| |
40. Dapatkah anda lebih jelas? Jika injil-injil bukanlah kisah-kisah yang sesuai dengan kenyataan tentang misteri Yesus dan juga bukan sejarah, lalu apakah mereka? Bagaimana kita harus memahami injil-injil itu? JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Saya tidak menyangkal bahwa para ahli akan menjawab pertanyaan itu dengan berbagai cara. Jawaban saya akan saya sesuaikan dengan garis besar yang disampaikan oleh Komisi Kitab Suci Kepausan seperti pada no. 37 di atas. Dengan begitu anda dapat melihat bagaimana komisi para ahli mendekati pertanyaan itu, dan juga melihat bahwa jawaban saya sesuai dengan pendirian resmi Gereja Katolik. Jawaban ini akan agak panjang. Namun saya kira anda bisa mengikutinya dengan gampang. Secara garis besar ada tiga tahap perkembangan tradisi tentang Yesus, sebelum sampai pada seperti yang tertulis dalam injil-injil. Pada tahap satu proses mulai dengan kehidupan Yesus di depan umum. Periode waktu Ia mengajar dan menyembuhkan di daerah Galilea dan sekitarnya. Pendekatan ini mengandaikan bahwa Yesus melakukan sesuatu yang penting dan mewartakan pesan-Nya sehingga para pengikut-Nya mendengar apa yang dikatakan-Nya dan melihat apa yang dikerjakan-Nya. Perlu ditekankan bahwa ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan itu memang ucapan dan tindakan-Nya. Ucapan dan tindakan seorang Yahudi Galilea pada pertigaan pertama abad I. Cara Ia berbicara, problem yang dihadapi, kata-kata dan pandangan-Nya adalah khas milik orang Yahudi Galilea pada waktu tertentu. Banyak kesalahan dalam memahami Yesus berawal di sini. Orang sering memindahkan Yesus dari tempat dan waktu serta persoalan yang dihadapi-Nya. Tahap dua adalah tahap pengajaran yang terjadi setelah kematian dan kebangkitan Yesus. Tahap ini kira-kira terjadi pada pertigaan kedua abad I. Mereka telah mendengar dan melihat Yesus, menerima Dia karena kebangkitan dan percaya kepada-Nya, seperti terungkap dalam beberapa gelar-Nya. Dalam mewartakan Yesus mereka mengembangkan lebih jauh cerita tentang apa yang telah dilihat dan didengar karena pengaruh iman yang telah mereka miliki. Iman itu menerangi mereka sehingga mereka memahami kejadian-kejadian di masa lampau secara lebih baik. Karena itu laporan mereka tidak hanya laporan biasa, laporan kenyataan objektif tanpa keterlibatan. Melainkan laporan yang diwarnai oleh iman yang ingin mereka sampaikan kepada orang lain. Orang-orang lain yang tidak mendengar dan melihat sendiri, dalam bergabung dengan pewartaan ini pasti tergantung pada apa yang mereka terima dari para saksi mata. Jadi ajaran-Nya merupakan kombinasi dari saksi mata dan bukan saksi mata. Di samping faktor iman dan masuknya orang yang bukan saksi mata ke dalam pengajaran, masih ada faktor lain yaitu perlunya penyesuaian pengajaran dengan para pendengar baru. Yesus adalah seorang Yahudi Galilea yang hidup pada pertiga pertama abad pertama. Injil diwartakan di antara orang-orang Yahudi kota dan orang kafir, dan diwartakan dalam bahasa Yunani, bahasa yang tidak biasa digunakan Yesus di Galilea. Semua itu menuntut terjemahan dalam arti baik agar pesan-Nya dimengerti dan daya pikatnya dapat dirasakan. Itu merupakan salah satu bagian perkembangan tradisi Injil. Tahap ketiga mencakup penulisan injil dalam arti yang sebenarnya seperti yang kita ketahui sekarang. Menurut saya tahap ini berlangsung pada pertigaan ketiga abad I. Markus kira-kira tahun 70-an, Matius dan Lukas antara tahun 80-90-an. Bagian-bagian dari tradisi Yesus barangkali sudah tertulis sebelum para penginjil menyusun injil-injil mereka, walaupun tidak ada satu pun dari pra-injil itu yang tersimpan sampai sekarang. Kunci untuk memahami tahap ketiga ini adalah bahwa di antara penginjil-penginjil tidak ada yang menjadi saksi mata dari karya Yesus. Mereka semua adalah generasi kedua orang Kristen. Mereka mendengar tentang Yesus dari orang lain dan berusaha menyusun tradisi-tradisi yang telah diterimanya ke dalam injil. Wawasan ini menghindarkan kita dari begitu banyak persoalan yang telah membingungkan para komentator di masa lampau. Mereka mengira bahwa para penginjil tertentu melihat sendiri apa yang dilaporkannya. Dalam pendekatan itu, Yohanes yang menceritakan penyucian Bait Allah pada awal pelayanan Yesus dalam bab 2, harus disesuaikan dengan Matius yang mengisahkan hal yang sama pada akhir pelayanan Yesus. caranya adalah menyimpulkan bahwa penyucian Bait Allah terjadi dua kali, dalam pendekatan yang saya usulkan, hal itu bisa diselesaikan demikian. Masing-masing penginjil mewarisi cerita penyucian Bait Allah dari tradisi Yesus. Mereka tidak tahu kapan hal itu terjadi karena mereka tidak menyaksikan sendiri. Namun masing-masing memasukkannya ke dalam injilnya di tempat yang paling sesuai dengan tujuan seluruh injil. (Ada sepuluh kejadian seperti itu dalam injil). Kesimpulan kita ialah bahwa injil-injil disusun secara tidak teratur atau urut, bukan dalam dalam urutan kronologis. Tiap-tiap penginjil menyusun bahan-bahan mereka sesuai dengan pemahaman mereka akan Yesus dan hasrat mereka untuk menggambarkan Yesus dalam cara yang menurut mereka dapat memenuhi kebutuhan spiritual komunitas tempat injil ditujukan. Demikian para penginjil muncul sebagai penulis penuh. Mereka membentuk, mengembangkan dan memangkas tradisi. Selaku teolog penuh mereka mengarahkan tradisi itu kepada tujuan tertentu. Untuk menjawab pertanyaan di atas secara garis besar, saya akan melukiskan injil sebagai kumpulan pengendapan tradisi tentang Yesus, yang mencakup kata-kata, perbuatan, kesengsaraan, kematian dan kebangkitan-Nya. Hasil pengendapan itu disusun, disunting dan dibentuk lagi oleh para penginjil pada pertigaan terakhir abad I, agar sesuai dengan kebutuhan spiritual pembaca Kristen yang dibayangkannya. Itu sebabnya dokumen komisi Kitab Suci Kepausan yang saya jadikan acuan membuat tahapan-tahapan ini, tetap bisa menilai injil sebagai tulisan historis tetapi bukan sebagai cerita yang sebenarnya. ---------------------------------- 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-497-261-4 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |