|
|
![]()
|
58. Demikian, kalau kisah-kisah kelahiran itu tidak
historis, nilai apa yang mereka miliki? Apakah
kisah-kisah itu lebih baik daripada cerita-cerita
rakyat?
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Maaf kalau saya kurang
jelas, sehingga anda harus mengajukan pertanyaan seperti
itu. Saya tidak mengatakan bahwa kisah-kisah kelahiran tidak
historis. Saya menjelaskan mengapa para ahli berpendapat
bahwa beberapa kejadian yang dilukiskan dalam kisah-kisah
itu mungkin tidak historis. Menurut saya dalam kisah-kisah
itu ada beberapa rincian yang historis, meskipun baik kisah
Mat maupun kisah Luk tidak ada yang seluruhnya historis.
Senantiasa saya tekankan bahwa di samping mereka tidak
sepakat dalam beberapa hal, kedua penginjil itu sependapat
dalam apa yang disebut pokok-pokok yang paling penting.
Keduanya mempunyai pemberitaan tentang kebesaran anak itu di
masa depan, sebelum anak itu lahir. Itu berarti mereka
sependapat mengenai persiapan penyelenggaraan ilahi dan
pewahyuan. Keduanya sependapat bahwa anak itu dikandung
tanpa campur tangan pria; suatu pernyataan mengenai
'dikandung oleh seorang perawan' yang cukup mengejutkan.
Keduanya sependapat bahwa anak itu dari wangsa Daud melalui
garis keturunan Yusuf dan bahwa ia dilahirkan di kota
Betlehem. Akhirnya mereka berdua sependapat bahwa keluarga
itu menetap di Nazaret. Hal-hal itu merupakan kesepakatan
yang sangat penting dan saya tidak sangsi kalau di antara
rincian itu sungguh-sungguh historis.
Selain itu memperhatikan soal kesejarahan secara berlebihan
dapat menghalangi usaha orang untuk menemukan isi penting
dari cerita-cerita itu. Kisah masa kanak-kanak dalam Mat
merupakan suatu bentuk katekese yang dikerjakan dengan bagus
berdasarkan Kitab Suci, yang sekarang disebut Perjanjian
Lama. Melalui silsilah Yesus, kita temukan para bapa bangsa
dan para raja disebut secara sekilas. Dengan demikian kita
diingatkan bahwa Yesus adalah ahli waris semua keutamaan
yang dikaitkan dengan Abraham, Ishak, Yakub, Daud, Salomo
dan lain-lainnya. Perlu diperhatikan juga penyebutan
nama-nama yang tidak kita ketahui yang terdapat pada bagian
akhir silsilah Yesus menurut Mat. Penyebutan nama seperti
itu adalah bagian dari pesan mengenai Mesias yang akan
mengajar mereka yang tidak dianggap penting oleh ukuran
dunia. Kutipan-kutipan dari kitab para nabi yang ada dalam
Kisah Masa Kanak-kanak itu adalah suatu usaha untuk
memasukkan kesaksian Yesaya, Yeremia dan Hosea ke dalam
pesan kelahiran Yesus. Cerita Yusuf dalam Mat, dengan
mimpinya dan perjalanannya ke Mesir mengingatkan kita pada
Yusuf dalam Perjanjian Lama. Bahkan munculnya Herodes yang
jahat pun bisa membawa kita mengenang Firaun yang berusaha
menghancurkan Musa. Pendek kata, apa yang dilakukan Mat
tidak lain adalah menceritakan kembali kisah Israel. Hal itu
merupakan pengantar hakiki bagi injil Mat, yang mulai dengan
pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis.
Saya melihat pesan serupa dalam Kisah Masa Kanak-kanak Luk.
Kisah Luk disusun lebih seimbang dan lebih indah. Terdapat
kesejajaran antara pemberitaan kelahiran Yesus dan
pemberitaan kelahiran Yohanes, yang berpuncak pada pertemuan
kedua ibu mereka. Kesejajaran itu disusul oleh kesejajaran
lain. Kelahiran dan sunat Yohanes, yang dielu-elukan dengan
suatu kidung, dengan kelahiran, sunat dan persembahan Yesus,
yang juga dielu-elukan dengan sebuah kidung. Motif-motif
Perjanjian lama dalam Luk terasa lebih halus disampaikan
daripada dalam Mat. Hanya kalau sungguh mengerti Kitab Suci
orang dapat merasakan, bahwa situasi Zaharia dan Elisabet
sama dengan situasi Abraham dan Sara. Dalam Luk 1:8 Zakharia
mengucapkan kata-kata yang sama, yang diucapkan Abraham
dalam Kej 15:8. Dipersembahkannya Yesus ke Bait Allah kepada
Simeon mirip dengan kisah penyerahan Samuel kepada Eli di
Bait Allah. Malahan kidung Maria sangat mirip dengan kidung
yang diucapkan oleh Hanna, ibu Samuel (1 Sam 2:1-10). Dengan
caranya masing-masing, para penginjil mengisahkan skenario
dan tokoh-tokoh Perjanjian Lama yang merupakan persiapan
bagi Yesus.
Masing-masing Kisah Masa Kanak-kanak adalah suatu bentuk
antisipasi Injil dan pewartaannya. Dalam masing-masing
kisah, pesan dasar diucapkan oleh seorang malaikat. Isinya
adalah bahwa Yesus itu Putera Allah. Dengan demikian jati
diri Kristologis Mesias ditunjukkan. Dalam keduanya, pesan
itu diterima dengan ketaatan, dalam Mat oleh Yusuf dan dalam
Luk oleh Maria. Baik dalam Mat maupun dalam Luk ada orang
lain yang datang dan menyembah. Itu adalah tanda akan
diterimanya Injil. Dalam masing-masing juga ada penolakan:
oleh Herodes, imam-imam kepala dan ahli Taurat dalam Mat,
sedang dalam Luk diungkapkan lewat peringatan Simeon, "Anak
ini ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak
orang di Israel" (Luk 2:34). Kisah-kisah kanak-kanak itu
baru secara tepat dilihat kalau orang menekankan
kandungannya, yaitu latar belakang Perjanjian Lama dan
identitas Kristologis Yesus; termasuk kenyataan bahwa
kedatangan-Nya yang menuntut ketegasan, keputusan pribadi,
bahkan mungkin juga permusuhan. Karena itu pendekatan modern
mencoba menghindarkan kedua kisah kanak-kanak itu dari unsur
dongeng dan dari gambaran kekanak-kanakan yang terlalu
sentimentil.
----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci
Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995
Penerbit Kanisius
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
ISBN 979-497-261-4
| |
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |