| |
95. Sampai sejauh ini anda tidak menyinggung soal imamat. Mengapa demikian? JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Memang, saya lebih terpusat pada gambaran Perjanjian Baru dan gambaran dari masa sesudahnya. Dalam karya tulis yang berasal dari kedua masa itu, istilah "imam" tidak pernah dikenakan kepada seorang pelayan Kristen. Kalau ada orang bertanya kepada saya, apa yang dipikirkan Yesus mengenai para imam, berdasarkan teks-teks yang ada kaitannya dengan hal itu, saya jawab, bahwa bagi Yesus "imam" itu adalah mereka yang mempersembahkan korban di kenisah Yahudi. Tidak ada petunjuk sama sekali bahwa Yesus memakai istilah "imam" untuk menyebut para pengikut-Nya atau para pelayan komunitas di masa mendatang. Sekali lagi, hal itu tidak berarti bahwa pelayanan dalam komunitas yang akan datang tidak didirikan oleh Kristus. Pelayanan itu berasal dari tindakan Yesus. Dan karena imamat Kristen yang bersifat melayani berkaitan erat dengan Ekaristi, berarti imamat itu berasal dari apa yang dilakukanYesus pada perjamuan terakhir. Tetapi istilah imamat mencerminkan pengalaman Yesus sebagai seorang Yahudi dan pada waktu itu memang sudah terdapat imam-imam Yahudi. Pada periode akhir Perjanjian Baru, kita mendapati seluruh umat Kristen yang merupakan "harta milik Tuhan" disebut sebagai "imamat yang rajawi" (1Ptr 2:9). Hal itu menyebabkan munculnya istilah salah "imamat awami." Padahal yang dimaksud adalah imamat dari seluruh umat Allah, yang tidak susut karena adanya perbedaan antara klerus dan awam di kemudian hari. Imamat tempat korban demi kebaikan hidup yang memuliakan Tuhan dipersembahkan (1Ptr 2:12; 2:5). Kita melihat juga bahwaYesus pun disebut imam, terutama dalam surat kepada orang Ibrani. Tetapi bahkan surat Ibrani pun tetap dengan sadar lebih sering menggunakan istilah imam bagi para imam Yahudi keturunan Lewi. Karena itu kalau yang dimaksudkan adalah imamat Yesus, selalu dijelaskan bahwa bukan seperti yang dimiliki orang Lewi, melainkan menurut Melkisedek, seorang raja-imam dari Yerusalem. Ia bukan keturunan Lewi dan imamatnya tidak berasal dari warisan nenek moyang. Jadi sejauh saya tahu, baru sekitar tahun 200 istilah "imam" mulai dikenakan kepada seorang uskup, dan baru sesudahnya diterapkan pada seorang penatua. Itulah sebabnya beberapa Gereja Protestan yang berpegang teguh pada penggunaan bahasa yang lazim di masa Perjanjian Baru, menolak menyebut pelayan mereka imam. Ketika istilah imamat mulai diterapkan pada para uskup dan para penatua di masa sesudah Perjanjian Baru, seluruh latar belakang Perjanjian Lama yang melekat pada istilah itu juga terbawa. Imam keturunan Lewi yang mempersembahkan korban. Pengenaan istilah itu mau tidak mau terkait erat dengan perkembangan istilah Ekaristi sebagai suatu korban. Dan ketika Ekaristi dipahamai sebagai suatu korban, orang yang mendapat kepercayaan untuk memimpin Ekaristi (uskup dan penatua) lalu disebut imam, karena hanya imam yang berurusan dengan korban. ---------------------------------- 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-497-261-4 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |