|
|
![]()
|
98. Tetapi tidakkah Paulus menentang Petrus?
Apakah Paulus mengakui supremasi Petrus?
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Coba perhatikan baik-baik
sewaktu membicarakan Petrus. Tidak dikatakan bahwa Petrus
satu-satunya pemimpin dalam Gereja. Saya cukup hati-hati
mengatakan bahwa sewaktu Petrus masih hidup, semua mengakui
bahwa ia adalah tokoh yang paling penting dari antara
"keduabelas," dan sesudah meninggal citranya mengandung
banyak nilai simbolik bagi dasar dan keseluruhan reksa
pastoral Gereja. Tapi dalam kegiatan Gereja di bidang lain,
peranan Petrus cukup terbatas. Misalnya tidak ada bukti kuat
dalam Perjanjian baru yang menunjang kedudukannya sebagai
administrator (= pengelola) Gereja lokal tertentu, entah
Yerusalem, Antiokia atau Roma. Administrator seperti itu di
kemudian hari disebut Uskup. Tokoh-tokoh lain di samping
Petrus juga mempunyai peranan kepemimpinan dalam Gereja.
Kalau kita pelajari situasi Gereja Yerusalem tahun 49, yang
disebut periode Konsili Yerusalem, kita lihat disana ada
beberapa orang yang peranannya berbeda-beda. Mereka terlibat
dalam perdebatan sekitar masalah orang kafir yang bertobat
tanpa diharuskan menjadi Yahudi lebih dahulu. Petrus
memegang peranan unik, sebagai tokoh yang paling menonjol di
antara Keduabelas." Yakobus mempunyai peranan khas sebagai
salah seorang keluarga Yesus, dan pemimpin komunitas
Yerusalem. Sedang Paulus mempunyai peranan unik sebagai
pewarta diantara orang kafir, yang pelayanan kerasulannya
telah mengkristalkan persoalan itu. Masing-masing tokoh itu
boleh menyampaikan pendapatnya, yang barangkali saling
bertentangan mengenai masalah itu. Untung bahwa mereka pada
akhirnya mempunyai prinsip yang sama: orang kafir bisa
diterima tanpa harus sunat.
Anda bertanya apakah Paulus tidak menentang Petrus. Ya, dua
kali Paulus menentang Petrus. Yang pertama dalam peristiwa
Yerusalem. Paulus pergi ke sana karena merasa yakin telah
mewartakan Injil yang sejati, yaitu rahmatYesus Kristus bagi
pertobatan semua orang. Hal itu nyata dari ucapannya bahwa
apapun kata Petrus, Yakobus, atau orang lain (bahkan
malaikat), Paulus tidak akan mengubah Injilnya. Namun ia
perlu kompromi dengan Petrus, Yakobus dan para pemimpin di
Yerusalem. Dengan menyebut mereka "soko guru jemaat" (Gal
2:98) Paulus sebenarnya meremehkan mereka. Walau berbau
ejekan, sebutan itu tetap berdampak positif pada peranan
Petrus. Tentu ada orang yang berpikir bahwa ia memang soko
guru Gereja. Kalau toh Paulus tidak menghormati mereka, ia
tetap harus ke Yerusalem berurusan dengan Petrus karena
pentingnya para pemimpin di Yerusalem. Mereka mempunyai
wewenang untuk memutuskan keterikatan dengan Paulus. Paulus
tidak menghendaki hal itu terjadi, karena itu sama dengan
kegagalan misinya. Ia tidak ingin menyebabkan perpisahan
dalam mengikuti Kristus. Untung, persatuan tetap
dipertahankan di Yerusalem (Gal 2:9).
Pertentangan lain antara Paulus dan Petrus terjadi di
Antiokia (Gal 2:11-14). Yang menjadi persoalan adalah apakah
orang kafir yang sudah bertobat tanpa bersunat dan sudah
diterima, masih harus memenuhi hukum makanan atau tidak. Hal
itu setidak-tidaknya merupakan suatu cara penerjemahan
perdebatan tentang Petrus yang makan bersama dengan
orang-orang tidak bersunat, tetapi berubah pikiran karena
ada desakan dari orang-orang Yakobus. Ketika Petrus menyerah
kepada mereka yang melarang perjamuan persaudaraan dengan
orang-orang Kristen tak bersunat, Paulus menganggap Petrus
mengkhianati Injil. Saat itu pasti merupakan saat kemarahan,
yang sekaligus menunjukkan adanya perselisihan serius antara
dua pemimpin Kristen itu; atau malah antara tiga pemimpin.
Kalau saya boleh menganalisis secara global, kira-kira
demikian. Paulus mendesak agar orang-orang Kristen yang
bukan Yahudi dibebaskan dari semua hukum makanan.
Orang-orang Yakobus menekankan bahwa mereka tetap terikat
pada hukum-hukum itu. Petrus bukannya mengambil posisi
penengah, tetapi malah berpihak pada orang-orang Yakobus
sehingga komunitas pun terancam terkoyak.
Bagi saya peristiwa itu jelas merupakan bukti bahwa Paulus
tidak selalu menerima pandangan Petrus dan bahwa Petrus
tidak selalu sependapat dengan Paulus. Saya kira penting
bahwa dalam Kristianitas masa kini pun kita menerima adanya
perbedaan pendapat yang sah diantara para teolog Kristen,
bahkan di antara para pemimpin Gereja. Yang sungguh-sungguh
penting sehubungan dengan situasi Petrus-Paulus adalah bahwa
kalau menyangkut dasar-dasar iman kepada Kristus (1 Kor 15)
Paulus menyebut penampakan kepada Petrus lebih dulu,
kemudian kepada Yakobus, dan baru kemudian kepada dirinya
sendiri. Dalam kaitan dengan itu, Paulus berkata:
"Demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi
percaya." Ia mengakui bahwa sebenarnya ia sendiri, Petrus
dan Yakobus mengajarkan pesan yang sama tentang Yesus
Kristus, dan orang Kristen hendaknya percaya akan hal itu.
Kalau dalam Kristianitas masa kini perbedaan yang syah perlu
diterima, kebutuhan akan keseragaman pun tetap perlu. Jadi
menurut saya perselisihan antara Paulus dan Petrus tidak
mengurangi peranan Petrus sebagaimana sudah kita lihat di
atas.
----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci
Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995
Penerbit Kanisius
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
ISBN 979-497-261-4
| |
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |