|
R. MENYEBUTKAN RUPA ATAU BENTUK
WANITA
Rasulullah saw. bersabda: "Ibrahim a.s hijrah
bersama Sarah. Dia memasuki suatu negeri yang dikuasai
oleh seorang raja atau tirani. Lalu tersebar berita bahwa
Ibrahim datang bersama seorang wanita yang paling
cantik." (HR Bukhari dan Muslim)119
Abu Qilabah, dari Anas r.a., berkata bahwa Nabi saw.
pernah melakukan suatu perjalanan. Yang menjadi penuntun
kendaraan mereka (beberapa orang istri Nabi saw. dan Ummu
Sulaim) adalah seorang budak yang bernama Anjasyah. Nabi
saw. berkata kepada Anjasyah: "Wahai Anjasyah,
pelan-pelan saja membawa botol-botol kaca ini (maksudnya
kaum wanita)." Menurut satu
riwayat120
Abu Qilabah berkata: "Rasulullah saw. mengucapkan satu
perkataan yang andaikata diucapkan oleh sebagian kalian,
tentulah kalian mencelanya karena mengucapkan perkataan
tersebut." (HR Bukhari dan
Muslim)121
Syekh Ibnu Badis berkata: "Abu Qilabah (seorang imam
terkenal dari kalangan fuqaha tabi'in) tahu sikap keras
dan kaku orang-orang yang kepada mereka beliau ceritakan
hadits ini. Sikap keras dan kaku tersebut membuat mereka
menjauh dari mengucapkan kata-kata yang mensifati kaum
wanita. Sikap mereka ini dijawab oleh Abu Qilabah dengan
kata-kata yang diucapkan oleh Nabi saw. Ketika kalimat
itu diucapkan oleh salah seorang dari mereka, tentu yang
lainnya akan mencelanya. Kemudian beliau jelaskan kepada
mereka bahwa kata-kata tersebut dan yang semisalnya
adalah bukan karena tidak mengandung unsur keburukan,
kekejian, dan tidak bermaksud
jahat."122
"Umar berkata kepada Hafshah: 'Janganlah kamu sampai
terpedaya jika tetanggamu lebih cantik darimu.'" Dan
menurut riwayat Muslim123
Umar berkata: "Wahai putriku, janganlah kamu sampai
terpedaya oleh wanita ini (Aisyah) yang merasa kagum
dengan kecantikannya." (HR Bukhari dan
Muslim)124
"Lalu keluar Saudah binti Zam'ah, istri Nabi saw.,
pada suatu malam di waktu isya. Saudah adalah seorang
wanita yang tinggi." Menurut satu
riwayat125:
"Sangat besar," dan menurut satu riwayat lagi: "Melebihi
wanita lain dalam segi besar tubuhnya." (HR Bukhari dan
Muslim)126
Abu Sufyan berkata kepada Rasulullah saw.: "Aku
memiliki orang Arab yang paling baik dan paling cantik,
yaitu Ummu Habibah binti Abu Sufyan. Aku akan
mengawinkanmu dengannya." (HR
Muslim)127
"Kemudian Rasulullah saw. berjalan hingga sampai ke
tempat kelompok wanita, lalu beliau menyampaikan nasihat
kepada mereka. Tiba-tiba dari tengah-tengah mereka
berdiri seorang wanita rupawan yang kedua pipinya agak
hitam kemerah-merahan." (HR
Muslim)128
"Bahwa seorang wanita hitam pernah menjadi petugas
kebersihan masjid .... Kemudian Rasulullah saw.
mendatangi kuburannya dan menyalatinya." (HR Bukhari dan
Muslim)129
"Ketika terjadi Perang Uhud ... aku melihat Aisyah
binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim. Mereka menyingsingkan
kainnya sehingga terlihat olehku gelang-gelang kaki
mereka." (HR Bukhari dan Muslim)130
"Tatkala kami bertemu (orang-orang musyrik pada Perang
Uhud) mereka lari pontang-panting sehingga aku melihat
wanita-wanita mereka berlompatan di bukit itu sambil
mengangkat kain betis mereka sehingga kelihatan nyata
gelang-gelang kaki mereka." (HR
Bukhari)131
"Dan Allah mengalahkan mereka (maksudnya penduduk
Khaibar) ... Seorang tawanan wanita yang sangat cantik
jatuh ke tangan Dahyah." (HR
Muslim)132
"Aku pernah ikut berperang di daerah Fazarah ...
Begitu mereka melihat anak panah melesat ke arah mereka,
mereka pun berhenti dan tidak jadi mendaki. Mereka
berhasil aku ringkus dan aku giring, termasuk diantaranya
seorang wanita dari Bani Fazarah yang mengenakan tutup
kepala dari bahan kulit yang sudah lusuh, berikut anak
gadisnya yang merupakan gadis Arab paling cantik." (HR
Muslim)133
"Rasulullah saw. tidak menyalatkan (jenazah) Suhail,
putra si wanita putih kecuali di ruangan masjid.
Al-Baidha adalah julukan untuk Da'ad binti Jahdam." (HR
Muslim)134
"Ibnu Abbas berkata padaku: "Maukah kamu aku beritahu
tentang seorang wanita yang menjadi calon ahli surga?"
Aku jawab: "Tentu saja mau." Ibnu Abbas berkata: "Ini, si
wanita hitam ini orangnya." (HR Bukhari dan
Muslim)135
"Ini ibunya az-Zubair. Dia pernah menceritakan bahwa
Rasulullah saw. memperbolehkannya (maksudnya melaksanakan
haji mut'ah). Karena itu temuilah dia dan tanyakanlah
masalah itu langsung kepadanya. Lalu kami pergi
menemuinya. Ternyata dia adalah seorang wanita yang
sangat gemuk dan buta." (HR
Muslim)136
"Wanita yang kesebelas mengatakan: "Suamiku bernama
Abu Zara. Tahukah kamu siapa Abu Zara itu? Dialah yang
memenuhi telingaku dengan perhiasan dan menggemukkan
lenganku. Putri Abu Zara, tahukah kamu siapa putri Abu
Zara itu? Dia adalah seorang anak yang sangat patuh
kepada kedua orang tuanya dan tubuhnya gempal ... Pada
suatu hari Abu Zara keluar dengan membawa bekal bejana
terbuat dari kulit yang sudah diisi penuh dengan susu.
Dia bertemu dengan seorang wanita dengan dua anaknya yang
laksana dua ekor macan kumbang. Mereka mempermainkan buah
delima dari bawah pinggang ibunya tersebut (yang dimaksud
dengan buah delima dalam hadits ini adalah payudara ibu
kedua anak tersebut)." (HR Bukhari dan
Muslim)137
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas al-Hafizh
Ibnu Hajar yang berkata ketika menjelaskan hadits Ummu
Zara ini: "Dalam hadits ini terdapat dalil mengenai
bolehnya menyebutkan masalah kecantikan wanita kepada
laki-laki, apabila wanita itu tidak dikenal. Yang tidak
diperbolehkan adalah menyebutkan perihal wanita yang
bersangkutan di hadapan lelaki atau menyebutkan sesuatu
tentang dirinya yang tidak boleh dilihat dengan cara
sengaja oleh lelaki."138
S. MENYEBUTKAN BERBAGAI KISAH NYATA
WANITA
Jabir bin Abdullah berkata: "Pada suatu hari Abu
Bakar meminta izin untuk menemui Rasulullah saw. Dia
menjumpai beberapa orang sedang duduk di dekat pintu
rumah Rasulullah saw. Belum seorang pun dari mereka yang
diizinkan masuk. Jabir berkata bahwa Rasulullah saw.
mengizinkan Abu Bakar masuk. Maka masuklah Abu Bakar.
Kemudian datang pula Umar. Dia minta izin untuk masuk dan
diberi izin. Sesampainya di dalam, Umar mendapati
Rasulullah saw. sedang duduk diam membisu. Tampaknya
beliau sedang bersedih. Sementara di sekeliling beliau
duduk istri-istri beliau. Melihat suasana yang dingin
itu, Umar bermaksud mengatakan sesuatu yang dapat membuat
Nabi saw. tertawa. Umar berkata: 'Wahai Rasulullah
seandainya aku lihat putri Kharijah menuntut belanja
kepadaku, niscaya aku akan bangun dan mencekik lehernya.'
Rasulullah saw. lalu tertawa mendengarkan kata-kata Umar
itu. Kemudian beliau berkata: 'Mereka ini berada di
sekitarku sebagaimana kamu lihat sendiri, juga untuk
menuntut belanja kepadaku.' Abu Bakar bergegas berdiri
menuju Aisyah, sementara Umar berdiri menuju Hafshah
dengan niat mencekik leher putri-putri masing-masing.
Keduanya berkata: 'Apakah kalian menuntut dari Rasulullah
saw. sesuatu yang tidak beliau miliki?' Mereka menjawab:
'Demi Allah, kami tidak meminta dari beliau sesuatu yang
tidak beliau miliki."' (HR
Muslim)139
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash, dia berkata: "Pada suatu
hari Umar minta izin untuk masuk kepada Rasulullah saw.
Kebetulan waktu itu ada beberapa orang wanita Quraisy
sedang berbicara dengan beliau dengan suara yang cukup
keras, dan mereka banyak sekali mengajukan pertanyaan.
Mendengar Umar minta izin masuk mereka bergegas berlari
menuju balik tabir. Lalu Rasulullah saw. sambil tertawa
mengizinkan Umar masuk. Melihat Rasulullah tertawa Umar
berkata: 'Semoga Allah membuatmu tetap dalam keadaan
senang dan gembira, wahai Rasulullah!' Rasulullah saw.
berkata: 'Aku merasa heran dengan ulah wanita-wanita yang
berada di sampingku tadi. Begitu mendengar suaramu,
mereka bergegas menuju balik tabir.' Umar menjawab:
'Bagaimanapun juga, engkaulah sebenarnya, wahai
Rasulullah saw. yang lebih pantas untuk mereka segani.'
Selanjutnya Umar berkata: 'Wahai wanita-wanita yang
menjadi musuh dirinya sendiri, apakah kalian segan
kepadaku sementara tidak segan kepada Rasulullah saw.'
Mereka menjawab: 'Ya, lantaran kamu lebih keras dan lebih
kasar ketimbang Rasulullah saw.' Rasulullah saw.
bersabda: 'Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya,
tidak akan pernah setan menemuimu di satu jalan yang kamu
lalui, kecuali dia pasti akan mencari jalan lain selain
jalan yang kamu lalui itu.'" (HR Bukhari dan
Muslim)140
Dari Aisyah r.a. dikatakan bahwa Rasulullah saw., jika
ingin bepergian, beliau mengundi istri-istrinya. Suatu
ketika yang beruntung mendapatkan undian adalah Aisyah
dan Hafshah. Maka merekalah yang ikut bersama Rasulullah
saw. Ketika malam tiba, Rasulullah saw. berjalan bersama
Aisyah dan bercakap-cakap dengannya. Pada hari yang lain
Hafshah berkata kepada Aisyah: "Maukah kamu nanti malam
mengendarai untaku dan aku mengendarai untamu, dan kita
saling mengawasi?" Aisyah menjawab: "Tentu saja mau."
Maka Aisyah naik unta Hafshah dan Hafshah menaiki unta
Aisyah. Setelah itu datang Rasulullah menuju unta Aisyah
yang ketika itu ditunggangi oleh Hafshah. Setelah
mengucapkan salam, Rasulullah saw. berjalan bersama.
Kemudian berhenti di suatu tempat. Aisyah kehilangan
jejak mereka. Mengetahui mereka berhenti di satu tempat,
Aisyah merasa cemburu. Lalu dia menginjakkan kakinya di
antara rerumputan liar yang harum baunya, seraya berkata:
"Ya Tuhan, semoga ada kala atau ular yang menggigitku.
Aku tidak kuasa mengatakan sesuatu apa pun kepadanya."
(HR Bukhari dan Muslim)141
Anas berkata: "Pada suatu saat Nabi saw. berada di
samping beberapa orang istri beliau, salah seorang ummul
mukminin mengirimkan satu piring makanan. Tiba-tiba istri
yang di rumahnya Nabi saw. berada, memukul tangan pelayan
yang membawa piring makanan itu sehingga piringnya jatuh
dan pecah. Lalu Nabi saw. mengumpulkan pecahan piring dan
makanan yang tadinya berada dalam piring yang pecah itu.
Beliau berkata: 'Ibumu cemburu.' Beliau menahan pelayan
tadi sampai beliau memberikan piring dari istri yang di
rumahnya beliau berada. Piring yang utuh itu beliau
serahkan kepada istri yang piringnya pecah dan beliau
menahan piring yang sudah pecah di rumah istri beliau
yang telah memecahkan piring tadi." (HR
Bukhari)142
Anas berkata: "Nabi saw. memiliki sembilan orang
istri. Apabila beliau menggilir, maka mereka semua akan
kebagian. Setiap malam mereka berkumpul di rumah istri
yang akan beliau datangi. Pada suatu malam, beliau berada
di rumah Aisyah, maka datanglah Zainab dan beliau
mengulurkan tangannya untuk menyambutnya. Aisyah berkata:
'Ini Zainab.' Lalu Nabi saw. menahan tangannya. Beberapa
saat kemudian mereka berdua bertengkar dengan suara keras
dan ucapan yang kotor. Terdengar suara iqamatushashalat.
Abu Bakar lewat di rumah itu dan mendengar suara mereka
berdua. Abu Bakar lalu berkata: 'Keluarlah wahai
Rasulullah untuk menunaikan shalat dan sumpal saja mulut
mereka dengan pasir!' Rasulullah saw. lalu keluar. Aisyah
merasa agak sedikit kecewa dan merasa terganggu dengan
sikap ayahnya tersebut. Setelah Rasulullah saw. selesai
menunaikan shalat, Abu Bakar pergi menemui Aisyah dan
melontarkan kata-kata yang keras: 'Apa layak kamu
melakukan ini?' (HR Muslim)143
Aisyah r.a. berkata bahwa istri-istri Rasulullah saw.
terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri
atas Aisyah, Hafshah, dan Saudah. Sementara kelompok
kedua terdiri atas Ummu Salamah dan istri-istri
Rasulullah saw. yang lain. Semua kaum muslimin sudah
sama-sama tahu betapa cintanya Rasulullah saw. kepada
Aisyah. Apabila ada salah seorang sahabat yang mempunyai
hadiah yang akan dia berikan kepada Rasulullah saw., maka
biasanya dia akan menangguhkan pemberian tersebut, sampai
Rasulullah saw. sedang berada di rumah Aisyah. Suatu hari
ada seorang sahabat yang mengirimkan hadiah kepada
Rasulullah saw. ketika beliau sedang berada di rumah
Aisyah. Rupanya hal itu diketahui oleh kelompok Ummu
Salamah. Mereka berkata kepada Ummu Salamah: "Kamu
bicaralah kepada Rasulullah saw. supaya beliau mau
menasihati para sahabatnya: 'Barangsiapa yang bermaksud
memberikan hadiah kepada beliau, supaya dia berikan saja
di rumah istri mana pun beliau berada.' Ummu Salamah
menyampaikan kepada Rasulullah saw apa yang diusulkan
oleh kelompoknya itu. Akan tetapi beliau tidak menanggapi
apa yang disampaikan Ummu Salamah itu sedikit pun. Ketika
hal itu disampaikan kepada mereka, mereka tidak berputus
asa. Mereka mendesak supaya Ummu Salamah mencobanya lagi.
Ummu Salamah menurut saja. Sekali lagi dia sampaikan
usulan kelompoknya itu kepada Rasulullah saw. di saat
beliau tengah berada di rumahnya. Namun Rasulullah saw.
juga tidak menanggapinya sedikit pun. Kelompok Ummu
Salamah masih juga belum berputus asa. Mereka tetap
membujuk Ummu Salamah agar mau melakukannya sekali lagi.
Dan lagi-lagi Ummu Salamah menuruti kehendak mereka.
Untuk ketiga kalinya Ummu Salamah nmenyampaikan hal itu
kepada Rasulullah saw. pada saat beliau berada di
rumahnya. Dan kali ini rupanya Rasulullah saw. mau
menanggapi. Beliau berkata kepada Ummu Salamah: 'Jangan
kamu sakiti aku tentang Aisyah. Sesungguhnya wahyu tidak
turun kepadaku ketika aku berada dalam kain seorang
wanita (istri) kecuali Aisyah.' Seketika itulah Ummu
Salamah berkata: 'Aku bertobat kepada Allah karena telah
menyakitimu, wahai Rasulullah.' Kemudian anggota kelompok
Ummu Salamah tersebut memanggil Fathimah putri Rasulullah
saw. Mereka mengutus Fathimah supaya menyampaikan pesan
kepada Rasulullah saw. yang isinya: 'Sesungguhnya
istri-istrimu mendambakan supaya berlaku adil khususnya
menyangkut putri Abu Bakar.' Mendengar pesan yang
disampaikan putrinya itu Rasulullah saw. berkata: 'Wahai
putriku, apakah kamu tidak menyenangi akan apa yang aku
senangi?' Fathimah menjawab: 'Tentu saja ayah.' Fathimah
lalu pulang dan menceritakan kepada mereka tanggapan
Rasulullah saw. tersebut. Ketika mereka membujuk Fathimah
supaya balik lagi menghadap Rasulullah saw., dia menolak.
Salanjutnya mereka mendesak Zainab binti Jahasy. Meski
dengan terpaksa, akhirnya Zainab mau juga menemui
Rasulullah saw. dan berkata: 'Sesungguhnya istri-istrimu
mendambakanmu supaya berlaku adil dalam memperlakukan
putri Abu Quhafah.' Zainab mengucapkan kata-katanya itu
dengan suara yang agak keras, sehingga terdengar oleh
Aisyah yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu.
Aisyah sempat mencaci maki dalam hati. Kemudian
Rasulullah saw. sejenak memandang Aisyah barangkali dia
akan berbicara. Akhirnya Aisyah memang terpaksa berbicara
untuk menangkis ucapan Zainab, sehingga Zainab terdiam
dibuatnya. Selanjutnya Rasulullah saw. kembali memandangi
Aisyah dan berkata: 'Sesungguhnya dia adalah putri Abu
Bakar.'" (HR Bukhari dan Muslim)144
Dari Aisyah, dia berkata: "Pada suatu hari sebelas
orang wanita berkumpul di satu tempat. Mereka saling
sepakat dan berjanji untuk tidak akan menyembunyikan
sedikit pun perihal suami mereka masing-masing. Wanita
pertama mengatakan: 'Suamiku adalah ibarat unta kurus
yang berada di puncak gunung. Dia tidak untuk didaki dan
tidak pula gemuk, sehingga tidak ada yang berkeinginan
untuk pindah kepadanya.' Wanita kedua berkata: 'Maaf, aku
terpaksa tidak bisa menuturkan secara rinci mengenai
keadaannya. Aku khawatir tidak bisa melakukan hal itu.
Jika sampai aku lakukan hal itu, sama artinya dengan
mengungkapkan selurah aibnya.' Wanita ketiga berkata:
'Suamiku berpostur tinggi. Jika aku ceritakan halnya,
maka dia akan menceraikanku, dan jika aku diamkan, dia
juga akan membuatku terkatung-katung.' Wanita keempat
berkata: 'Suamiku laksana cuaca malam hari di wilayah
Tihamah, tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu
dingin, tidak menakutkan dan juga tidak membosankan.'
Wanita kelima berkata: 'Suamiku apabila sudah masuk rumah
bagaikan kumbang yang lembut, pemalu, dan tidak banyak
gangguannya dan apabila keluar rumah, dia ibarat singa
yang garang. Dia sangat pemurah dan tidak suka
menyelidiki berkurangnya uang.' Wanita keenam berkata:
'Suamiku apabila makan, maka semua makanan akan
dilahapnya, dan apabila minum, maka semua minuman akan
diteguknya. Apabila tidur, dia menyendiri (mengabaikan
istrinya). Namun dia tidak mau memasukkan telapak
tangannya, karena takut mengetahui kesudahan istrinya.'
Wanita ketujuh berkata: 'Suamiku adalah orang yang
emosional. Semua cacat (aib) semua orang ada pada orang
itu. Namun demikian dia suka melukai kepala atau melukai
tubuhmu, atau melakukan kedua-duanya sekaligus.' Wanita
kedelapan berkata: 'Suamiku memiliki sentuhan khusus
bagaikan sentuhan kelinci dan mempunyai aroma khusus
bagaikan aroma bunga wangi.' Wanita kesembilan berkata:
'Suamiku berkedudukan tinggi, bertubuh tinggi, suka
sekali menjamu tamu, dan rumahnya dekat dengan balai
pertemuan.' Wanita kesepuluh berkata: 'Suamiku bernama
Malik. Apa itu malik? Malik artinya memiliki kebaikan
melebihi apa dapat diungkapkan. Dia banyak sekali
memiliki unta, kebanyakan unta-unta itu dibiarkan saja
menderum di halaman rumah (agar mudah diperah susunya
oleh tamu-tamu) dan banyak dipinjam untuk angkutan.
Unta-unta tersebut bila mendengar suara kecapi, mereka
sudah tahu bahwa sebentar lagi akan disembelih.' Dan
wanita yang kesebelas berkata: 'Suamiku bernama Abu Zara.
Tahukah kamu siapa Abu Zara' itu? Dialah yang memberiku
makanan-makanan berlemak sehingga aku kelihatan gemuk.
Dia suka menyanjung-nyanjungku sehingga aku merasa
senang. Dia tahu aku dari keluarga yang tidak mampu,
namun dia mau menerimaku di tengah keluarganya yang cukup
kaya. Dia tidak pernah meremehkan ucapanku. Setiap tidur
aku bisa tidur pulas sampai pagi, dan aku bisa minum
sampai puas. Lalu Ummu Abu Zara, tahukah kamu siapa dia?
Dia memiliki simpanan bahan pokok berkarung-karung dan
rumahnya sangat luas. Ibnu Abi Zara. Tahukah kamu siapa
dia? Dia memiliki tempat tidur laksana irisan pelepah
kurma. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan
sebelah kaki seekor kambing. Putri Abu Zara. Tahukah kamu
siapa dia? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap
kedua orang tuanya. Tubuhnya gempal dan dia adalah
seorang yang sangat dermawan. Pelayan putri Abu Zara.
Tahukah kamu siapa dia? Dia tidak pernah menyebarluaskan
berita-berita. Dia sangat jujur sekalipun mengenai soal
makanan. Dan dia orang yang sangat rajin bekerja dan
tidak pernah membiarkan rumahku kotor. Selanjutnya Ummu
Zara mengatakan: 'Pada suatu hari Abu Zara keluar dengan
membawa bekal bejana terbuat dari kulit yang sudah diisi
penuh dengan susu. Dia bertemu dengan seorang wanita
dengan dua orang anaknya yang laksana dua ekor macan
kumbang. Mereka mempermainkan buah delima dari bawah
pinggang ibunya tersebut. Dia menikahi wanita tersebut
dan aku diceraikannya. Setelah itu aku menikah lagi
dengan seorang laki-laki yang cukup budiman dan cukup
kaya. Tunggangannya adalah seekor kuda pilihan. Dia juga
memperlihatkan kepadaku sebuah kandang ternak yang penuh
dengan unta, sapi, dan kambing. Aku disuruhnya menikmati
semua itu. Kalau aku kumpulkan semua pemberiannya, maka
belum ada apa-apanya dengan apa yang pernah diberikan Abu
Zara kepadaku.' Aisyah berkata: "Rasulullah saw. berkata
padaku: 'Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zara terhadap
Ummu Zara.'" (HR Bukhari dan
Muslim)145
Pasal 2. Beberapa Sikap Mulia Wanita
Dalam bagian ini akan saya ketengahkan beberapa sikap
wanita berkaitan dengan masalah bagaimana wanita yang telah
dibebaskan oleh Islam mencapai keutamaan derajat yang sangat
tinggi serta mewujudkan banyak sekali sifat dan teladan yang
mulia.
A. BERKORBAN DI JALAN ALLAH
Bersumber dari Shuhaib dikatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda bahwa dahulu kala ada seorang
raja mempunyai tukang sihir. Setelah berusia lanjut, dia
berkata kepada raja: "Sekarang saya sudah tua,
kirimkanlah seorang pemuda kepada saya untuk saya ajari
ilmu sihir." Raja mengirim seorang pemuda kepadanya. Di
tengah perjalanan pemuda tersebut bertemu dengan seorang
pendeta lalu dia duduk untuk mendengarkan ajaran pendeta,
dan dia sangat menyenangi ajaran tersebut. Setiap hendak
mendatangi tukang sihir, terlebih dahulu dia menemui
pendeta untuk kemudian mendengarkan ajarannya. Akibatnya,
jika bertemu dengan tukang sihir, pemuda tersebut
dipukuli. Hal itu diadukannya pada pendeta, maka pendeta
berkata: "Apabila kamu khawatir dimarahi tukang sihir,
katakan bahwa keluargamu menghalang-halangimu, dan kalau
kamu khawatir dimarahi keluargamu, katakan bahwa kamu
dihalang-halangi tukang sihir.' Dalam keadaan seperti
itu, dia melihat ada binatang raksasa yang merintangi
jalan orang-orang. Kemudian dia berkata: 'Hari ini aku
akan tahu, ajaran siapakah yang lebih utama, tukang sihir
atau pendeta.' Kemudian dia mengambil batu seraya
berkata: 'Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau
sukai daripada ajaran tukang sihir, bunuhlah binatang ini
sehingga orang-orang bisa lewat.' Lalu binatang tersebut
dilemparnya dengan batu, maka matilah binatang itu kaum
orang-orang pun bisa lewat lagi. Setelah itu dia pergi
menemui pendeta dan menceritakan kejadian tadi. Pendeta
berkata 'Wahai anakku, hari ini kamu lebih mulia daripada
aku. Kini aku mengetahui apa yang telah kamu ucapkan dan
kamu akan diuji. Kalau kamu diuji, maka janganlah kamu
tunjukkan aku.' Selanjutnya pemuda tadi dapat
menyembuhkan orang buta, orang yang sakit kusta, dan
segala penyakit. Keahliannya itu terdengar oleh seorang
menteri yang buta. Maka dia dipanggil dan akan diberi
banyak hadiah. Menteri itu berkata: 'Jika kamu dapat
menyembuhkan aku, maka apa yang ada di sini aku berikan
kepadamu.' Pemuda tersebut berkata: 'Aku tidak dapat
menyembuhkan siapa pun. Yang dapat menyembuhkan hanyalah
Allah. Jika engkau mau beriman kepada Allah, aku akan
berdoa agar Dia menyembuhkanmu.' Menteri mau beriman dan
Allah menyembuhkannya. Kemudian dia menghadap raja dan
ikut bersidang seperti biasanya. Sang raja bertanya
kepadanya: 'Siapa yang mengembalikan penglihatanmu itu?'
Menteri menjawab: 'Tuhan saya.' Raja bertanya: 'Apakah
kamu mempunyai Tuhan selain aku?' Menteri menjawab.
'Tuhan saya dan Tuhan kamu adalah Allah.' Maka dia
ditangkap dan disiksa terus sampai akhirnya dia menunjuk
kepada pemuda. Kemudian si pemuda diperintahkan
menghadap, lalu raja berkata kepadanya: 'Hai anakku, aku
telah mendengar bahwa dengan sihirmu, kamu bisa
menyembahkan orang buta, sakit kusta, dan lain-lainnya.'
Pemuda itu berkata: 'Sesungguhnya saya tidak dapat
menyembahkan siapa pun. Yang dapat menyembuhkan hanyalah
Allah.' Maka dia ditangkap lalu disiksa terus-menerus
sehingga akhirnya dia menunjuk pendeta. Maka pendeta
dihadapkan, lalu dikatakan kepadanya: 'Keluarlah dari
agamamu!' Pendeta menolak, maka raja meminta gergaji,
lalu diletakkan di tengah-tengah kepala sang pendeta,
lantas dibelahnya tubuh pendeta sampai pinggangnya.
Setelah itu menteri dipanggil, kemudian dikatakan
kepadanya: 'Keluarlah dari agamamu!' tetapi menteri
menolak. Maka dia pun dibelah sampai pinggangnya.
Kemudian si pemuda dihadapkan, lalu dikatakan kepadanya:
'Keluarlah dari agamamu!' Pemuda itu menolak, maka dia
diserahkan kepada sekelompok pengikut raja, kemudian raja
berkata: 'Bawalah dia ke gunung. Apabila kamu sudah
sampai ke puncaknya, maka jika dia mau keluar dari
agamanya, (bawalah kembali), tetapi kalau tidak mau,
lemparkanlah dia!' Lantas mereka membawa pemuda itu ke
puncak gunung. Maka pemuda itu berdoa: 'Wahai Allah,
jagalah aku dari kejahatan mereka dengan cara yang Engkau
kehendaki.' Mendadak gunung itu bergetar dan bergoncang
dengan hebat sehingga mereka jatuh dan mati. Kemudian si
pemuda menemui raja, lalu raja bertanya: 'Apa yang
terjadi dengan orang-orang yang membawa kamu tadi?' Si
pemuda menjawab: 'Allah melindungi aku dari kejahatan
mereka.' Maka pemuda itu diserahkan kepada sekelompok
yang lain, lalu raja berkata: 'Bawalah dia dengan perahu
ke tengah laut. Kalau dia mau keluar dari agamanya, maka
bawalah dia pulang. Tetapi jika dia tidak mau, maka
lemparkanlah dia ke tengah laut!' Lantas mereka membawa
pemuda tersebut. Kemudian pemuda itu berdoa: 'Ya Allah,
jagalah aku dari kejahatan mereka dengan cara yang Engkau
kehendaki.' Maka perahu yang mereka naiki itu terbalik
dan mereka tenggelam. Kemudian pemuda itu pergi menemui
raja. Raja bertanya: 'Apa yang terjadi dengan orang-orang
yang membawa kamu tadi?' Si pemuda menjawab: 'Allah
melindungi aku dari kejahatan mereka. Sesungguhnya kamu
tidak dapat membunuhku kecuali jika kamu mau melakukan
apa yang aku perintahkan.' Raja bertanya: 'Apa
perintahmu?' Si pemuda berkata: 'Kumpulkanlah orang-orang
di suatu tempat yang tinggi, lalu saliblah aku pada
sebatang kayu. Setelah itu ambil anak panah dari tahung
anak panahku, kemudian letakkan di tengah-tengah busur,
lalu bacalah: bismillahi rabbilghulam (Dengan nama Allah,
Tuhan si pemuda). Setelah itu baru panahlah aku. Jika
kamu mau mengerjakan perintahku itu, maka kamu dapat
membunuhku.' Raja bersedia melaksanakan perintah pemuda
tersebut Orang-orang dikumpulkan di suatu dataran tinggi,
lalu pemuda itu disalib. Setelah itu diambilnya sebatang
panah dari tahungnya, kemudian diletakkannya di
tengah-tengah busur, lalu dibacalah bismillahi
rabbilghulam. Pemuda itu dipanah tepat pada pelipisnya.
Si pemuda meletakkan tangannya di pelipisnya yang terkena
panah itu, lalu meninggal. Maka orang-orang berkata:
'Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu, kami beriman
kepada Tuhannya pemuda itu, kami beriman kepada Tuhannya
pemuda itu.' Setelah kejadian itu raja ditanya:
'Bagaimana pendapatmu tentang apa yang kamu khawatirkan'
Sungguh telah terjadi apa yang pernah kamu khawatirkan.
Orang-orang telah beriman.' Mendengar itu raja
memerintahkan supaya dibuatkan parit di mulut jalan yang
di dalamnya dinyalakan api, lalu dia berkata kepada para
pengikutnya: 'Barangsiapa yang tidak mau keluar dari
agamanya, lemparkan ke dalam api itu (atau dikatakan
kepada orang tersebut: Terjunlah ke dalamnya).' Para
pengikut itu melaksanakan perintahnya sampai akhirnya
tiba giliran seorang wanita yang membawa seorang bayi.
Dia tetap berdiri di tempatnya lantaran takut terjun ke
dalam api. Maka bayinya itu berkata: 'Ibu, tabahlah,
karena kamu berada di pihak yang benar!"' (HR
Muslim)146
Demikianlah halnya wanita yang telah menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah sebelum masa diutusnya Nabi Muhammad
saw. Dia lebih mengutamakan agama Allah yang hak atas
segala-galanya dan dia mengorbankan jiwa raganya dengan
harga yang murah sekali demi kepentingan agama Allah.
B. SANGAT MENDAMBAKAN KESEMPURNAAN
Atha bin Rabah berkata: "Ibnu Abbas bertanya
kepadaku: 'Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu seorang
wanita calon ahli surga?' Aku jawab: 'Tentu saja.' Ibu
Abbas berkata: 'Ini, wanita berkulit hitam ini pernah
datang kepada Nabi saw. dan berkata: "Sesungguhnya aku
mengidap penyakit ayan, dan aku khawatir auratku terbuka,
sementara aku tidak sadar. Maka tolonglah doakan pada
Allah agar aku sembuh." Nabi saw. berkata: 'Jika kamu
bisa sabar menghadapinya, bagimu adalah surga, tapi kalau
kamu menginginkan kesembuhan, aku juga bisa mendoakannya
kepada Allah agar Dia berkenan menyembuhkanmu.' Wanita
itu berkata: 'Saya akan coba sabar.' Setelah itu wanita
itu berkata lagi: 'Tetapi aku khawatir auratku terbuka.
Karena itu, doakanlah kepada Allah supaya auratku tidak
terbuka.' Lantas Nabi saw. mendoakannya." (HR Bukhari dan
Muslim)147
C. SENANG BERIBADAH
Anas bin Malik r.a. berkata: "Nabi saw. masuk
masjid. Tiba-tiba beliau lihat ada tali yang terbentang
antara dua tiang masjid. Beliau bertanya: 'Tali apa ini?'
Para sahabat menjawab: 'Ini adalah tali milik Zainab.
Apabila dia sudah merasa lelah (beribadah) maka dia akan
bergantung pada tali itu.' Nabi saw. berkata: 'Tidak,
lepaskan tali itu. Hendaklah salah seorang dari kalian
melaksanakan shalatnya dalam keadaan segar. Kalau sudah
merasa lelah, maka hendaklah dia shalat dalam keadaan
duduk.'" (HR Bukhari dan Muslim)148
Aisyah Berkata: "Nabi saw. datang menemui Aisyah.
Ketika itu di samping Aisyah ada seorang wanita. Nabi
saw. bertanya: 'Siapa wanita ini?' 'Si Fulanah yang
sering disebut-sebut mengenai shalatnya.' Menurut riwayat
Muslim: 'Mereka menduga bahwa wanita itu tidak tidur pada
malam harinya.' Nabi saw. berkata: 'Cukup, laksanakanlah
ibadah semampumu. Demi Allah, Allah tidak pernah bosan
sampai kamu merasa bosan sendiri.' (HR Bukhari dan
Muslim)149
Ibnu Abbas r.a. berkata: "Seorang laki-laki datang
menemui Nabi saw. dan berkata kepada beliau:
'Sesungguhnya saudara perempuanku bernazar akan
melaksanakan ibadah haji, tetapi dia sudah meninggal
(sebelum sempat melaksanakan nazarnya).' Nabi saw.
berkata: 'Andaikan dia mempunyai hutang, apakah kamu akan
membayarnya?' Lelaki itu menjawab: 'Ya.' Nabi saw.
berkata: 'Bayarkanlah (tunaikanlah nazarnya) kepada
Allah, karena sesungguhnya Dia lebih berhak untuk
dibayar!'" (HR Bukhari)150
Uqbah bin Amir berkata: "Saudara perempuanku bernazar
akan berjalan ke Baitullah. Dia menyuruhku meminta fatwa
kepada Rasulullah saw. mengenai masalahnya ini. Maka aku
pun meminta fatwa kepada beliau. Beliau berkata:
'Hendaklah dia berjalan dan berkendaraan.'" (HR Bukhari
dan Muslim)151
Hadits-hadits tersebut menunjukkan betapa senangnya kaum
wanita melaksanakan ibadah dan itu merupakan sifat yang
terpuji. Namun Rasulullah saw. --sebagai pembimbing manusia
ke jalan kebaikan-- tidak menyenangi sikap berlebihan
seperti yang terlihat dalam beberapa hadits di atas,
sebagaimana beliau juga tidak menyenangi hal itu terjadi
pada kaum laki-laki seperti kasus Abdullah bin Umar ibnul
Ash, Abu Darda, dan lain-lain. Kami kira kaum wanita telah
mematuhi pengarahan Rasulullah saw. sehingga mereka tetap
rajin beribadah, tetapi tidak berlebihan. Begitu juga halnya
dengan kaum laki-laki. Semoga Allah melimpahkan ridhanya
bagi kita semua, baik kepada kaum laki-laki maupun
wanita.
D. BERSEDEKAH DAN BERINFAK
Abu Sa'id al-Khudari berkata bahwa Rasulullah
saw. selalu keluar pada hari raya Adha dan hari raya
Fitri. Beliau memulai dengan shalat. Setelah
menyelesaikan shalat dan mengucapkan salam, beliau
berdiri menghadap kaum muslimin yang sedang duduk di
tempat shalat mereka masing-masing. Jika beliau mempunyai
hajat yang perlu disampaikan, beliau tuturkan hajatnya
itu kepada kaum muslimin. Atau kalau ada keperluan lain,
maka beliau memerintahkannya kepada kaum muslimin. Beliau
pernah bersabda (dalam khotbahnya): "Bersedekahlah
kalian, bersedekahlah kalian, bersedekahlah kalian!"
Ternyata yang paling banyak memberikan sedekah adalah
kaum wanita. (HR Muslim)152
Ibnu Abbas r.a. berkata: "Aku pernah mengikuti shalat
Idul Fitri bersama Nabi saw. Kemudian beliau datang
membelah kerumunan mereka menuju ke tempat jamaah wanita.
Beliau disertai Bilal kemudian beliau bersabda:
'Bersedekahlah kalian (hai kaum wanita). Lalu Bilal
membentangkan pakaiannya.' Kemudian berkata: 'Marilah,
demi bapak ibuku sebagai tebusan kalian!' Mereka segera
menjatuhkan gelang-gelang dan cincin-cincin ke atas
pakaian Bilal tadi." (HR Bukhari dan
Muslim)153
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Bersegeranya wanita
bersedekah meskipun perhiasan mereka itu mahal harganya,
sementara kondisi keuangan mereka di kala itu sangat
sulit, menunjukkan betapa tingginya tingkat keimanan
mereka dan betapa besarnya keimanan mereka untuk mentaati
perintah Rasulullah saw. Semoga Allah meridhai mereka
semua."154
E. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA (SELAGI
MEREKA HIDUP DAN SETELAH MEREKA WAFAT)
Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, berkata:
"Ketika aku sedang duduk di dekat Rasulullah saw.,
tiba-tiba muncul seorang perempuan menghampiri beliau dan
berkata: 'Sesungguhnya aku telah menyedekahkan seorang
budak perempuan untuk ibuku dan kini ibuku telah wafat.
Rasulullah saw. berkata: "Kamu berhak memperoleh pahala
dan ambil kembali budak perempuan itu untukmu sebagai
warisan." Perempuan itu bertanya: "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ibuku itu masih mempunyai tanggungan hutang
puasa sebulan. Apakah aku boleh berpuasa
menggantikannya?" Rasulullah saw. menjawab: "Ya,
berpuasalah kamu menggantikannya!" Perempuan itu bertanya
lagi: "Sesungguhnya ibuku itu belum pernah menunaikan
ibadah haji. Apakah aku bisa menggantikannya?" Rasulullah
saw. menjawab: "Ya, laksanakanlah ibadah haji untuk
menggantikannya!" (HR Muslim)155
Ibnu Abbas r.a. berkata: "Seorang perempuan pernah
datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: 'Wahai
Rasulullah sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia,
sementara dia masih mempunyai hutang puasa nazar. Apakah
aku boleh berpuasa menggantikannya?' Rasulullah saw.
menjawab: 'Bagaimana pendapatmu jika ibumu itu mempunyai
hutang kepada seseorang, lalu kamu membayarnya, bukankah
yang demikian itu berarti kamu telah melunasi hutangnya?'
Perempuan itu menjawab: 'Ya.' Lalu Nabi saw. berkata:
'Maka berpuasalah kamu untuk menggantikan ibumu!'" (HR
Bukhari dan Muslim)156
Ibnu Abbas berkata bahwa seorang perempuan dari
keluarga Juhainah datang menemui Nabi saw., lalu berkata:
"Sesungguhnya ibuku bernazar akan menunaikan ibadah haji,
namun dia belum sempat melaksanakannya sampai dia
meninggal dunia. Apakah aku boleh melaksanakan haji untuk
menggantikannya?" Nabi saw. berkata: "Ya lakukanlah haji
untuk menggantikannya. Bukankah kalau ibumu mempunyai
hutang, kamulah yang harus membayarnya?" Maka bayarkanlah
hutangnya kepada Allah, sebab hutang kepada Allah itu
adalah yang paling utama untuk dibayar." (HR
Bukhari)157
|