|
|
![]()
|
94. Kalau pada masa Perjanjian Baru orang yang memimpin
Ekaristi tidak ditunjuk secara tetap, tidaklah itu
berarti bahwa kita sekarang boleh cukup bebas
menentukan siapa yang harus mempersembahkan Ekaristi?
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Perlu saya tekankan, bahwa
sebenarnya kita tidak tahu persis bagaimana hal itu diatur
pada masa Perjanjian Baru. Dari dokumen-dokumen yang kini
tersedia tidak dapat diambil kesimpulan, bahwa selebran
Ekaristi pada masa itu ditentukan berdasarkan suatu pola
yang tetap dan pasti. Saya tidak menyatakan bahwa pola
semacam itu tidak ada. Hanya kita tidak dapat mendata
situasinya saja.
Seandainya benar, waktu itu tidak ada pola yang tetap dan
pasti mengenai siapa yang memimpin Ekaristi di seluruh
Gereja. Akan tetapi toh pasti ada suatu bentuk pengakuan
tertentu dari Gereja. Jemaah yang mengikuti perayaan
Ekaristi harus sudah menerima dengan cara tertentu, bahwa
individu tertentu berbicara atas nama Tuhan. (Dari kutipan
injil dan 1 Kor 11 :23-26 kita pun tidak tahu bagaimana
Ekaristi dirayakan pada masa Perjanjian Baru). Menurut saya,
pengakuan dari Gereja merupakan unsur yang penting bagi
peranan seorang selebran Ekaristi. Sebab itu Gereja tetap
mempertahankan adanya tahbisan, yang merupakan suatu bentuk
nyata dari pemberian pengakuan umum kepada orang yang boleh
merayakan Ekaristi.
Seperti sudah saya katakan, Gereja mengatur bagaimana
tahbisan dilaksanakan. Aturan itu mempunyai daya ikat karena
merupakan ungkapan pengakuan Gereja. Kalau anda bertanya
apakah Gereja bisa mengakui cara lain untuk menunjuk
selebran Ekaristi, jawaban pribadi saya adalah "bisa." Namun
harus diingat, dalam "Gereja" tercakup juga
pemimpin-pemimpin Gereja, yang dalam hal Gereja katolik
berarti Paus dan para Uskup. Saya kira dengan begitu kita
bisa mengerti, kalau Gereja dalam mengakui penerimaan
pelayan-pelayan Ekaristi menggunakan cara lain. Jadi tidak
hanya mengunakan cara penumpangan tangan oleh seorang Uskup.
Meskipun saya kira Gereja tidak akan melakukannya. Yang
menurut saya tidak bisa diterima ialah kalau seseorang
menunjuk dirinya sendiri sebagai selebran Ekaristi. Atau
beberapa kelompok memilih selebrannya sendiri tanpa
mengingat kesatuan dengan Gereja universal. Justru untuk
mencegah penyelewengan-penyelewengan seperti itu, maka
kebiasaan yang teratur itu dikembangkan. Mengakui, bahwa
situasi Gereja selalu berkembang selama masa Perjanjian Baru
tidak berarti, bahwa semua perkembangan khusus dapat ditarik
kembali atau dapat diabaikan begitu saja. Sesudah abad
pertama Roh Kudus masih tetap berkarya dalam Gereja. Karena
itu bentuk perkembangan yang lebih khusus tetap bisa dilihat
sebagai hasil bimbingan Roh Kudus itu. Kalau Gereja merasa
perlu untuk merubah kebiasaannya, ia memerlukan bimbingan
Roh Kudus untuk melakukannya. Keputusan itu hendaknya
diungkapkan secara umum dan universal.
----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci
Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995
Penerbit Kanisius
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
ISBN 979-497-261-4
| |
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |