| |
64. Bukti apa kiranya dapat diajukan untuk sesuatu yang begitu mengagumkan, seperti ajaran 'perawan yang mengandung'? JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Salah satu bukti yang bisa diajukan adalah bukti yang bersifat teologis. Apa pun yang dipikirkan oleh penulis pasti mendapat inspirasi dari Tuhan dan karenanya pasti benar. Begitulah banyak orang Kristen memahami inspirasi Kitab Suci. Akibatnya, kalau saya katakan bahwa baik Mat maupun Luk memikirkan tentang 'perawan yang mengandung' secara harafiah, mereka akan menjawab, bahwa hal itu memang terjadi, karena Tuhan membimbing setiap penginjil untuk memilih pesan yang akan disampaikannya. Menurut penilaian saya, orang Katolik tidak memahami arti ketidaksalahan Kitab Suci dengan begitu sederhana. Yang diajarkan dengan setia dan tanpa salah oleh Kitab Suci adalah kebenaran bahwa Tuhan ingin menyelamatkan manusia, lihat Konstitusi Dogmatik 'Wahyu Ilahi' no 3.11). Menurut saya hal itu berarti bahwa dalam menilai ketidaksalahan Kitab Suci, kita tidak boleh hanya bertanya apa yang dimaksudkan oleh penulis saja. Kita harus bertanya sejauh mana yang disampaikan oleh penulis itu bermakna bagi keselamatan manusia. Karena itu bagi orang Katolik faktor teologis untuk menilai historisitas ajaran itu bukan pertama-tama ketaksalahan Kitab Suci melainkan ajaran Gereja. Dalam sahadat iman, konsili atau surat-surat kepausan, Gereja tidak pernah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa historisitas harafiah 'perawan yang mengandung' sungguh diwahyukan dan harus diterima sebagai bagian dari iman. Akan tetapi melalui ajaran umumnya, Gereja, menurut saya, menekankan secara implisit hal itu. Karena sebagai orang Katolik, saya menerima ajaran normatif Gereja yang didasarkan Kitab Suci sebagai bantuan khusus dalam kasus ketidakjelasan Kitab Suci, maka saya menerima ajaran tersebut. Namun saya selalu memperingatkan, bahwa ada beberapa teolog Katolik yang tidak setuju dengan interpretasi saya atas 'perawan yang mengandung' sebagai doktrin yang diajarkan tanpa salah oleh magisterium biasa. Mereka menganggap saya terlalu konservatif dalam hal ini. Toh seperti halnya dengan kebangkitan badan (no. 52), ajaran resmi dari instansi Gereja dalam dua puluh tahun terakhir ini, tetap bereaksi keras terhadap para teolog yang secara terbuka menolak historisitas 'perawan yang mengandung.' Itu menunjukkan bahwa menurut penilaian Gereja, ajaran itu bukanlah sekedar gambaran simbolik. Ada bukti lain yang baik dipertimbangkan oleh semua, termasuk mereka yang menerima hal tersebut, bukan dari teori ketaksalahan Kitab Suci maupun dari ajaran Gereja. Yang saya maksud adalah bukti yang terdapat dalam teks Kitab Suci sendiri. Kebanyakan ahli sependapat tentang kenyataan, bahwa hal itu hanya dibicarakan dalam Mat 1 dan Luk 1. Di tempat lain tidak pernah disinggung. Tanpa saling tergantung, kedua penginjil sependapat mengenai hal itu. Tentu masing-masing menempatkannya dalam konteks yang berbeda. Namun hal itu tetap merupakan tanda, bahwa gagasan itu sudah ada sebelum kedua Injil dituliskan. Maka kita tidak bisa mengabaikannya, dengan menganggap sebagai temuan baru. Dalam buku 'Kelahiran Sang Mesias,' saya menilai argumen-argumen yang menentang ajaran 'perawan yang mengandung,' dipandang dari segi apa yang mungkin menyebabkan orang berpikiran seperti itu. Misalnya, mengambil dari cerita-cerita kafir tentang dewa-dewa yang beristerikan wanita-wanita; atau karena merenungkan nubuat Yes 7:14 yang mengatakan bahwa seorang wanita muda akan melahirkan dan menamai anaknya Immanuel. (Dalam teks Yunani, ramalan itu sangat menekankan keperawanan si wanita muda itu). Saya tidak ingin masuk ke dalam argumen-argumen itu. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa argumen itu tidak bisa menjelaskan dengan baik dari mana asal-usul gagasan 'perawan yang mengandung' itu. Dari situ kelihatan bahwa penjelasan historis lebih dapat diterima daripada yang lain, diterima tetapi bukan dibuktikan. Untuk sementara orang penilaian itu tidak memuaskan, karena tidak disertai bukti alkitabiah, melainkan hanya berdasarkan ajaran Gereja. Kalau Kitab Suci dengan jelas mengatakan sesuatu, sedangkan Gereja mengajarkan yang lain, merupakan hal aneh jika menerima ini. Tetapi berhubung baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru merupakan produk dari sebuah komunitas yang percaya, saya tidak melihat adanya kontradiksi, kalau menerima kehidupan lanjut dari komunitas itu, sebagai sarana untuk menginterpretasi Kitab Suci, menerangi ketidakjelasan yang ada. Saya lebih suka melakukan hal itu daripada memaksakan bukti bahwa hal itu jelas atau menyangkalnya kalau tidak jelas. ---------------------------------- 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-497-261-4 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |