|
|
![]()
|
BIMBINGAN GEREJA
15. Semua ini mengesankan adanya suatu tafsir pribadi
terhadap Kitab suci. Saya kira orang Katolik bangga
karena tidak tergantung pada tafsir pribadi, tetapi
mempercayakannya kepada Gereja mengenai apa yang
dimaksudkan oleh Kitab Suci.
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Itu suatu pandangan yang
terlalu menggampangkan masalah. Gereja katolik sangat
menekankan nilai iman tradisional yang terbukti benar selama
berabad-abad. Alasan penekanan ini adalah kepercayaan bahwa
Kristus melalui Roh Kudus senantiasa membimbing Gereja. Ia
tidak akan membiarkan Gereja melakukan kesalahan fatal dalam
membimbing umat-Nya dalam hal yang berkaitan dengan ajaran
dan susila. Karena itu jika demi tafsiran pribadi Kitab Suci
seseorang berkata, "Yang kamu percayai sebagai ajaran selama
lima abad, sepuluh abad atau dua puluh abad semua salah;
engkau harus melepaskannya karena begini saya menafsirkan
Kitab Suci," hal seperti ini ditolak Gereja. Tafsir pribadi
yang ditolak Gereja Katolik ialah pernyataan yang berkaitan
dengan ajaran berdasar Kitab Suci, namun menolak apa yang
diajarkan dalam sahadat iman dan keputusan resmi Gereja.
Di lain pihak, Gereja tidak pernah mengeluarkan tafsir Kitab
Suci mengenai bidang-bidang yang diolah oleh para penafsir.
Biasanya penafsir berusaha mengkaji apa yang mau disampaikan
oleh penulis asli Alkitab, pada saat ia menuliskan suatu
bagian Kitab Suci dan apa yang ditangkap oleh pembaca yang
sejaman dengan penulis. Para penafsir tidak bermaksud
membangun sikap tertentu yang bisa mengikat para pembaca
Kitab Suci. Mengenai apa yang kita sebut arti harafiah Kitab
Suci, yaitu apa maksud suatu ayat ketika ditulis, rasanya
Gereja Katolik tidak pernah menentukannya. Gereja memang
menentukan bahwa beberapa ajarannya dihubungkan dengan
kutipan Kitab Suci, tetapi itu tidak harus berarti bahwa
ajaran-ajaran tadi ada dalam pikiran penulis Kitab Suci yang
dikutip itu. Jadi konflik antara tafsiran pribadi dan ajaran
Gereja sama sekali tidak berkaitan dengan model-model tafsir
yang saya jelaskan di atas.
Saya mengingat dengan sedih pernyataan salah seorang pembaca
tafsir saya yang panjang, yang mengatakan: syukur bahwa ia
tidak harus berurusan dengan pendapat-pendapat saya atau
ahli lain. Ia mengatakan, bahwa ia hanya mengajarkan tentang
kitab itu (yang saya beri tafsir), sebagaimana Gereja
Katolik telah mengajarkannya. Seperti kita ketahui, Gereja
tidak pernah memberikan tafsir arti harafiah satu bagian
dari kitab itu. Saya menyangsikan apa yang ia ajarkan. Saya
yakin bahwa yang ia maksud ialah pendapat-pendapat tentang
kitab itu seperti yang ia dengar sewaktu masih di pendidikan
atau seminari. Ia tidak mau repot-repot melihat, apakah
pendapat-pendapat tadi masih sesuai zaman atau tidak.
----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci
Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995
Penerbit Kanisius
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
ISBN 979-497-261-4
| |
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |