| |
48. Dapatkah anda lebih khusus? Menurut anda, tradisi umum mengenai mukjizat Yesus adalah 'kenangan' historis asli (Yesus memang melakukan penyembuhan secara luar biasa), akan tetapi dapatkah kita mengetahui satu demi satu mukjizat yang dilakukan Yesus? JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Sekali lagi, kalau orang ingin melangkah ke belakang cerita-cerita injil, yaitu pada tahap sebelum injil, orang harus mempertimbangkan data yang ada. Apakah anda berbicara mengenai mukjizat yang tersimpan dalam keempat tradisi ini? Ya, misalnya perbanyakan roti; ataukah anda memaksudkan suatu mukjizat yang hanya ada pada satu injil tertentu? Kalau hanya dalam satu injil, itu tidak berarti bahwa mukjizat itu diciptakan oleh penginjil itu ataupun oleh tradisinya. Tetapi hal itu menunjukkan kemungkinan lebih besar, bahwa cerita mukjizat itu berasal dari pemahaman yang lebih kemudian mengenai Yesus. Kalau tradisi yang lain juga menyimpan cerita mukjizat itu, jelas ini bukti bahwa mukjizat itu pasti lebih tua. Untuk jelasnya saya akan memberi contoh. Dalam Mrk 11:14 kita membaca bahwa Yesus mengutuk pohon ara. Dalam Mrk 11:20-21 kita baca bahwa pada hari berikutnya para murid melihat pohon ara itu kering. Sedang dalam Mat 21:19 kita diberi tahu bahwa pohon ara itu langsung menjadi kering setelah dikutuk Yesus. Menurut anda, mana dari kedua cerita itu mengandung kesaksian yang lebih tua, atau tradisi yang belum dikembangkan? Kebanyakan ahli akan langsung memilih kisah Markus, karena biasanya Matius cenderung untuk mendramatisir mukjizat. Jika menengok Lukas, ternyata disana tidak ada cerita kutukan pohon ara demikian. Namun Lukas mempunyai perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (Luk 13:S 9). Apakah semuanya ini memantulkan kejadian tertentu yang sama dalam kehidupan Yesus? Jika ya, mana yang asli, mukjizat pengutukan pohon ara atau perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah? Mereka yang tidak percaya kepada mukjizat langsung akan memilih perumpamaan Luk sebagai yang lebih asli. Yang lain yang mengetahui kecenderungan Luk untuk melunakkan segala yang mengungkapkan kemarahan Yesus, barangkali akan mengemukakan, bahwa di situ terjadi 'penerjemahan' dari tindakan kemarahan menjadi refleksi perumpamaan. Ini yang saya maksudkan bahwa sebelum menentukan kesejarahan suatu mukjizat, hendaknya orang sungguh mempelajari mukjizat itu dengan saksama dan menyeluruh. Pendirian bahwa suatu tradisi mukjizat Yesus sungguh otentik tidak menuntut orang menerima kesejarahan harafiah setiap mukjizat dalam injil. Walaupun demikian saya toh menentang penafsiran mukjizat secara liberal. Contohnya demikian: orang menjelaskan mukjizat perbanyakan roti dengan mengatakan, bahwa Yesus waktu itu berhasil menyentuh hati mereka, sehingga semua yang hadir lalu membuka bekal masing-masing yang masih disembunyikan, lalu dimakan bersama-sama. Tindakan semacam itu sungguh omong kosong. Ini sama sekali bukan yang diceritakan penginjil, tetapi sekedar usaha untuk menghindari apa yang mau disampaikan penginjil. Contoh lain, menjelaskan Yesus berjalan di atas air dengan mengatakan, bahwa laut tempat Yesus berjalan dangkal. Menurut saya yang dangkal bukan lautnya, melainkan penjelasannya! ---------------------------------- 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-497-261-4 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |