga-bunga yang
halus dan cahaya bintang-bintang yang gemerlapan. Bukankah
semua itu menunjukkan adanya Dzat Yang Maha Kuasa yang telah
menjadikannya dan menguasai segala keadaan? Kalau kita
perhatikan alam ini secara keseluruhan, ternyatalah kepada
kita adanya tata-cara yang teratur. Apakah yang demikian itu
tidak menunjukkan atas adanya Tuhan? Dapatkah semua itu
terjadi secara kebetulan?
Sungguh benar firman Allah s.w.t.:
Hai sekalian manusia! Sembahlah Tuhan kamu yang
telah menjadikan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu,
supaya kamu dapat menjaga diri. Tuhan yang telah
menjadikan buat kamu bumi yang menghampar dan langit yang
memayung, dan Dia telah menurunkan air dan langit, lalu
dengan air itu Dia mengeluarkan buah-buahan sebagai rizqi
buat kamu. Maka oleh karena itu, janganlah kamu
menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu
mengetahui. (Al-Baqarah 21-22)
Itulah akidah asasi (kepercayaan pokok) yang diserukan
oleh Muhammad s.a.w. kepada seluruh ummat manusia, supaya
menjadi pegangan hidupnya. Akidah ini logis dan menyeluruh,
dapat memecahkan segala persoalan alam, dan menunjukkan
bahwa alam ini tunduk di bawah satu hukum kekuasaan
tertinggi. Akidah ini memberikan gambaran umum yang sesuai
dengan kenyataan bahwa seluruh isi alam ini satu sama lain
saling melengkapi; berbeda sepenuhnya dengan pandangan yang
sepotong-potong dari ilmuwan dan para filsuf, dan dapat
menyingkap tabir rahasia/hakikat yang sebenarnya.
Setelah berabad-abad lamanya manusianberada dalam
kegelapan, mulailah sekarang manusia dapat menemukan hakikat
itu sedikit demi sedikit berdasarkan konsep akidah ini, dan
pikiran ilmiah modern pun terus bergerak kearah
ini.2 Akidah ini
bukan sekedar konsep metaphisic atau kumpulan kata-kata yang
tidak berarti. Akidah ini adalah suatu kepercayaan yang
dynamis dan doktrin yang revolusioner. Akidah ini mengandung
pengertian bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah dan
semua mereka adalah sama. Sikap-sikap diskriminatif
berdasarkan warna kulit, kelas-kelas sosial, suku bangsa,
bangsa atau daerah asal kelahiran itu tidak ada dasarnya,
dan sikap atau pandangan seperti itu adalah warisan zaman
jahiliyah yang telah mengikat manusia kepada perbudakan.
Manusia seluruhnya merupakan satu keluarga yang diurus
Allah s.w.t., sehingga tidaklah sepatutnya ada dinding
pemisah di antara sesama mereka. Manusia semuanya sama,
tidak ada perbedaan golongan borjuis atau proletar, kulit
putih atau kulit hitam, bangsa Aria atau bukan Aria, orang
Barat atau orang Timur. Islam telah memberikan konsep
revolusioner tentang kesatuan ummat manusia. Dan kebangkitan
Rasulullah s.a.w. itu tidak lain hanya untuk mempersatukan
seluruh alam di bawah kalimat Allah, dan untuk membangkitkan
kehidupan baru di dunia yang sudah mati.
Firman Allah s.w.t.:
Berpegang teguhlah kamu sekalian kepada agama
Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah
nikmat Allah kepada kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan,
lalu Allah melembutkan hati kamu semua sehingga atas
karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ali Imran 103)
Akidah ini juga menjelaskan tentang hakikat kedudukan
manusia dalam alam ini. Allah telah menciptakan alam serta
memeliharanya, dan manusia adalah khalifah atau wakil-Nya di
atas planet bumi ini. Dengan demikian, maka derajat manusia
itu cukup tinggi, seharusnya mempunyai pimpinan dunia
modern, pasti dia berhasil menyelesaikan segala persoalannya
dengan cara yang dapat membawa dunia kepada kesejahteraan
dan kebahagiaan. Saya berani meramalkan, bahwa akidah yang
dibawa oleh Muhammad akan diterima baik oleh Eropa di
kemudian hari, sebagaimana sekarang sudah
mulai.3
Pertama: Mudah, Rasional dan
Praktis
Islam adalah agama yang tidak dicampuri mitologi.
Ajaran-ajarannya mudah dimengerti. Islam bebas dari takhayul
dan setiap kepercayaan yang bertentangan dengan akal yang
sehat. Ke-Esaan Tuhan, ke-Rasulan Muhammad s.a.w. dan konsep
kehidupan sesudah mati adalah dasar pokok akidah Islam.
Semua itu beralasan kuat dan logis. Dan seluruh ajaran Islam
adalah lanjutan dari dasar-dasar kepercayaan ini, semuanya
mudah difahami dan lurus. Dalam Islam tidak ada kekuasaan
pendeta, tidak ada yang samar-samar dan tidak ada
upacara-upacara atau peribadatan yang sulit. Semua orang
dapat membaca langsung Kitabullah (Al-Qur'an) dan
melaksanakannya dalam praktek. Islam selalu menganjurkan
supaya orang berpikir, mempertimbangkan setiap urusan
sebelum dilaksanakan, membahas keadaan yang sebenarnya dan
berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas dan
mendalam. Al-Qur'an menganjurkan supaya orang berdo'a:
Tuhanku! Tambahlah ilmu pengetahuanku! (Toha
114)
Al-Qur'an menyatakan bahwa orang yang berpengetahuan itu
tidak sama dengan orang yang tidak berpengetahuan:
Katakanlah: Apakah orang-orang yang
berpengetahuan sama dengan orang-orang yang tidak
berpengetahuan amalnya dalam keadaan terbuka. (Aku
katakan): Bacalah buku amal kamu. Cukuplah kamu sendiri
menghitungnya hari ini. (Al-Isra' 13-14)
Barangsiapa yang datang dengan kebajikan, maka baginya
pahala sepuluh kali lipat, dan barangsiapa yang datang
dengan keburukan, maka dia hanya dibalas dengan hukuman
yang seimbang. Mereka tidak dianiaya. (Al-An'am 160)
Dengan demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa pokok
asasi akidah Islam itu ada tiga, yaitu:
- Iman atau percaya atas ke-Esaan Allah.
- Iman atau percaya bahwa Muhammad itu Utusan
Allah.
- Iman atau percaya akan adanya kehidupan akhirat dan
adanya hisab pada hari kiamat.
Maka barang siapa yang beriman kepada tiga pokok
tersebut, dia adalah orang Muslim, dan kesemuanya dituangkan
dalam kalimat:
"LAA ILAAHA ILLALLAAH, MUHAMMADUR-RASULULLAAH"
Beberapa watak pokok Islam
Bernard Shaw berkata: "Saya selalu memandang tinggi agama
Muhammad, karena vitalitasnya yang mengagumkan. Agama
Muhammad adalah satu-satunya agama yang jelas bagi saya
membuktikan kemampuannya yang besar dapat menyesuaikan
dirinya dengan keadaan yang berubah-rubah dan menyebabkannya
sesuai untuk segala masa. Saya telah mempelajari kehidupan
orang ini4, orang
yang mengagumkan dan menurut pikiran saya jauh dari bersifat
anti Kristus, dia mestinya mendapat gelar Juru Selamat
Kemanusiaan. Saya yakin, jika seorang seperti dia diserahi
tujuan hidup yang luhur, yakni melaksanakan kehendak Allah
di muka bumi. Inilah satu-satunya penyelesaian atas segala
persoalan sulit yang dihadapi manusia dalam hidupnya dan
sekaligus membina tatanan baru, berupa persamaan, keadilan
dan keamanan, sehingga berbahagialah dunia dengan
keselamatan dan kemakmuran.
Titik tolak kepercayaan Islam ialah percaya atas
ke-Esa-an Allah, yakni Tauhid, dan bahwa Allah swt. Tidak
menjadikan manusia untuk dibiarkan begitu saja, tanpa
petunjuk yang menerangi jalan hidup mereka. Untuk itu Allah
swt. Telah mengutus para Rasul yang membawa agama Allah
untuk keselamatan mereka, dan Muhammad saw. adalah Rasul-Nya
yang terakhir. Dan Iman kepada Rasul itu menuntut supaya
juga beriman terhadap risalahnya serta taat kepada
ajaran-ajarannya, menerima ketentuan hukum yang telah
ditetapkannya, mengenai perjalanan hidup yang harus
ditempuh. Dengan demikian, maka landasan kedua dalam Islam
adalah beriman kepada risalah yang disampaikan melalui
Muhammad saw. dan memeluk agama yang dibawanya, berikut
melaksanakan segala ajarannya. Dan ini akan membawa kita
kepada pokok Islam yang ketiga yaitu percaya atas adanya
kehidupan akhirat.
Adapun dunia ini, menurut pandangan Islam, adalah tempat
ujian. Manusia akan dituntut pertanggungan jawab atas segala
amal perbuatannya, dan pasti akan datang hari penghabisan
hidupnya di dunia, untuk kemudian dibangkitkan kembali di
alam yang baru, dimana manusia akan mendapat balasan atas
segala perbuatannya yang baik maupun yang buruk. Maka
orang-orang yang taat kepada Allah di dunia ini, akan
mendapat kebahagiaan yang kekal di alam akhirat, dan
sebaliknya orang-orang durhaka kepada Allah di dunia ini,
kelak di akhirat akan mendapat balasan buruk, sesuai dengan
firman Allah swt. Dalam al-Qur'anul-karim:
Dan setiap manusia Aku ikatkan amalnya di
kuduknya, dan Aku keluarkan baginya pada hari kiamat buku
catatan. Orang-orang yang mengambil pelajaran itu
hanyalah mereka yang berakal sehat. (Az-Zumar 9)
Al-Qur'an juga mencela orang-orang yang tidak mau
berpikir tentang makhluk Allah dan menganggapnya lebih sesat
daripada hewan:
Dan sungguh telah Aku jadikan untuk isi Jahannam
banyak jin dan manusia yang punya hati tidak digunakan
untuk mengerti, punya mata tidak digunakan untuk melihat
dan punya telinga tidak untuk mendengar. Mereka tida
berbeda dengan hewan ternak, bahkan lebih sesat. Mereka
itulah orang-orang yang lupa. (Al-A'raf 179)
Sebaliknya, Al-Qur'an menilai orang-orang yang percaya
atas ayat-ayat Allah sebagai orang-orang yang mengerti,
Aku telah menjelaskan ayat-ayat-Ku bagi
orang-orang yang mengerti. (Al-An'am 97).
Mereka juga dinilai sebagai orang yang berpikir:
Aku telah menjelaskan ayat-ayat-Ku bagi
orang-orang yang berpikir. (Al-An'am 98).
Dijelaskan pula bahwa orang-orang dikaruniai hikmah (ilmu
kebijaksanaan) bahwa mereka itu telah dikaruniai kebaikan
yang banyak dan berakal sehat:
Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka dia
telah diberi kebaikan yang banyak, dan tidaklah menerima
petunjuk selain orang yang berakal sehat. (Al-Baqarah
269)
Ilmu yang luas dan badan yang sehat adalah termasuk sifat
orang-orang yang dipilih Allah untuk memimpin/memerintah
sesama manusia. Hal itu diterangkan dalam hikayat Al-Qur'an
tentang Thalut yang diangkat Raja atas kaumnya:
Nabi mereka berkata: 'Sesungguhnya Allah telah
mengutus Thalut sebagai Raja buat kamu.' Mereka bertanya:
"Bagamana dia mendapatkan kerajaan atas kami, pada hal
kamu lebih berhak atas kerajaan dari pada dia dan juga
dia tidak kaya?" Jawab Nabi: 'Sesungguhnya Allah telah
memilih dia atas kamu dan telah menambah dia ilmu yang
luas dan badan yang sehat/kuat. Dan Allah memberikan
kerajaan-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah itu
Maha luas ilmunya dan Maha Mengetahui." (Al-Baqarah 247)
Al-Qur'an juga menyatakan bahwa manusia lebih mulia dari
pada Malaikat karena ilmu, sehingga manusia diberi hak
mengatur dunia sebagai Khalifah Allah:
Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang
Khalifah di bumi. Para Malaikat bertanya: "Apakah Engkau
akan menjadikan orang yang akan berbuat kerusakan di bumi
dan menumpahkan darah? Pada hal kami ini bertasbih dengan
selalu memuji dan mensucikan Engkau?" Tuhanmu berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak tahu.
Lalu Tuhanmu mengajari Adam tentang semua nama-nama.
Kemudian ditunjukkan-Nya kepada para Malaikat dengan
firman-Nya: Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama semua itu,
jika kamu memang betul (dalam pengakuanmu)! Para Malaikat
menjawab: "Maha Suci Engkau. Kami tidak tahu selain apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana." Firman
Tuhanmu: Adam! Terangkanlah kepada mereka nama-nama semua
itu! Maka sesudah Adam memberitahukan semua nama, Tuhanmu
berfirman: Tidakkah Aku katakan kepada kamu bahwa Aku
mengetahui kegaiban langit tujuh dan bumi dan mengetahui
apa yang kamu tunjukkan dan apa yang kamu sembunyikan?
(Al-Baqarah 30-33)
Rasul Islam telah pula bersabda:
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam,
pria dan wanita. - Riwayat Ibnu Abdil-Barr dari Anas.
Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia
itu dalam jalan Allah, sampai waktunya dia kembali -
Riwayat At-Turmudzy dari Anas.
Pelajarilah oleh kamu ilmu, sebab mempelajari ilmu itu
memberikan rasa takut kepada Allah, menuntutnya merupakan
ibadah, mengulang-ulangnya merupakan tasbih,
pembahasannya merupakan jihad, mengajarkannya kepada
orang yang belum mengetahuinya merupakan sadakah dan
menyerahkannya kepada ahlinya merupakan "pendekatan diri"
kepada Allah - Riwayat Ibn 'Abdil-Barr.
Demikianlah Islam telah mengeluarkan manusia dari alam
khurafat dan kegelapan dan membawa mereka ke dunia ilmu yang
terang benderang. Kemudian Islam adalah agama yang praktis,
tidak hanya merupakan teori yang kosong, bukan hanya akidah
yang harus diimani semata-mata, akan tetapi juga harus
dijadikan sumber praktek hidup sehari-hari, sehingga jiwa
yang berisi Iman itu mengalir dalam arus amal perbuatan,
seperti mengalirnya air di atas bumi yang subur. Agama Islam
tidak hanya berupa kata-kata yang berulang-ulang, berupa
dzikir dan puji kepada Allah s.w.t. saja, tetapi harus
menjiwai kehidupan manusia seluruhnya. Dalam hal ini
Al-Qur'an menyatakan:
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik
- Ar-Ra'd 29.
Dan sabda Rasulullah saw.:
Sesungguhnya Allah swt. tidak menerima amal
kecuali yang dilakukan dengan ikhlas, karena Dia dan
dimaksudkan untuk keridlaan-Nya - Riwayat An-Nasa'iy.
Kedua: Bersatunya Benda dan
Rohani
Islam tidak memberikan garis pemisah antara benda dan
rohani. Islam memandang hidup ini sebagai satu kesatuan yang
mencakup kedua-duanya, sehingga Islam tidak merupakan
penghalang antara manusia dan kepentingan hidupnya, bahkan
Islam mengatur seluruh urusan hidup. Islam tidak mengakui
adanya larangan dan tidak menuntut supaya orang menjauhi
kehidupan materi. Bahkan Islam menunjukkan jalan ke arah
kesempurnaan rohani bukan dengan jalan menjauhi kehidupan
materi. Bahkan Islam menunjukkan jalan ke arah kesempurnaan
rohani bukan dengan jalan menjauhkan diri dari kehidupan
duniawi, tetapi dengan jalan taqwa kepada Allah dalam
seluruh kebutuhan hidup yang beraneka-ragam, sebagaimana
dihikayatkan dalam Al-Qur'an mengenai hamba-hamba Allah yang
saleh:
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa:
"Tuhan-Ku! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka.
Mereka itulah yang mendapat bagian (pahala) dari apa yang
mereka lakukan, dan Allah itu cepat hisab-Nya --
Al-Baqarah 201-202.
Malah Al-Qur'an mencela orang-orang yang tidak
memanfaatkan ni'mat harta kurnia Allah:
Katakanlah, siapa yang melarang perhiasan Allah
yang dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rizqi yang
baik-baik. Katakanlah, itu untuk orang-orang yang beriman
dalam kehidupan dunia, khususnya pada hari kiamat.
Begitulah Aku menjelaskan ayat-ayat-Ku untuk orang-orang
yang mengetahui -- Al-A'raf 32.
Akan tetapi dalam pada itu Islam menuntut supaya para
penganutnya menjadi ummat yang sedang-sedang dalam kehidupan
dunia:
Hai turunan Adam! Kenakanlah pakaian kamu pada
setiap kali kamu bersembahyang di mesjid dan makan
minumlah kamu dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak senang kepada orang-orang yang
suka berlebih-lebihan. - Al-A'raf 31.
Dan sabda Rasulullah saw.:
Orang mukmin yang bergaul dalam masyarakat dan
tabah atas segala rintangan adalah lebih baik daripada
orang mukmin yang tidak bergaul dan tidak tabah/tidak
sabar atas rintangan. - Riwayat Bukhari.
Rasulullah saw. pernah bersabda yang ditujukan kepada
Abdullah bin Umar bin 'Ash:
Aku mendapat kabar bahwa engkau berpuasa tanpa
berbuka dan melakukan sembahyang sepanjang malam.
Janganlah engkau berbuat begitu, sebab matamu juga harus
dapat bagian, dirimu harus dapat bagian dan istrimu juga
harus dapat bagian. Oleh karena itu, berpuasalah dan
berbuka, bersembahyanglah dan tidur. - Riwayat Muslim.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw. bersabda:
Tiga perkara termasuk Iman, memberi nafkah tanpa
terlalu beririt-irit, mengusahakan keselamatan untuk
semua orang dan menginsafi dirimu sendiri. - Riwayat
Muslim.
Jadi Islam itu tidak membuat garis pemisah antara
kepentingan kebendaan dan kepentingan kerohanian dalam
kehidupan manusia, bahkan Islam menjalin kedua-duanya,
sehingga terbukalah jalan hidup yang sesuai dengan kemampuan
orang atas dasar yang shah dan baik. Islam mengajarkan bahwa
kebendaan dan kerohanian adalah dua hal yang selalu harus
berdampingan dan bahwasanya kesucian rohani dapat terhindar
dari keburukan, apabila sumber-sumber kebendaan dibaktikan
untuk kepentingan kemanusiaan. Kesucian rohani tidak akan
tercapai dengan jalan menyiksa diri, menjauhkan diri dari
kehidupan duniawi dan menekan naluri kemanusiaan. Dunia ini
telah cukup menderita, akibat ajaran-ajaran yang berat
sebelah dari agama dan ideologi lain. Ada agama yang
menekankan ajarannya kepada segi kerohanian saja dalam hidup
ini, dan bersikap masa bodoh terhadap benda dan kehidupan
duniawi. Mereka memandang dunia ini sebagai khayalan
penipuan dan perangkap. Di lain pihak, ada ideologi
materialistis yang sepenuhnya bersikap masa bodoh terhadap
segi kerohanian dan moral serta menganggapnya sebagai
khayalan semata-mata. Kedua macam ajaran/pendirian ini telah
menimbulkan kerusakan/kehancuran. Mereka telah merampas
keamanan, kepuasan dan ketenangan manusia. Sampai sekarang
tetap menimbulkan ketidak seimbangan.
Seorang sarjana Perancis Dr. De Brogbi dengan tepat
menyatakan:
"Bahaya yang mengancam kebudayaan yang terlalu
menitik-beratkan kebendaan ialah kehancuran kebudayaan
itu sendiri. Kebudayaan semacam itu kalau tidak disusul
dengan perkembangan kehidupan rohani, pasti gagal membuat
keseimbangan."
Agama Kristen tersesat dengan terlalu menekankan
ajarannya kepada salah satu extrimitas, yakni kerohanian,
sedangkan kebudayaan modern tersesat pada extrimitas yang
lain, yakni kebendaan. Seperti kata Lord Snell: "Kita telah
mendirikan bangunan yang lahirnya memang mewah dan megah,
tapi kita tidak memperhatikan tuntutan pokok yang harus
menjadi isinya. Kita dengan sepenuh perhatian membuat
rencana, dekorasi dan membersihkan semua bagian luar
bangunan kita, akan tetapi bagian dalamnya penuh dengan
pemerasan dan pelanggaran. Kita telah mempergunakan kemajuan
pengetahuan dan kekuatan untuk mengatur kesenangan badan,
tapi kita telah meninggalkan segala kepentingan rohani."
Agama Islam telah membina keseimbangan antara kedua segi
kehidupan: kebendaan dan kerohanian. Islam menyatakan bahwa
segala sesuatu yang ada di dunia ini untuk manusia, akan
tetapi manusia sendiri untuk mengabdi kepada Tuhan; tugas
kehidupannya ialah melaksanakan kehendak Tuhan.
Ajaran-ajaran Islam mendorong manusia ke arah kebersihan
rohani, sama seperti dorongannya untuk mendapatkan kebutuhan
hidupnya di dunia yang bersifat sementara ini. Islam
menyuruh manusia supaya membersihkan jiwanya, sekaligus
membentuk atau membangun kehidupan dunianya, perseorangan
maupun masyarakat, dan supaya membina hak/kebenaran atas
kekuasaan dan kebajikan atas kejahatan. Jadi, Islam itu
berdiri di atas jalan tengah.
Ketiga: Jalan Hidup yang
Sempurna
Islam bukan satu agama yang hanya mempunyai ruang lingkup
kehidupan pribadi manusia, seperti yang disalahartikan oleh
banyak orang. Islam adalah satu jalan-hidup yang sempurna,
meliputi semua lapangan hidup kemanusiaan. Islam memberikan
bimbingan untuk setiap langkah kehidupan perorangan maupun
masyarakat, material dan moral, ekonomi dan politik, hukum
dan kebudayaan, nasional dan internasional. Al-Qur'an
memerintahkan supaya manusia memeluk agama Islam secara
keseluruhan, tanpa pilih-pilih, dan mengikuti semua
bimbingan Tuhan dalam segala macam lapangan hidup. Kenyataan
sekarang membuktikan bahwa ruang lingkup agama itu dibatasi
hanya pada kehidupan perseorangan, sedangkan peranan sosial
dan kebudayaannya ditinggalkan. Mungkin tidak ada faktor
lain lagi yang lebih penting dari itu yang telah menyebabkan
kemerosotan agama di abad modern sekarang ini. Salah seorang
filosof modern berkata: "Agama memerintahkan supaya kita
memisahkan apa yang untuk Tuhan dan apa yang untuk Kaisar.
Pemisahan ini berarti niengurangi dua-duanya. Mengurangi
peranan dunia dan agama. Agama sangat kecil, kalau jiwa para
penganutnya tidak tergetar ketika awan gelap peperangan
bergayutan di atas kepala kita semua dan persaingan industri
telah mengancam keamanan masyarakat. Agama telah memperlemah
naluri sosial kemanusiaan dan kepekaan moral dengan jalan
pemisahan apa yang untuk Tuhan dari apa yang untuk Kaisar."
Islam menolak sepenuhnya konsep pemisahan agama seperti itu,
dan jelas menyatakan bahwa tujuannya ialah menyempurnakan
jiwa dan membentuk masyarakat.
Sungguh Aku telah mengutus Rasul-rasul-Ku dengan
membawa penjelasan, dan Aku telah menurunkan bersama
mereka Kitab dan keadilan,5 supaya manusia menegakkan
keadilan, dan Aku telah menyediakan besi yang mengandung
bahaya besar dan manfaat yang banyak bagi manusia, dan
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan
rasul-Nya, walaupun agama itu ghaib. Sesungguhnya Allah
itu Maha Kuat dan Maha Perkasa. - Al-Hadid 25.
Dan
Apa yang kamu sembah selain Allah itu hanya
sebutan-sebutan yang kamu berikan saja, kamu dan leluhur
kamu. Allah tidak memberikan kekuasaan untuk itu.
Kekuasaan itu hanya pada Allah. Dia memerintahkan bahwa
hendaklah kamu tidak menyembah kepada selain Dia. Itulah
agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. - Yusuf 40.
Mengenai orang-orang yang berhak mendapat pertolongan
Allah swt., Al-Qur'an menyatakan:
Orang-orang yang kalau Aku tempatkan mereka di
bumi, mereka melakukan sembahyang, membayar zakat,
memerintahkan/menganjurkan kebaikan dan
melarang/memperingatkan keburukan. Dan kepada Allah-lah
kembalinya segala urusan. - Al-Haj 41.
Dan Rasulullah saw. bersabda:
Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan
diminta pertanggungjawabannya. Sebab, Imam adalah
pemimpin, dan dia diminta pertanggungjawabannya. Seorang
suami adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan
dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang isteri
adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan dia akan
diminta pertanggungjawabannya. Seorang pelayan adalah
pemimpin dalam harta kekayaan majikannya, dan dia akan
diminta pertanggungjawabannya. Jadi semua kamu itu
pemimpin dan semua kamu itu akan diminta
pertanggungjawabannya. - Muttafaq Alaih.
Saya kira orang tidak perlu mempelajari secara mendalam
tentang ajaran-ajaran Islam, kalau sekedar untuk mengetahui
bahwa Islam itu adalah suatu agama yang menyeluruh, meliputi
segala lapangan hidup manusia, dan tidak membiarkan satu
lapanganpun untuk dimasuki oleh kekuatan buruk syaitan.
Keempat: Ada keseimbangan antara
perorangan dan kemasyarakatan
Ada satu keistimewaan yang bersifat unik bagi Islam,
yaitu bahwa agama ini membina keseimbangan antara
kepentingan perorangan dan kepentingan kemasyarakatan. Islam
percaya adanya kepribadian manusia dan menentukan bahwa
setiap orang secara sendiri-sendiri bertanggung jawab
terhadap Tuhan. Islam menjamin hak-hak azasi manusia dan
tidak membenarkan siapapun juga untuk merobek-robek atau
menguranginya. Islam juga menjamin perkembangan yang baik
kepribadian manusia, sebagai salah satu tujuan utama dari
kebijaksanaan pendidikannya.
Islam tidak setuju dengan pandangan bahwa manusia harus
melenyapkan kepribadiannya, meleburkan diri dalam masyarakat
atau negara.
Al-Qur'an menyatakan:
... dan bahwa manusia tidak akan mendapat selain
apa yang dia usahakan. -- An-Najm 39.
Dan musibah apa yang menimpa kamu itu disebabkan
perbuatan kamu. -- Asy-Syura 30.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum,
kecuali jika mereka sendiri mau mengubah keadaannya. -
Ar-Ra'd 11.
Bermanfaat bagi seseorang apa yang dia usahakan, dan
berbahaya baginya apa yang dia lakukan. -- Al-Baqarah
286.
Mengenai sikap seorang Mukmin dalam menghadapi ajakan
kaum musyrikin, Tuhan mengajarkan:
Bagi kami bermanfaat amal perbuatan kami dan
bagi kamu amal perbuatan kamu. -- Al-Qashash 55.
Semua itu mengenai soal-soal perseorangan.
Di lain pihak, Islam selalu menanamkan dalam jiwa manusia
rasa tanggung jawab sosial, mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat dan negara, dan mengikutsertakan setiap orang
dalam usaha menegakkan kemaslahatan umum.
Sembahyang dalam Islam dilakukan secara bersama-sama
(berjama'ah), salah satu cara untuk menanam rasa disiplin
sosial di kalangan ummat Islam. Setiap orang diwajibkan
nnembayar zakat, sekurang-kurangnya zakat fithrah.
Al-Qur'an menyatakan:
Dan dalam harta kekayaan mereka ada bagian hak
yang dibutuhkan oleh yang meminta dan miskin. --
Adz-Dzariyat 19.
Jadi zakat itu adalah sebagian harta yang menjadi hak
masyarakat. Dan jihad (berjuang) dalam Islam itu wajib. Ini
berarti bahwa setiap orang diharuskan berkorban, sampai
dengan jiwanya sekalipun, untuk mempertahankan kejayaan
Islam dan negaranya. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w.
bersabda:
Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan
diminta pertanggungjawabannya. Sebab, Imam adalah
pemimpin, dan dia diminta pertanggungjawabannya. Seorang
suami adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan
dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang isteri
adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan dia akan
diminta pertanggungjawabannya. Seorang pelayan adalah
pemimpin dalam harta kekayaan majikannya, dan dia akan
diminta pertanggungjawabannya. Jadi semua kamu itu
pemimpin dan semua kamu itu akan diminta
pertanggungjawabannya. - Muttafaq Alaih.
Sabdanya pula:
Kamu jangan berprasangka, sebab prasangka itu
adalah ucapan yang paling bohong. Dan janganlah kamu
saling selidik menyelidik kesalahan, jangan saling
bermegahan, jangan saling benci, jangan saling belakangi.
Jadilah kamu --hamba Allah-- bersaudara, sebagaimana yang
diperintahkan Allah kepada kamu. -- Riwayat Bukhari dan
Muslim.
Dan:
Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur
dengan perut kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan,
dan dia mengetahui hal itu. -- Riwayat Al-Bazar.
Dan:
Orang Mukmin itu ialah orang yang boleh
dipercaya atas harta dan diri/jiwa orang lain. -- Riwayat
Ibnu Majah.
Singkatnya, Islam tidak hanya menegakan hak-hak
perseorangan atau hanya mengakui hak-hak masyarakat saja.
Islam membina keserasian dan keseimbangan antara keduanya,
dengan memberikan batas-batas yang teliti untuk kebaikan
dua-duanya.
Kelima: Universal dan
Kemanusiaan.
Risalah Islam adalah untuk seluruh ummat manusia. Tuhan,
dalam ajaran Islam, adalah Tuhan seluruh alam. Firman
Allah:
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mengurus
seluruh alam. -- Al-Fatihah 2.
Dan Nabi Muhammad s.a.w. adalah seorang Rasul untuk
seluruh kemanusiaan. Al-Qur'an menyatakan:
Katakanlah: Hai sekalian manusia! Sesungguhnya
aku ini adalah Utusan Allah kepada kamu sekalian. --
Al-A'raf 158.
Dan firman-Nya:
Maha Tinggi Tuhan yang telah menurunkan
Al-Qur'an kepada hamba-Nya, supaya menjadi peringatan
bagi seluruh alam. -- Al-Furqan 1.
Dan firiman-Nya lagi:
Tidaklah Aku mengutus engkau, melainkan sebagai
rahmat untuk seluruh alam. -- Al-Anbiya 107.
Menurut ajaran Islam, manusia itu semuanya sama, walaupun
berlainan warna kulit, bahasa, keturunan dan kebangsaannya.
Hal itu adalah bimbingan Allah kepada naluri kemanusiaan,
dan Dia tidak mengakui adanya perbedaan
keturunan/kebangsaan, kedudukan sosial atau kekayaan. Tidak
bisa dibantah bahwa dalam kenyataan, semua perbedaan itu
masih ada dalam zaman kita yang mengaku abad ilmu dan
kemajuan ini. Akan tetapi Islam tidak mengakuinya. Malah
Islam menetapkan/mengakui bahwa semua manusia itu satu
keluarga, Tuhannya ialah Allah s.w.t. Dalam hal ini Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda:
Semua makhluk itu keluarga Allah, maka mereka
yang paling disenangi Allah ialah yang paling bermanfaat
untuk keluarga-Nya. -- Riwayat Al-Bazar.
Dan do'a Rasulullah s.a.w.:
Ya Tuhanku! Tuhan yang mengurus segala sesuatu
dan Yang Memilikinya! Aku bersaksi bahwa hamba-hamba itu
semuanya bersaudara. -- Riwayat Ahmad dan Abu Dawud.
Jadi, Islam itu berpandangan internasional dan tidak
mengakui adanya garis-garis pemisah dan perbedaan-perbedaan
seperti pada zaman jahiliyah. Islam menginginkan adanya
kesatuan seluruh kemanusiaan di bawah satu bendera, dan
dalam dunia yang telah dirusak dengan persaingan-persaingan
dan permusuhan-permusuhan kebangsaan ini Islam merupakan
tuntunan hidup dan harapan kebahagiaan di hari yang akan
datang.
Keenam: Stabil dan Berkembang
Justice Cardoza dengan tegas menyatakan: "Kebutuhan
terbesar zaman kita sekarang adalah satu falsafah yang bisa
menengahi antara tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan
mengenai stabilitas dan kemajuan dan memenuhi prinsip
perkembangan." Islam memberikan satu ideologi yang memuaskan
tuntutan-tuntutan stabilitas dan perkembangan/perubahan
sekaligus.
Kenyataan membuktikan bahwa memang hidup itu tidak
semata-mata stabil dalam arti tidak berkembang, tidak pula
berkembang dan berubah secara keseluruhan. Sebab soal-soal
pokok kehidupan itu tetap, akan tetapi cara-cara
penyelesaian dan tehnik penanganannya berbeda-beda, sesuai
dengan perkembangan zaman. Islam menjamin kedua hal itu
berjalan secara teratur. Al-Qur'an dan Sunnah mengandung
petunjuk-petunjuk abadi dari Tuhan Rabul'alamin, Tuhan yang
tidak dibatasi oleh zaman dan tempat memberi
petunjuk-petunjuk yang bertalian dengan kepentingan
perorangan maupun yang bertalian dengan masyarakat, sesuai
sepenuhnya dengan alam yang diciptakan Allah s.w.t. Dengan
demikian maka petunjuk-petunjuk itu bersifat azali dan abadi
(kekal). Akan tetapi Tuhan hanya merumuskan dasar-dasar dan
pokok-pokoknya, sedangkan manusia diberi kebebasan untuk
melaksanakannya sesuai dengan perkembangan zaman yang
berbeda-beda, jiwa dan kondisinya. Untuk itu manusia
melakukan ijtihad yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ahli
setiap zaman, untuk menerapkan petunjuk-petunjuk Tuhan dalam
menghadapi segala bentuk kehidupan pada zamannya.
Jadi dasar dan pokok ajaran itu tetap tidak berubah,
hanya cara-cara pelaksanaannya mungkin berubah, sesuai
dengan kebutuhan hidup pada setiap zaman. Itulah rahasianya,
mengapa Islam itu tetap segar dan modern, sesuai dengan
perkembangan zaman yang mana dan kapanpun.
Ketujuh: Ajaran-ajaran Terpelihara
dari Perubahan.
Dan akhirnya, masih ada satu rahasia penting, ialah bahwa
ajaran-ajaran Islam dalam Al-Qur'an tetap atas dasar dan
nash-nya yang semula sebagaimana yang diturunkan Allah,
Tuhan semesta alam.
Manusia tetap memperoleh petunjuk-petunjuk di dalamnya,
sebagai yang dikehendaki Allah, tanpa perubahan atau
pergantian sedikitpun. Al-Qur'an tetap sebagaimana yang
diturunkan Allah dan tetap berada di tengah-tengah kita,
hampir 14 abad lamanya. Kalimat Allah tetap kalimat Allah,
dalam bentuknya yang semula. Dan keterangan terperinci
tentang kehidupan Nabi Islam dan ajaran-ajarannya telah
dikenal berabad-abad dalam bentuknya yang orisinal. Hal itu
diakui oleh para kritikus non Muslim. Profesor Reynold A.
Nicholson dalam bukunya "Literary History of the Arabs"
menyatakan:
"Al-Qur'an adalah suatu dokumen kemanusiaan yang
luar biasa, menerangkan setiap phase hubungan Muhammad
dengan segala kejadian yang dihadapinya selama hidupnya,
sehingga kita mendapat bahan yang unik dan tahan uji
keasliannya, sehingga kita dapat mengikuti perkembangan
Islam sejak permulaannya sampai sekarang. Semua itu tidak
ada bandingannya dalam agama-agama Buddha atau Kristen,
maupun dalam agama-agama lainnya." (hal. 413).
Semua itu hanyalah sebahagian saja dari tanda-tanda yang
dengan jelas dan kuat menunjukkan bahwa Islam adalah agama
yang paling sempurna bagi kemanusiaan, dahulu, sekarang dan
di kemudian hari. Segi-segi itulah yang telah menarik
beratus-ratus juta ummat manusia ke dalamnya. Mereka semua
yakin bahwa Islam adalah agama yang hak dan benar, jalan
hidup yang lurus yang seharusnya dilalui oleh manusia. Hal
itu akan tetap menarik mereka di waktu-waktu yang akan
datang. Manusia dengan jiwanya yang bersih dan ikhlas
mencari kebenaran, akan selalu mengucapkan:
AKU BERSAKSI BAHWA TIDAK ADA YANG PATUT DISEMBAH
KECUALI ALLAH YANG SATU DAN TIDAK ADA YANG MENYEKUTUINYA
DAN AKU BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD ADALAH HAMBANYA DAN
UTUSAN-NYA.
Berikut ini adalah keterangan dan kesan-kesan beberapa
tokoh ahli pikir dan cendekiawan terkemuka mengenai sejarah
keimanannya kepada Islam.
Catatan kaki:
1 Allah telah
mengundangkan Agama buat kamu, seperti apa yang Dia
wasiatkan kepada Nuh dan yang Aku wahyukan kepadamu
(Muhammad), dan yang Aku wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
'Isa, bahwa hendaklah kamu tegakkan Agama dan janganlah kamu
bercerai-berai di dalamnya. (Asy-Syura. 13)
2 Francies Mason. (Fd)
"The Great Design," Duckworth, London.
3 George Bernard Shaw
dalam The Genuine Islam, Singapure, Vol. 1, No. 8. 1936.
Pada waktu terjemahan Indonesia ini sedang dikerjakan justru
di London sedang berlangsung pameran kebudayaan Islam, dan
dibuka oleh Ratu Elisabeth II sendiri.
4 Nabi Muhammad saw.
|