| |
76. Saya ingin bertanya mengenai pengetahuan yang jelas mengandaikan bantuan adikodrati. Apakah Yesus mengetahui masa depan secara rinci? Apakah Ia sudah tahu kalau akan bangkit dari antara orang mati? JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Saya akan berusaha menjawab pertanyaan ini sebaik mungkin. Namun biarkan saya menunjukkan lagi perbedaan antara kepercayaan bahwa Allah menjadikan Yesus sang pemenang (seperti kesaksian Perjanjian Baru dan juga Perjanjian Lama) dan pengetahuan bagaimana hal ini akan terjadi. Yang terakhirlah yang anda maksudkan. Sekali lagi ada pernyataan-pernyataan yang dibuat Yesus selama karya pelayanan-Nya, yang menubuatkan kebangkitan Putra Manusia. Dalam hal ini hendaknya disadari, bahwa para ahli teologi Kristen tidak sepaham mengenai hal ini. Beberapa bapa Gereja dari abad-abad awal tidak ragu-ragu mengakui bahwaYesus sebagai manusia tidak mengetahui hal tersebut. Pendapat itu sejalan dengan pernyataan dalam Ibr 4:15, bahwa Ia dicobai dalam segala hal seperti kita, hanya tidak berbuat dosa. Kutipan itu memberi indikasi bahwa Ia seperti kita dalam segala hal, juga dalam kekurangan pengetahuan. Namun ada aliran dalam pemikiran Kristiani yang menekankan kesempurnaan Yesus dengan pengandaian, dan bahwa kekurang pengetahuan adalah ketidaksempurnaan. Menurut paham Skolastik abad pertengahan, terutama dalam tulisan Thomas Aquino, Yesus diberi suatu bentuk pengetahuan khusus. Alasan pendapat ini pengetahuan ilahi tidak dapat dialihkan kepada pikiran manusiawi, yang berpikir lewat konsep-konsep. Thomas berkata mengenai pengetahuan yang dicurahkan dan ini dimungkinkan melalui penglihatan suci sepanjang kehidupan-Nya. Banyak teolog modern meragukan bantuan adikodrati demikian. Menurut mereka tidaklah perlu mengandaikan Yesus mempunyai penglihatan suci sebagaimana dimengerti secara tradisional. Yang bisa diandaikan paling-paling bahwa Ia melalui berbagai cara dapat mengalami Allah secara langsung. Spekulasi demikian jauh melampaui data yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Para teolog yang berpendapat bahwaYesus tidak memiliki pengetahuan khusus dan tidak menerima tambahan pengetahuan pasti sepakat dengan para pakar Kitab Suci yang beranggapan bahwa Yesus memiliki pengetahuan banyak mengenai pemikiran-pemikiran religius pada zaman-Nya. Pemikiran-pemikiran tersebut mencerminkan keterbatasan pengetahuan. Misalnya tentang Yunus. Kesannya Yesus beranggapan bahwa Yunus memang berada dalam perut ikan selama tiga hari (Mat 12:40), sedang menurut pendapat kita kisah itu adalah sebuah perumpamaan. Dalam Mrk 12:36-37 Yesus menyatakan bahwa Daud mengucapkan pembukaan Mazmur 110: "Tuhan telah berfirman kepada Tuanku," dengan pengandaian bahwa Daud berpikir tentang Mesias yang akan datang. Hanya sedikit pakar yang menafsirkan makna asli Mazmur tersebut secara demikian. Beberapa contoh tadi memberi kesan, bahwa Yesus kelihatan sependapat dengan pemikiran religius pada zamannya yang masih terbatas. Dengan demikian secara alkitabiah dan teologis pendirian bahwa Yesus memiliki pengetahuan yang terbatas, memang dapat dipertahankan. Baik ditekankan, bahwa menyangkal kemanusiaan Yesus sama seriusnya dengan menyangkal keilahian-Nya, dan orang dapat mengatakan, bahwa memang sesuai dengan kondisi manusia kalau Ia memiliki sesuatu secara terbatas. Dalam diri Yesus kita dapati suatu kombinasi yang aneh. Di satu pihak Ia memiliki pengetahuan pasti tentang apa yang dikehendaki Allah bila Kerajaan-Nya datang, dilain pihak ada keterbatasan manusiawi untuk mengungkapkan pesan itu. ---------------------------------- 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-497-261-4 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |