| |
4. Apakah orang Katolik tidak dilarang membaca Alkitab Protestan? Keyakinan orang Katolik dulu dan kini perlu dibedakan. Dahulu Kitab Suci memang merupakan bahan perdebatan sengit antara para pendukung Reformasi dan para teolog Konsili Trente. Menurut keyakinan orang Katolik, penerjemahan ke dalam berbagai bahasa setempat yang dibuat oleh pihak Protestan cenderung menguntungkan mereka. Akibatnya Konsili Trente menekankan bahwa didalam pembacaan umum, kotbah dan penjelasan, penggunaan edisi dalam bahasa Latin, yang disebut Vulgata, tetap diteruskan. Dampak langsung dari kebijakan ini ialah bahwa terjemahan Kitab Suci Katolik senantiasa didasarkan atas versi Vulgata ini, sementara terjemahan Protestan dibuat berdasarkan versi bahasa Ibrani, Aram atau Yunani. Lebih lanjut Gereja katolik menghendaki adanya catatan kaki yang mencakup baik ajaran iman maupun susila, maupun tafsiran para Bapa Gereja. Maka orang Katolik dianjurkan untuk tidak membaca Alkitab Protestan agar mereka terhindari dari pengaruh-pengaruh yang bertentangan dengan iman Katolik. Sebaliknya pihak Protestan juga melarang penggunaan terjemahan oleh Katolik. Mereka menyangsikan ketepatan penerjemahan Katolik dan mencurigai adanya ajaran Gereja yang tersembunyi di dalamnya. Kini semua telah berubah. Sejak tahun 1967 pihak Katolik dan Protestan bersama-sama mengusahakan suatu terjemahan Alkitab lengkap. Dan sejak tahun 1975 umat Katolik di Indonesia memiliki terjemahan Alkitab Lengkap berkat kerjasama tersebut. ---------------------------------- 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-497-261-4 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |