|
|
![]()
|
100. Apakah orang Kristen pada masa Perjanjian Baru
sudah memandang Petrus sebagai Paus?
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Sekali lagi saya merminta
sedikit perhatian sehubungan dengan perkembangan
peristilahan. Istilah-istilah yang digunakan dalam Gereja di
kemudian hari, tidak begitu saja ditemukan sekali jadi dalam
abad I. Kalau ada istilah baru muncul, ia mempunyai
implikasi yang lebih spesifik daripada apa yang mungkin
dipahami oleh orang-orang Kristen dalam abad I. Misalnya
ketika istilah Paus mulai digunakan untuk menyebut uskup
Roma pada abad-abad berikutnya, istilah itu mengungkapkan
perkembangan penting sejarah uskup Roma. Roma adalah ibu
kota kekaisaran, karena itu Gereja kota Roma dianggap
sebagai Gereja kota yang paling penting di dunia. Di
Roma-lah Petrus dan Paulus menjalani kemartiran mereka. Maka
sangat bisa dimengerti kalau akhirnya takhta Roma menjadi
takhta apostolik, mewarisi sisa-sisa dan pengesahan dari dua
rasul yang paling penting dalam kenangan orang Kristen.
Dalam abad II khususnya, para penatua Roma memerankan
peranan yang luar biasa dalam melawan gagasan-gegesan
heretik dan mempertahankan kemurnian iman Kristen. Karena
itu takhta Roma menjadi simbol kemurnian tradisi.
Faktor-faktor ini ikut mewarnai gambaran uskup Roma sebagai
paus. Mereka mempunyai andil terhadap suatu pengertian
tentang takhta suci selaku penanggungjawab atas dan bagi
gereja-gereja yang tersebar di seluruh wilayah kekaisaran,
serta atas terjaminnya ortodoksi iman.
Sekarang sebagai penanya dari abad ke 20, kalau anda
bertanya apakah Petrus dianggap Paus, itu berarti anda
bertanya dengan tradisi yang lebih kaya dibalik istilah
paus. Dengan latar belakang modern, secara khusus kita harus
mengikutsertakan deklarasi Konsili Vatikan I bahwa Paus
mempunyai juridiksi atas setiap orang Kristen di dunia. Tak
pelak lagi, orang-orang Kristen abad l tidak pernah berpikir
perihal juridiksi atau gambaran-gambaran lain yang berkaitan
dengan kepausan selama berabad-abad. Juga orang-orang
Kristen di jaman Petrus tidak akan menghubungkan Petrus
dengan kota Roma sedemikian erat, karena baru pada
tahun-tahun terakhir hidupnya Petrus tiba di Roma. Rasa
hormat mereka terhadap Gereja Roma juga tidak diwarnai oleh
kemartiran Petrus dan Paulus, atau oleh sejarah Gereja Roma
selaku penjaga iman yang murni melawan gerakan heretik.
Barangkali rumusan pertanyaan yang tepat dan bisa dijawab
mengenai keadaan tahun 60-an bukannya "Apakah orang Kristen
masa itu memandang Petrus sebagai Paus" melainkan "Apakah
orang Kristen jaman itu melihat pada Petrus peranan-peranan
yang hakiki menyokong perkembangan peranan kepausan dalam
Gereja di masa berikutnya." Kalau demikian pertanyaannya,
maka jawaban saya "ya," seperti telah ditunjukkan pada
jawaban pertanyaan sebelum ini. Di sana saya menunjukkan
peranan Petrus semasih hidup dan peranan simboliknya sesudah
kematiannya. Bagi saya, hal-hal itu sangat membantu dalam
memahami uskup Roma, tempat Petrus meninggal, tempat Paulus
memberi kesaksian atas kebenaran Kristus, selaku pengganti
Petrus dalam memelihara Gereja universal.
Masalah ini juga dapat dilihat dari apa yang disebut "jalur
Petrus." Saya kira istilah ini cukup baik, karena
menyampaikan citra perkembangan yang panjang mulai dari masa
hidup Petrus berlanjut sampai pada Gereja di masa-masa
berikutnya. Saya melihat kepausan lewat garis perkembangan
dari Petrus. Menarik bahwa injil-injil menyimpan kenangan
akan kegagalan Petrus bersama dengan pernyataan yang
menunjukkan kewibawaannya. Tak bisa dilupakan bagaimana ia
dimarahi Yesus (Mrk 8:311-33) karena tidak mengerti
perutusan Yesus, juga bagaimana ia telah menyangkal Yesus.
Hal itu sangat menolong umat Katolik yang percaya penuh
kepada paus sebagai wakil Petrus dalam menjalankan reksa
Kristus pada Gereja. Seperti halnya Petrus yang beberapa
kali gagal, beberapa orang yang memegang tampuk kepausan
juga pernah gagal atau malahan membuat skandal. Namun tidak
satu pun cela itu mengurangi hakikat simbolik yang melekat
pada jabatan Petrus. Simbol peneguhan iman, dasar batu
karang yang memungkinkan Gereja bertahan melawan
kekuatan-kekuatan jahat; contoh gembala yang telah diuji
oleh tuntutan cinta Kristus, gembala yang ditugaskan untuk
menggembalakan kawanan milik Kristus.
----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci
Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995
Penerbit Kanisius
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
ISBN 979-497-261-4
| |
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |