| |
43. Romo melukiskan suatu pendekatan dimana tradisi yang berasal dari Yesus dimodifikasikan dan dikembangkan pada tahap sebelum menjadi Injil. Apakah kita tidak terlibat dalam bentuk pergembangan serupa kalau kita mengetrapkan Injil untuk masa kita? JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Saya akan berhati-hati menjawab pertanyaan ini. Tiga tahap perkembangan yang memuncak pada penulisan injil seperti yang telah saya lukiskan, menghasilkan buku tempat Tuhan lewat penyelenggaraan ilahi-Nya membimbing orang Kristen sepanjang zaman. Dengan kata lain, menghasilkan buku yang diinspirasikan. Sekali Kitab Suci itu tertulis, ia menentukan tahap definitip dari tradisi Yesus. Definitif dalam arti bahwa generasi yang menyusul akan menjadikannya kunci untuk melihat apa yang dikatakan dan dilakukan Yesus. Artinya, buku itu membentuk norma bagi kepercayaan Kristen. Setiap generasi orang Kristen tentu harus melanjutkan proses penerjemahan, penyesuaian dan pemeliharaan pesan Yesus, agar sesuai dengan tuntutan zaman. Kita melakukan hal itu dengan berefleksi atas Injil yang sudah tertulis atau atas Perjanjian Baru. Kita tidak menulis Kitab Suci baru. Pasti kita juga menulis buku, melengkapi interpretasi yang sudah ada tentang Yesus atas dasar pertanyaan-pertanyaan baru. Tetapi buku-buku ini tidak akan ada yang memperoleh kedudukan sama dengan kedudukan injil dari abad I. Mereka tidak akan diterima sebagai yang diinspirasikan oleh Tuhan sebagaimana halnya Kitab Suci. Jadi sekarang saya lihat ada proses yang sama. Proses pemikiran, refleksi dan pengembangan, tetapi proses ini sekarang ditentukan oleh injil yang sudah tertulis. Injil yang sudah menjadi norma dan acuan dengan cara yang khas. Pertanyaan anda cukup jeli. Ini mencakup implikasi pendekatan kepada injil yang sekarang berlaku. Berdasarkan dua pendekatan terhadap injil dan tipe orang Kristen macam apa yang dihasilkan, kita bisa membuat refleksi yang menarik. Dalam pendekatan biografis, di mana injil dianggap sebagai laporan harafiah tindakan dan kata-kata Yesus, tidak ditemukan perkembangan dari masa Yesus sampai masa penginjil. Disitu satu-satunya fungsi pengajaran dan pewartaan hanyalah pemeliharaan. Sekedar mengulangi apa yang sudah dilakukan dan dikatakan Yesus, tanpa menambah tanpa mengurangi dan tanpa mengadakan penyesuaian pada setiap waktu. Dalam pendekatan yang saya usulkan, diandaikan ada perkembangan, penyesuaian dan seleksi serta ada sumbangan pada setiap tahap. Orang-orang Kristen yang memahami hal ini akan melihat bahwa mereka harus memberi sumbangan dalam pewartaan, pemahaman dan pengembangan pesan Yesus pada masanya. Dua jenis pendekatan ini melahirkan model orang-orang Kristen yang berbeda. Yang pertama sederhana, tidak berubah; yang lain model yang senantiasa berubah dan beradaptasi sementara memeliharanya. Maka mereka yang dikuasai oleh model yang pertama akan sangat terpengaruh oleh perubahan, karena hal itu bisa merusak dan merubah pemahaman atas tradisi. Mereka yang dikuasai oleh model kedua, melihat perubahan sebagai kemungkinan baru untuk menginterpretasikan dan memahami seluruh pesan Yesus dengan segala implikasinya. Jelas menurut saya pendekatan kedua jauh lebih setia pada pendekatan yang telah dibuat Yesus. Pentingnya setiap generasi memberikan sumbangan pada pengembangan dan pemahaman tentang Yesus perlu ditekankan. Ingat perumpamaan Yesus tentang hal ini. Penambahan dan pengembangan atas tradisi Yesus pada tahap-tahap penyusunan injil, menurut hemat saya merupakan perumpamaan bagi tugas hakiki orang Kristen dalam mewartakan Yesus. ---------------------------------- 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-497-261-4 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |