|
|
J. ASMA BINTI UMAIS ISTRI TIGA SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SURGA1. Masuk Islam Sejak Dini dan Hijrah ke HabasyahAbu Musa r.a. berkata: "... Asma binti Umais ikut hijrah ke Najasyi bersama orang-orang yang hijrah ..." (HR Bukhari dan Muslim)393 2. Keberanian MoralitasAbu Burdah, dari Abu Musa r.a., berkata: "Sampai kepada kami berita mengenai hijrahnya Nabi saw. ketika kami sedang berada di Yaman. Lalu kami pergi berhijrah kepada beliau, yaitu aku dan dua orang saudara laki-lakiku. Akulah yang paling kecil dari mereka. Salah satu dari kedua saudara laki-lakiku itu (bernama) Abu Burdah dan yang satu lagi Abu Ruhm, di tengah-tengah lima puluh tiga atau lima puluh dua orang laki-laki dari kaumku. Lalu kami naik perahu, dan perahu itu mengantarkan kami kepada Raja Najasyi di Habasyah. Akhirnya kami bertemu dengan Ja'far bin Abu Thalib. Lalu kami tinggal bersama sampai semua tiba. Kemudian kami bertemu dengan Nabi saw. ketika beliau menaklukkan Khaibar. Lantas ada sejumlah orang yang berkata kepada kami (yaitu para penumpang perahu): 'Kami lebih dahulu hijrah daripada kalian.' Asma binti Umais --salah seorang anggota rombongan yang datang bersama kami-- masuk menemui Hafshah, istri Nabi saw., sebagai tamu. Setelah itu datang pula Umar menemui Hafshah, sementara Asma berada di samping Hafshah. Ketika melihat Asma di sana Umar langsung bertanya: 'Siapa wanita ini?' Asma menjawab: 'Asma binti Umais.' Umar bertanya: 'Ini yang hijrah ke Habasyah? Ini yang mengarungi lautan?' Asma menjawab: 'Ya.' Umar berkata: 'Kami lebih dahulu berhijrah daripada kalian Karena itu kami lebih berhak daripada kalian terhadap Rasulullah saw. 'Asma marah (mendengar ucapan Umar itu) dan berkata: 'Tidak demi Allah. Kalian bersama Rasulullah saw. Beliau memberi makan orang yang lapar di antara kalian dan menasihati orang yang bodoh di antara kalian. Sementara kami berada di suatu negeri yang jauh dan penuh kebencian terhadap Islam di Habasyah. Semua itu kami lakukan demi mencari ridha Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, aku tidak akan makan atau minum hingga aku sampaikan apa-apa yang kamu ucapkan itu kepada Rasulullah saw. Kami selalu diganggu dan ditakut-takuti, dan aku akan menuturkan hal tersebut serta menanyakannya kepada Nabi saw. Demi Allah, aku tidak berdusta, tidak menyimpang dan tidak akan menambah-nambahnya.' Setelah Nabi saw. datang, Asma binti Umais berkata: 'Wahai Nabiyullah, sesungguhnya Umar mengatakan begini, begini.' Nabi saw. bertanya: 'Lalu apa katamu kepadanya?' Asma menjawab: 'Aku bilang begini, begini.' Mendengar keterangan Asma itu, Nabi saw. berkata: 'Tiadalah dia lebih berhak terhadapku daripada kamu. Dia dan teman-temannya hanya mempunyai satu hijrah. Sedangkan kalian, wahai para penumpang perahu, mempunyai dua hijrah.' Asma berkata: 'Sungguh aku melihat Abu Musa dan para penumpang perahu datang kepadaku berbondong-bondong untuk menanyakan hadits ini kepadaku. Tidak ada di dunia ini sesuatu yang membuat diri mereka lebih merasa bahagia dan bangga dibandingkan dengan apa yang dikatakan kepada mereka itu oleh Nabi saw.' Abu Burdah (perawi hadits) menerangkan bahwa Asma berkata: 'Sungguh aku melihat Abu Musa memintaku mengulangi hadits tersebut.' (HR Bukhari dan Muslim)394 3. Melaksanakan Haji ketika Hamil TuaAisyah r.a. berkata: "Asma binti Umais istri Muhammad bin Abu Bakar melahirkan di dekat sebuah pohon. Kemudian Rasulullah saw menyuruh Abu Bakar supaya dia menyuruhnya mandi dan ihram." (HR Muslim)395 4. Penuh Perhatian terhadap Anak dan SuamiJabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Asma binti Umais: "Mengapa aku melihat badan anak-anak saudaraku (Ja'far) kurus-kurus dan lemah? Apakah mereka kelaparan?" Asma menjawab: "Tidak, cuma saja mereka terkena 'ain (ketajaman mata orang yang dengki)." Nabi saw. berkata: "Jampilah mereka!" Asma berkata: "Aku menawarkan kepada beliau untuk menjampinya. Tetapi beliau berkata: 'Jampilah mereka olehmu!'" (HR Muslim)396 Uraian di atas berkaitan dengan perhatiannya terhadap anak-anaknya. Adapun perhatiannya terhadap suami, dapat kita lihat dalam riwayat Thabrani dari Qais bin Abu Hazim. Dia berkata: "Kami masuk menemui Abu Bakar r.a. ketika beliau sedang sakit. Lalu aku melihat seorang wanita berkulit putih dan pada kedua tangannya ada tato. Dia sedang menghalau lalat dari Abu Bakar dan dia adalah Asma binti Umais."397 5. Kesaksian Rasulullah saw. terhadap AsmaAbdullah bin Amru ibnul Ash menceritakan bahwa sekelompok orang Bani Hasyim datang menemui Asma binti Umais. Lalu masuk Abu Bakar. Ketika itu Asma menjadi istri Abu Bakar. Ketika Abu Bakar melihat orang-orang Bani Hasyim itu, dia merasa tidak suka. Hal itu beliau tuturkan kepada Nabi saw. dan menambahkan: "Memang aku tidak melihat kecuali kebaikan." Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memaafkannya dari perbuatan tersebut." Kemudian Rasulullah saw. berdiri di atas mimbar dan bersabda: "Sesudah hari ini, seorang laki-laki tidak boleh memasuki rumah wanita yang suaminya tidak ada, kecuali dia bersama seorang atau dua orang lelaki." (HR Muslim)398 K. UMMU ATHIYYAH AL ANSHARIYYAH1. Ikut Berbai'atUmmu Athiyyah berkata: "Kami melaan ayat bai'at kepada kami (yaitu alla yusrikna billahi syai'aa) dan beliau melarang kami dari meratap. Lantas seorang wanita menggenggam tangannya sendiri seraya berkata: 'Si fulanah telah membuatku bahagia (karena ikut meratap bersamanya). Aku ingin membalasnya.' Nabi saw. tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Lalu wanita itu pergi, kemudian kembali lagi, dan Nabi saw. membai'atnya.'" (HR Bukhari)400 2. Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga Rasulullah saw.Ummu Athiyyah berkata bahwa Nabi saw. masuk menemui Aisyah r.a., lalu berkata: "Apakah kalian mempunyai sesuatu?" Aisyah menjawab: "Tidak ada selain sedikit dari Ummu Athiyyah dari kambing yang engkau kirimkan kepadanya sebagai sedekah." Nabi saw. berkata: "Kambing itu telah mencapai kehalalannya (hukum sedekah hilang darinya dan menjadi halal bagi saya)." (HR Bukhari dan Musim)402 3. Ikut BerjihadHafshah binti Sirin berkata: "... lalu datang seorang wanita yang singgah di istana Bani Khalaf dan aku datang menemuinya. Wanita itu menceritakan kepadaku bahwa suami saudara perempuannya --Ummu Athiyyah-- ikut berperang bersama Nabi saw. sebanyak dua belas kali. Sementara saudara perempuannya (Ummu Athiyyah) ikut bersamanya dalam enam kali peperangan. Dia mengatakan: 'Kami bertugas merawat orang-orang sakit dan mengobati orang-orang yang terluka.'... Ketika Ummu Athiyyah datang, aku langsung menanyakannya ..." (HR Bukhari)404 4. Memahami SunnahHafshah r.a. berkata: "Kami biasanya melarang anak-anak gadis kami keluar menghadiri kedua shalat hari raya ... Ketika aku datang kepada Ummu Athiyyah, aku tanyakan kepadanya: 'Apakah kamu pernah mendengar Nabi saw. (memperbolehkan anak-anak gadis pergi menghadiri dua hari raya)?' Ummu Athiyyah menjawab: 'Demi bapakku, benar, aku pernah mendengar hal itu dari Nabi saw. ketika beliau bersabda: "Anak-anak gadis, perempuan-perempuan yang dipingit, dan wanita haid boleh keluar serta hendaklah mereka menyaksikan (hari) baik dan khotbah nasihat kaum muslimin. Tetapi wanita haid harus menghindari tempat shalat.'" Hafshah berkata: 'Aku bertanya apakah wanita haid (juga boleh)?' Ummu Athiyyah berkata: 'Bukankah (wanita haid) boleh menghadiri Arafah, ini dan itu?"' (HR Bukhari)407 Dari Ummu Athiyyah r.a., dia berkata: "Kami dilarang mengiringi jenazah, tetapi larangannya tidak tegas." (HR Bukhari dan Muslim)408 5. Dalam Kesedihan Tetap Mematuhi SyariatIbnu Sirin berkata: "Ummu Athiyyah r.a. --seorang wanita Anshar yang ikut berbaiat kepada Nabi saw.-- datang (dari Madinah). Dia datang ke Bashrah untuk menjumpai anaknya, tetapi dia tidak menemukannya ... Menurut sebuah riwayat409: 'Putra Ummu Athiyyah meninggal dunia. Setelah tiga hari, dia meminta wewangian yang berwarna kuning, lalu dia usapkan ke tubuhnya. Dia berkata: "Kita (kaum wanita) dilarang berkabung lebih dari tiga hari, kecuali terhadap suami.'" (HR Bukhari)410 6. Memuliakan Rasulullah saw. dengan Kalimat KhususHafshah binti Sirin berkata: "Setiap Ummu Athiyyah berbicara dengan Rasulullah saw., dia selalu memulai dengan mengatakan demi bapakku." (HR Bukhari)412 L. FATHIMAH BINTI QAISAl-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dia termasuk di antara wanita-wanita yang hijrah pada gelombang pertama. Orangnya pintar dan cantik."413 1. Menikah Atas Saran Rasulullah saw.Fathimah binti Qais berkata: "... Ketika aku menjanda, aku dilamar oleh kelompok sahabat Rasulullah saw. untuk Abdurrahman bin Auf, sementara Rasulullah saw. sendiri melamar aku untuk budaknya, Usamah bin Zaid. Dan aku pernah mendengar hadits Rasulullah saw. yang berbunyi: 'Barangsiapa yang mencintai aku, maka hendaklah dia juga mencintai Usamah.' Ketika Rasulullah saw. membicarakan masalah itu kepadaku, aku berkata: 'Urusanku berada di tanganmu. Maka nikahkanlah aku dengan siapa yang engkau kehendaki.'" 2. Memahami AI-Qur'an dan Sunnah serta Memprotes Pendapat Beberapa TokohUbaidillah bin Utbah mengatakan bahwa Abu Amru bin Hafsh ibnul Mughirah pergi bersama Ali bin Abi Thalib ke Yaman. Dia mengutus seseorang untuk menjatuhkan talak satu kali lagi sehingga genap tiga kali talak kepada istrinya, Fathimah binti Qais. Selanjutnya dia menyuruh al-Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah untuk mengatasi mantan istrinya itu apabila dia datang meminta nafkah. Begitu dia datang untuk meminta nafkah, mereka berkata kepadanya "Demi Allah, kamu tidak berhak mendapat nafkah kecuali jika kamu hamil." Lantas wanita itu mendatangi Rasulullah saw. dan menyampaikan ucapan kedua orang itu kepadanya. Rasulullah saw. bersabda "Memang tidak ada nafkah untukmu." Akhirnya Fathimah meminta izin pindah kepada Rasulullah saw. dari rumah suaminya. Beliaupun mengizinkannya. Fathimah binti Qais bertanya: "Kemana, wahai Rasulullah?" Rasulullah saw. menjawab: "Ke rumah putra Ummi Maktum." Dia adalah seorang tuna netra, sehingga Fathimah bisa melepaskan pakaiannya tanpa takut dilihatnya. Setelah berakhir masa 'iddahnya, Rasulullah saw. menikahkannya dengan Usamah bin Zaid. Pada suatu hari Marwan mengutus Qabishah bin Dzuaib untuk menemui Fathimah guna menanyakan hadits tersebut kepadanya. Fathimah menjelaskannya, tetapi Marwan belum puas, lalu dia berkata: "Hadits ini tidak pernah aku dengar kecuali dari seorang wanita. Karena itu akan aku teliti kembali kemudian mengikuti apa yang dilakukan orang banyak." Ketika ucapan Marwan itu sampai ke telinga Fathimah, dia berkata: "Sekarang yang menjadi hakim antara aku dan kamu adalah firman Allah yang berbunyi: '... Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui, barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru.' (ath-Thalaq: 1) 3. Pemurah kepada TamuAsy-Sya'biy berkata: "Aku menemui Fathimah binti Qais. Lalu dia menghidangkan kepadaku kurma Ibnu Thab (kurma Madinah) dan minuman Suwaiq Sult (yang terbuat dari biji gandum). Lalu aku menanyakan kepadanya mengenai wanita yang sudah ditalak tiga, di mana dia melalui masa 'iddahnya. Fathimah berkata: 'Aku ditalak tiga oleh suamiku, lalu Nabi saw. mengizinkan aku menghabiskan masa 'iddahku di rumah keluargaku." (HR muslim)420 4. Peduli terhadap Urusan Umat IslamAmir bin Syarahil asy-Sya'biy menceritakan bahwa dia bertanya kepada Fathimah binti Qais, saudara perempuan Dhahhak bin Qais yang termasuk di antara wanita-wanita muhajir pertama. Amir berkata: "Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang kamu dengar dari Rasulullah saw. dan yang tidak kamu isnadkan kepada seseorang selain beliau." Fathimah menjawab: "Kalau memang kamu menginginkan yang demikian, akan aku lakukan." Amir berkata: "Ya tentu, ceritakanlah!" Lalu Fathimah berkata: "Setelah masa 'iddahku berakhir, aku mendengar penyeru Rasulullah saw. berseru: 'Ash-shalatu jami'ah.'" (Kalimat ini juga dipergunakan untuk memanggil orang ke pertemuan umum). Aku segera pergi ke masjid dan shalat bersama Rasulullah saw. Aku berada di shaf wanita sesudah shaf belakang kaum laki-laki. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan shalatnya beliau duduk di atas mimbar. Sambil tersenyum beliau berkata: "Hendaklah semua orang tetap di tempat shalatnya." Kemudian beliau bertanya, "Tahukah kalian mengapa kalian aku kumpulkan?" Mereka menjawab: "Allah dan RasulNya lebih tahu." Beliau bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku kumpulkan kalian bukan untuk suatu kegembiraan atau ketakutan. Aku kumpulkan kalian karena Tamim ad-Dariy yang dahulunya seorang Nasrani telah datang untuk berbai'at dan masuk Islam. Kepadaku dia menceritakan suatu cerita yang sesuai dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Almasih ad-Dajjal." (HR Muslim)421 |
|
Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah) Abdul Halim Abu Syuqqah Penerjemah: Drs. As'ad Yasin Juni 1998 Penerbit Gema Insani Press Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740 Telp. (021) 7984391-7984392-7988593 Fax. (021) 7984388 ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Please direct any suggestion to Media Team |