101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci

oleh Raymond E. Brown, S.S.

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

68. Tidakkah orang Katolik senantiasa diajar bahwa
    saudara-saudara Yesus adalah keponakan-keponakan-Nya?
 
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Orang Katolik memang  diajar
demikian,   tetapi  tidak  selalu.  Di  dalam  Gereja  Barat
(Latin), St. Hironimus  menjadi  salah  seorang  tokoh  yang
menganjurkan   demikian.  Ia  tertarik  tidak  hanya  kepada
keperawanan  Maria,  tetapi  juga  pada  keperawanan   Yusuf
sebagai   lambang  untuk  mendorong  kehidupan  selibat  dan
membiara. Maka ia  tidak  menyukai  penjelasan  Proto  Injil
Yakobus  yang  mengatakan,  bahwa  Yusuf mempunyai anak dari
perkawinan sebelumnya. Alternatif penjelasannya adalah bahwa
mereka  itu  anak-anak  saudara  lelaki  Yusuf  dan  saudara
perempuan Maria. Saya  tidak  ingin  mengajukan  argumentasi
yang  ruwet  yang biasa untuk membela pendapat ini. Pokoknya
ada usaha agar saudara lelaki dan perempuan  Yesus  dipahami
sebagai  saudara  sepupu  Yesus. Dan ini merupakan pandangan
yang paling universal dalam Gereja Barat dan  menjadi  biasa
di  kalangan  orang  Katolik.  Namun  orang hendaknya ingat,
bahwa doktrin Gereja  tentang  Maria  tetap  perawan,  tidak
pernah menyebut siapakah saudara-saudara itu.
 
Perlu  disadari, bahwa di balik pendekatan harafiah terhadap
Perjanjian Baru ini ada persoalan lain, yaitu mengenai nilai
perkawinan  dan bentuk hidup selibat. Banyak orang Protestan
yang  tetap  berpendapat,  bahwa   karena   ternyata   Maria
mempunyai  banyak  anak,  secara  implisit hal itu merupakan
kritik terhadap para imam katolik yang tidak menikah. Sedang
pihak   Katolik   berpendapat  kalau  mereka  mempertahankan
keperawanan  Maria  berarti  mereka  mempertahankan  selibat
sebagai  salah satu keutamaan injili. Dengan sendirinya juga
meluhurkan selibat para pastor  dan  suster.  Untuk  memberi
komentar  pada pokok ini hendaknya orang Katolik tetap setia
pada  doktrin  'Maria  tetap  perawan,'  tanpa   merendahkan
perkawinan   dan  keluarga.  Seandainya  sesudah  melahirkan
Yesus, Maria mengandung dengan cara  normal  dan  melahirkan
anak,  tentu  hal  itu  juga merupakan tindakan seorang yang
diberkati Tuhan.
 
Sehubungan dengan perbedaan pendapat yang masih  berlangsung
sampai  sekarang,  mungkin kita dapat mengambil manfaat dari
jawaban yang diberikan dalam buku  'Maria  dalam  Perjanjian
Baru.'  Buku  ini ditulis oleh beberapa ahli Kitab Suci dari
berbagai Gereja. Para penulis  buku  ini  sependapat,  bahwa
pertanyaan  apakah  Maria  mempunyai  anak  lain dari Yusuf,
tidak diungkapkan secara  langsung  dalam  Perjanjian  Baru.
Dengan   alasan   tertentu,   jawaban   yang   muncul   bisa
berbeda-beda,    tergantung    pada     keyakinan     Gereja
masing-masing.
 
Orang  Katolik  menjawab  pertanyaan itu berdasarkan doktrin
Gereja bahwa Maria tetap perawan. Doktrin yang kita  terima,
yang  menjelaskan  gambaran  tidak pasti yang diberikan oleh
Kitab Suci. Kita tidak usah menghiraukan orang Kristen  lain
yang menginterpretasikan Perjanjian Baru secara lain. Mereka
mestinya tidak boleh menyebut kita tidak  alkitabiah,  kalau
kita   berbicara   soal   Maria   tetap  perawan.  Perbedaan
kepercayaan tidak secara  langsung  menyangkut  Kitab  Suci.
Perbedaan itu sebagian besar menyangkut otoritas tradisi dan
ajaran Gereja.
 
----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci
Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995
Penerbit Kanisius
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
 
ISBN 979-497-261-4

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team