|
KONTROVERSI KRISTOLOGIS
Masalah Kristologis dapat didekati dari segi teologi dan
dari segi soteriology. Walaupun Bapak Gereja yang terdahulu
tidak kehilangan pandangan mengenai landasan soteriologis
mengenai doktrin Kristus, tetapi mereka tidak menonjolkan
hal tersebut dalam pembahasan-pembahasan pokoknya. Napas
dari kontroversi trinitarian merupakan landasan pendekatan
studi mengenai Kristus dari segi teologi saja.
Keputusan-keputusan yang menimbulkan kontroversi
trinitarian, yakni bahwa Kristus sebagai putra Allah (Allah
anak) adalah konsubstansial dengan Father (Allah Bapak) dan
oleh karena itu merupakan very God, hal ini menimbulkan
pertanyaan mengenai hubungan antara ketuhanan dan
kemanusiaan dalam Kristus
Kontroversi Kristologis yang terdahulu tidak menyajikan
suatu pembaharuan yang mendatangkan kebaikan. Nafsu sering
dituruti, intrik-intrik yang tidak layak juga sering
memainkan suatu bagian penting, dan bahkan kekerasan juga
kadang-kadang dilakukan. Jadi dapat dilihat bahwa suasana
seperti tersebut di atas hanya dapat menimbulkan error, dan
kontroversi ini menimbulkan suatu formulasi mengenai doktrin
dari person of Christ yang masih dianggap sebagai standar
sekarang ini. Holy Spirit (Rohul Kudus) telah membimbing
Gereja, ke dalam suasana kebenaran yang nyata, walaupun
bimbingan tersebut sering shame dan confuse (membingungkan).
Ada beberapa klaim bahwa Gereja tersebut terlalu banyak
berusaha mendefinisikan atau menjelaskan misteri yang
berasal dari seluruh definisi terdahulu. Namun demikian,
akan lahir dalam pemikiran bahwa early Church (Gereja
terdahulu) tidak mengklaim mampu untuk menembus kedalaman
dari doktrin yang maha besar ini, dan tidak berpura-pura
untuk memberikan suatu solusi mengenai masalah inkarnasi
dalam rumusan Chalcedon. Hal tersebut hanya merupakan
kebenaran terhadap kesalahan teori saja, dan untuk
memberikan suatu rumusan mengenai konstruksi kebenaran yang
sejati.
Gereja melakukan penelitian mengenai konsepsi tentang
Kristus, yang dipertimbangkan terhadap hal-hal berikut:
(a) Kebenaran tentang kematian Kristus;
(b) Kebenaran mengenai kemanusiaan Kristus;
(c) Gabungan dan kematian dan kemanusiaan dalam
satu person, dan
(d) Perbedaan nyata dari kematian dan kemanusiaan
dalam satu person.
Jelas bahwa sepanjang requirement ini tidak dipenuhi atau
hanya sebagian dipenuhi maka konsepsi mengenai Kristus akan
menjadi tidak sempurna (defective). Seluruh bid'ah
Kristologis yang timbul dalam Gereja terdahulu berasal dari
kegagalan untuk menggabungkan seluruh elemen-elemen ini
dalam doctrinal statement mengenai kebenaran. Ada beberapa
orang yang menyangkal secara keseluruhan atau sebagian
mengenai kebenaran kematian Kristus, dan ada yang membantah
secara keseluruhan atau sebagian mengenai kebenaran dari
kemanusiaan Kristus. Beberapa orang menekankan keesaan dari
person dengan mengorbankan dua nature lainnya, dan yang
lainnya menekankan perbedaan karakter dari dua nature dalam
Kristus dengan mengorbankan keesaan dari person.
1. Kontroversi Tahap Pertama
a. Latar Belakang
Kontroversi ini juga mempunyai akar-akar di masa lalu.
Monarki-monarki Ebionites, Alogi, dan Dynamic membantah
kematian Kristus, dan monarki Docetae, Gnostics serta
Modalests menolak kemanusiaan Kristus. Secara sederhana
mereka menolak salah satu bentuk problem. Sedangkan yang
lainnya, yang kurang radikal, membantah baik kematian maupun
kemanusiaan yang sempurna dari Kristus. Bangsa Aria
membantah bahwa Son-Logos , yang berinkarnasi dalam diri
Kristus, memiliki Ketuhanan yang mutlak. Sebaliknya
Apollinaries, yang merupakan seorang Bishop dari Laodicea
(390 dc), membantah kebenaran kemanusiaan dari Yesus
Kristus. Dia (Apollinaries) membuat konsep mengenai man
(manusia) yang terdiri atas raga, jiwa dan roh, dan
merupakan solusi masalah mengenai dua nature dalam Kristus
menurut teori yang ditempatkan Logos pada human pneuma
(spirit). Menurut pendapatnya lebih mudah untuk
mempertahankan keesaan dari person of Christ, jika Logos
diakui sebagai orang yang lebih banyak menempatkan prinsip
rasional dalam man. Terhadap Arius dia mempertahankan
kebenaran dari ketuhanan Kristus, dan mempertahankan atau
memperkokoh ketidakberdosaan Kristus dengan jalan
mensubstitusi Logos pada human pneuma yang dianggapnya
sebagai tempat dosa. Menurut pendapatnya suatu human nature
yang lengkap secara alamiah haruslah sinfulness (penuh
dengan dosa). Lagi pula, dia berusaha untuk membuat
inkarnasi yang dapat dipikirkan dengan jalan mengasumsikan
suatu kecenderungan eternal pada kemanusiaan dalam Logos
himself sebagai archetypal man. Tetapi solusi dari
Apollinares ini tidak memuaskan, oleh karena sebagaimana
yang dikatakan Shedd "bilamana bagian rasional dipisahkan
dari bagian manusia, maka manusia tersebut menjadi idiot dan
brutal." Namun demikian tujuannya dapat dipuji dalam hal
usahanya untuk memperkokoh keesaan dari person dan
ketidakberdosaan Kristus.
Akan tetapi ada oposisi terhadap solusi permasalahan yang
diajukan oleh Apollinaries. Cappadocians dan Hilary of
Poitiers mempertahankan bahwa jika logos tidak dianggap
human nature dalam integritasnya, maka dia tidak mungkin
menjadi redeemer yang sempurna bagi kita. Sejak seluruh
orang yang berdosa diperbaharui (ditebus), maka Kristus
dianggap sebagai human nature secara keseluruhan, dan bukan
merupakan bagian sederhana yang tidak penting dari human
nature tersebut.
Mereka juga menunjukkan bagian atau unsur docetic dalam
pengajaran Apollinaries. Jika tidak ada real human dalam
diri Kristus, maka tidak akan ada real probation dan tidak
ada real advance dalam kemanusiaan Kristus. Akan tetapi,
para penentang Apollinaries bahkan menekankan kemanusiaan
yang lengkap dari Kristus, membuat konsep atau menganggap
hal ini sebagai yang tertutupi oleh bayang-bayang Ketuhanan
dari Kristus. Gregory of Nyssa berkata bahwa daging Kristus
telah diubah dan hilang seluruh sifat-sifat awalnya karena
bersatu dengan Ketuhanan.
Salah satu hasil dari preliminary dari kekecauan ini adalah
bahwa Synod of Alexandria pada tahun 362 menunjukkan adanya
jiwa manusia dalam Kristus. Kata "jiwa" (soul) dipergunakan
oleh Synod sebagai unsur nasional yang inklusif, yang
disebut oleh Apo,llinaries sabagai pneum atau nous.
b. Pembagian Kontroversi
1. Nestorian Party
Beberapa di antara Gereja terdahulu mempergunakan ekspresi
yang tampaknya menyangkal adanya dua nature dalam Kristus
dan mempostulasikan suatu nature yang tunggal yakni
"inkarnasi yang menarik." Dari segi pandangan ini Maria
sering dinamakan sebagai theotokos, ibu dari tuhan. Sekolah
Alexandria khususnya menolak kecenderungan ini. Sebaliknya,
sekolah Antioch berada pada kutub pandangan yang lain.
Hal ini khususnya terjadi dalam pengajaran dari Theodore of
Mopsuestia. Dia mengambil titik awalnya dalam kemanusiaan
yang utuh dari Kristus serta realita sempurna dari
pengalaman kemanusiaan Kristus. Menurut pendapatnya
(Theodora), sebenarnya Kristus berjuang dengan human
passion, melalui berbagai godaan, dan keluar sebagai
pemenang. Dia (Kristus) mempunyai kekuasaan untuk mencegah
dirinya dari dosa atau membebaskan dirinya dari dosa melalui
(a) kelahirannya yang suci, dan (b) kesatuan dari
kemanusiannnya dengan ketuhanan Logos. Theodora menyangkal
perlunya indwelling dari Kristus, dan membolehkannya hanya
untuk indwelling moral. Dia tidak melihat adanya perbedaan
yang penting tetapi hanya ada perbedaan derajat antara
indwelling of God dalam Kristus dan yang percaya (believer).
Pandangan ini benar-benar mensubstitusi inkarnasi moral
indwelling pada Logos dalam diri Yesus. Meskipun begitu,
Theodore enggan untuk membuat kesimpulan apakah pandangannya
tak dapat dihindarkan, bahwa ada personalitas yang ganda
dalam Kristus, dua person di mana terdapat suatu gabungan
moral. Dia berkata bahwa gabungan tersebut sangat erat
sehingga kedua-duanya dapat berbicara sebagai satu person,
sebagaimana halnya suami dan istri dapat disebut satu tubuh.
Pengembangan logika dari pandangan Antiochian dapat dilihat
dalam Nestorianism. Nestorius mengikuti jejak Theodore yang
menyangkal bahwa bentuk theotokos dapat benar-benar
diterapkan pada Maria dengan alasan yang sederhana bahwa dia
hanya melahirkan seorang anak laki-laki yang telah
ditetapkan oleh Logos. Walaupun Logos tidak melukiskan
kesimpulan yang layak bahwa diikuti dari posisi ini, namun
penentangnya yaitu Cyril memberikan kepadanya tanggung jawab
atas kesimpulan tersebut. Dia menunjukkan bahwa, (a) jika
Maria bukan theotokos, yakni ibu seorang, dan orang itu
adalah tuhan maka asumsi dari seorang human being tunggal
pada fellowship dengan Logos disubstitusikan dari inkarnasi
dari God; (b) jika Maria bukan theotokos, maka hubungan
antara Kristus dengan kemanusiaan akan berubah, dan dia
tidak lebih dari redeemer of mankind. Para pengikut
Nestorius tidak ragu-ragu untuk membuat kesimpulan tersebut
di atas.
Nestorianism adalah defektif (tidak sempurna),
ketidaksempurnaan ini bukan dalam doktrin dari dua nature
dalam Kristus, tetapi dalam satu person. Baik kebenaran dari
kematian ataupun kebenaran dari kemanusiaan adalah diakui,
tetapi kedua hal tersebut tidak dikonsep dengan suatu cara
sebagaimana halnya membentuk suatu kesatuan yang nyata dan
mengkonstitusi seorang person yang tunggal. Kedua nature
tersebut juga merupakan dua person. Pentingnya perbedaan
antara nature sebagai substansi yang dimiliki secara umum
dan person sebagai suatu substansi yang relatif independen
dari nature tersebut, adalah benar-benar tidak diakui.
Perihal perpaduan dua nature (sifat) dalam kesadaran akan
diri yang tunggal, maka Nestorianism menempatkan perpaduan
tersebut berdampingan dengan setiap lainnya tanpa melebihi
gabungan moral dan simpatik di antaranya. The man Christ
bukanlah God, tetapi God-bearer, theophoros, yaitu pemilik
Godhead. Kristus dipuja, bukan karena Kristus adalah God,
tetapi karena God ada dalam diri Kristus. Pendirian
Nestorianism yang kuat ini yaitu pendirian yang melakukan
pencarian keadilan sepenuhnya akan kemanusiaan Kristus. Pada
waktu yang bersamaan tersebut pendirian itu bertolak
belakang dengan seluruh scriptural proofs untuk kesatuan
person dalam mediator. Pendirian tersebut mengabaikan Gereja
dengan contoh agung akan kesalehan sejati dan moralitas akan
human person of Yesus, tetapi menggali pendirian divine
human Redeemer, menggali sumber seluruh kekuasaan atau
kekuatan spiritual, keagungan, dan penyelamatan.
2. The Cyrillian Party
Oponen Nestorianism yang paling menonjol adalah Cyril of
Alexandria. Menurutnya Logos mengasumsikan sifat itu dalam
keesaannya, agar mendapatkan kembali, walaupun demikian
hanya membentuk personal subject dalam Godman.
Terminologinya tidak selalu jelas atau benar. Di salah satu
pihak dia menjelaskan kesederhanaan bahwa Logos
mengasumsikan sifat kemanusiaan, agar ada dua sifat dalam
diri Kristus, yang menyimpulkan gabungan mereka yang tak
dapat dipisahkan dalam satu person of the logos, tanpa
adanya perubahan dalam sifat-sifat tersebut. Tetapi dia juga
menggunakan pernyataan dengan menekankan kesatuan dua sifat
dalam Kristus dengan menggunakan mutual communication of
attributes, dan penjelasan akan person of Christ seakan-akan
merupakan keesaan resultan. Pengertiannya ini sungguh jelas
menentang Nestorianism, karena dia menekankan keesaan person
of Christ. Sesungguhnya tiga ketentuan di atas yang dia
jelaskan tersebut sesuai dengan catholic doctrine of the
day, yaitu: (a) the inseparable conjunction of the two
natures; (b) the impersonality and dependence of the
manhood, di mana Logos menggunakannya sebagai His
instrument; dan (c) keesaan dan keabadian person in Christ.
Walaupun kadang-kadang dia menyatakan, untuk
mempertimbangkan kesalahan Eutychian selanjutnya. Dia
menggunakan istilah phusis (nature) hanya pada Logos, dan
tidak pada kemanusiaan Kristus, sehingga penggunaannya
sebagai sinonim hypostases. Ini memberikan beberapa
kesempatan untuk menggunakan doktrinnya, setelah inkarnasi,
yaitu hanya ada satu sifat divine human Kristus dan
memungkinkannya bagi Monophysites mempertimbangkan dirinya,
apabila mereka ingin untuk membuktikannya, sebagaimana
adanya hanya satu person, maka oleh karena itu ada juga
hanya sifat mediator yang tunggal. Mereka melanjutkan
pertimbangan atas dirinya walaupun penolakan kuat akan
beberapa gabungan sifat tersebut.
The Council of Ephesus melakukan suatu kompromi dengan
mempertahankan bahwa di satu pihak theotokos dapat
diberlakukan bagi Maria dan di lain pihak menegaskan doktrin
mengenai dua nuture Kristus yang berbeda.
3. Eutycian Party
Banyak di antara pengikut Cyrill merasa tidak puas. Banyak
di antara mereka yang tidak menghargai doktrin mengenai dua
nature yang berbeda. Eutyches mendukung penyebab dari teolog
Alexandrian di Konstantinopel, Euthyches merupakan seorang
rahib tua yang mempunyai pendirian yang tidak seimbang dan
merupakan seorang antinestorian. Menurut Theodora dia
mempertahankan pengaruh atribut manusia yang berassimilasi
dengan Tuhan dalam Kristus baik dengan jalan penyerapan
human nature dalam Ketuhanan maupun fusi dari dua nature
tersebut, dengan demikian maka dia (Kristus) punya tubuh
tidak konsubstansial dengan apa yang kita miliki (tubuh) dan
dia (Kristus) bukan merupakan human yang seperti dalam
pengertian sehari-hari. Dia memohon kepada Leo yang
merupakan seorang Bishop di Roma karena dia dihukum
(dikucilkan) oleh Council of Constantinople pada tahun 448.
Setelah Leo menerima laporan lengkap mengenai kasus ini dari
Flavian yang merupakan Bishop Konstantinopel dan telah
mengemukakan pendapatnya maka dia mengalamatkan atau
menunjukkan celebrated tome-nya kepada Plavian. Oleh karena
tome ini sangat berpengaruh kepada formula Kaledonia, maka
perlu diketahui poin-poin utamanya yakni sebagai berikut:
(a) Ada dua nature dalam Kristus, kedua nature ini berbeda
secara permanen;
(b) Kedua nature tersebut bersatu dalam satu person, masing-
masing nature tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri
dalam kehidupan inkarnasi;
(c) Dari kesatuan nature dalam person tersebut terjadi
komunikasi (comunicatio idio-matum);
(d) Pekerjaan atau tugas penebusan membutuhkan suatu
mediator baik manusia dan Tuhan, passible dan impassible,
mortal dan immortal. Inkarnasi merupakan suatu tindakan
merendahkan diri dari Tuhan, tetapi dalam merendahkan
diri tersebut Logos tidak berlaku seperti very God.
Forma servi tidaklah mengurangi atau menurunkan formadei;
(e) Kemanusiaan dari Kristus adalah permanen,
dan penyangkalannya mengimplikasikan suatu
penyangkalan docetic yang realitas dari penderitaan
Kristus. Hal ini benar-benar merupakan suatu ikhtisar
dari Kristologi Barat.
4. Keputusan dari Council Chalcedon
Setelah beberapa Council lokal menemukan, membenarkan, dan
menyalahkan Eutyches, maka ecumenical Chalcedon
(Council-nya) melakukan sidang pada tahun 451, dan
permasalahan utama dalam sidang tersebut adalah doktrin
mengenai person of Christ. Hal ini dibaca sebagai berikut:
"Kita, pengikut Holy Father's seluruhnya dengan satu
consent, mengajar orang untuk mengakui satu dan Same Son
yakni Yesus Kristus (Tuhan Yesus Kristus), yang sempurna
dalam Godhead dan juga sempurna dalam manhood; dia merupakan
truly God dan juga merupakan truly man, karena mempunyai
jiwa dan tubuh; konsubstansial dengan Father menurut
Godhead, dan konsubstansial dengan kita menurut manhood;
dalam segala hal dia sama dengan kita, tapi dia tanpa dosa;
diperanakkan sebelum all ages dari Father sesuai dengan
Godhead, dan pada hari-hari terakhir ini, untuk kita dan
untuk keselamatan kita, maka dia dilahirkan dari perawan
Maria, yakni Mother of God, sesuai dengan manhood; one and
the same Christ, Son, Lord, (hanya diperanakkan untuk berada
dalam dua nature, inconfusedly (assugutos), kekal (tidak
berubah-ubah/atreptos), tak dapat dipisahkan (adiairetos),
inseparable (tidak dapat dipisahkan = archoristos),
perbedaan dari nature tersebut tidak berarti oleh karena
mereka bersatu, tetapi sifat-sifat dari masing-masing nature
tetap tampak dan bergabung dalam satu person dan satu
substansi, tidak terpisah atau terbagi dalam dua person
tetapi hanya dalam one and the same Son, yang hanya
dilahirkan, God the Word, the Lord Yesus Christ sebagai
rasul telah diberitakan dari sejak mula, dan Lord Yesus
Christ Himself memikirkan manusia dan Creed of Holy Fathers
telah menurunkan dia untuk kita!"
Implikasi-implikasi yang paling penting dalam statement ini
adalah sebagai berikut:
(1) Sifat-sifat dari kedua nature tersebut disandang oleh
satu person, misalnya keterbatasan pengetahuan dan
kemahatahuan.
(2) Penderitaan dari Godman dapat dianggap sebagai
penderitaan yang truly dan really infinited,
sedangkan menurut nature ketuhanan hal tersebut
tidaklah mungkin;
(3) Yang merupakan dasar dari basis yang membentuk
personalitas Kristus adalah divinity (ketuhanan)
bukan humanity (kemanusiaan);
(4) Logos tidak bersatu dalam seorang human individual
yang berbeda, tetapi bersatu dengan satu human nature.
Tidak ada seorang individual man yang pertama dengan
siapa second person dalam Godhead bersatu dalam diri-Nya.
Kesatuan tersebut dipengaruhi dengan substansi humanitas
dalam diri perawan.
2. Kontroversi Tahap Kedua
a. Kekacauan setelah keputusan Council
Council Chalcedon tidak menetapkan akhir dari perselisihan
Kristologis, berbeda dengan Council of Nicaea yang berhenti
pada kontroversi trinitarian. Mesir, Syria dan Palestina
merupakan tempat tinggal banyak di antara pengikut fanatik
dari penentang Eutychian, sedangkan Roma bahkan semakin
menjadi pusat Orthodoxy. Dalam kenyataannya, proses
perkembangan dogmatis pertama-tama berasal dari Timur dan
berkembang ke Barat. Setelah Council Chalcedon mengikuti
Cyrill dan Eutychus, maka mereka disebut Monophysites, oleh
karena mereka mengakui union Christ mempunyai suatu nature
yang komposit, tetapi menolak bahwa Kristus mempunyai dua
nature karena mereka menganggap bahwa dua nature yang
berbeda tersebut haruslah melibatkan suatu dualitas person.
Ada suatu perjuangan yang berkepanjangan dan berliku-liku
antara kedua pihak yang berbeda ini. Bahkan kaum Monophisit
tidak seluruhnya sepakat atau sependapat dengan mereka
sendiri. Oleh karena itu mereka terbagi-bagi dalam beberapa
sekte, yang mempunyai nama sendiri-sendiri kata Dr. Orr,
"hal tersebut telah cukup memberikan cold shifer kepada
seseorang." Theophaschisitis menekankan kenyataan bahwa God
menderita; Phthartolatrists adalah sekte yang paling dekat
dengan formulasi Chalcedon, dan menekankan fakta bahwa human
nature dari Kristus sama dengan human nature yang kita
miliki yaitu yang dapat menderita, dan oleh karena itu
dikatakan bahwa merupakan human nature dapat disuap; dan
sekte Aphthartodocetists adalah sekte yang mewakili
pandangan sebaliknya, katakanlah bahwa pandangan tersebut
menganggap human nature dari Kristus tidak konsubstansial
dengan human nature kita tetapi merupakan human nature yang
diberkati dengan nama tuhan, dan oleh karena itu merupakan
human nature yang tidak berdosa, imperishable dan tidak
dapat disuap.
Yang paling gigih mempertahankan Teologi Chalcedon adalah
Leontius of Bizantium. Dia menambahkan suatu unsur ke dalam
konstruksi dogmatis dari doktrin Kristus, hal ini lebih
banyak dilakukan oleh John of Damascus. Point-point dari hal
tersebut adalah penolakan atas Nestorianism akan menimbulkan
ide mengenai adanya impersonal independent dalam human
nature dari Kristus. Hal tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan bentuk-bentuk Anuposthasis dan Anupostesia. Oleh
karena itu Leontias menegaskan bahwa human nature dari
Kristus adalah Enupostasia, bukan impersonal tetapi
inpersonal, memiliki substansi personalnya dalam Person of
the Son of God dari inkarnasi yang singkat.
Pada tahun 553 kaisar Justinianus memanggil oikumene
(konsultannya) ke V di Konstantinopel, yang merupakan
monophisites dalam pengucilannya dalam tulisan Theodore,
tetapi tidak disukai karena dikutuk oleh penganggap bahwa
konsul Kaledonia melakukan hal yang sangat salah dengan
pengucilan tersebut.
b. Asas tunggal yang bertentangan
Di dalam asas tunggal selalu ada pertentangan-pertentangan,
pada lembaga-lembaga tersebut terdapat tanda yang menjadikan
di sekitar itu adanya suatu percakapan atau diskusi yang
tidak harmonis. Setiap pertanyaan yang penting tidak dapat
dijawab, bukan saja mengenai alam tetapi juga masalah
pembangkitan di dalam Kristen, masalah ini yang harus
dipecahkan di setiap pertanyaan yang seringkali disampaikan
oleh seseorang dan sering pula yang disampaikannya itu
tentang alam.
Dalam hubungan ini atau keadaan yang semacam ini sangat
penting pertanyaan tersebut selalu dilontarkan sekalipun
yang sudah lampau apalagi yang baru terjadi, hal ini adalah
suatu pertanyaan yang wajar meskipun di sana terdapat dua
Kristen (KP-KK), apabila kita yang mengatakan hal semacam
itu berarti sama saja dengan merampas hak mereka (jemaat
Kristen) yang betul-betul sudah ada dalam asasi itu, lagi
akan mempengaruhi dan merindukan terhadap alam tersebut.
Itulah salah satu hal kemanusiaan Kristen yang telah
menjadikan suatu inkarnasi pada Tuhan.
c. Bentuk doktrin yang dicetuskan oleh John of Damascus
John Damascus adalah seorang ahli agama dari gereja Yunani
dan dia mencapai puncaknya dalam perkembangan sesuatu agama
yang terpenting untuk dibuat sebagaimana yang telah
dilakukan dari doktrin pribadi Kristen. Menurut dia bahwa
logos itu adalah salah satu pemasukan dari kemanusiaan alam
dan tidak ragu-ragu bahwa Yesus bukan pemasukan dari logos
(bukan simbol), artinya logos itu adalah satu formalitas
untuk mengoreksi pada kesatuan dari dua alam tadi, Logos
juga bukan pemasukan dari kemanusiaan perorangan dan bukan
pemasukan kemanusiaan alam yang utama, akan tetapi,
merupakan suatu kemanusiaan pribadi, kemanusiaan alam
tatkala seseorang yang jiwanya belum berkembang atau sebagai
hipotesis mereka, melalui persatuan pada Logos tadi adalah
sesuatu kekuatan kepada orang bahwa Logos itu datangnya dari
Bunda Maria. Kemudian kekuatan wujud manusia dalam diri
Kristus mempunyai kemerdekaan pribadi bagi mereka, wujud
pribadi itu melalui Logos dan ilustrasi dua alam tersebut
dalam Kristen.
Menyatukan badan dengan jiwa pada seseorang, itulah asal
mulanya ibadah dalam kemanusiaan Kristen yang menghubungkan
tanda-tanda ibadah pada perikemanusiaan alam kelak kemudian
mereka boleh berkata bahwa Tuhan itu yang menghukum atau
mengazab disebabkan ibadah tersebut.
Alam perikemanusiaan itu hanya mempunyai efek yakni
mendapatkan kemurnian secara pasif (ibadah yang tidak sampai
karena kurang khusuk, anak Tuhan itu mempunyai suatu hal
yang lengkap dalam pribadi kemanusiaannya, maka dia itu
adalah menjadi pujian atau pujaan dalam Gereja. Menurut
pendapat itu adalah suatu ikatan yang besar dari kemanusiaan
pada Yesus bagaikan kedudukan suatu organ, hal itu diizinkan
atau disepakati oleh dua kajian alam tadi dimana
undang-undang dari salah satunya akan menyangkut pada setiap
alam dan hal ini pula segala sesuatu yang ada di dalam agama
Kristen adalah hak kemanusiaannya. Selain dari itu, kedua
yang sama tadi dianggap benar oleh Prosodium Nastarion.
Akibatnya atau hasil permasalahan itu akan membangkitkan
atau membuahkan ilmu "Asas Tunggal" sebagai indikasi mereka
yang memulai dari satu persatuan pribadi menjadi sesuatu hal
yang dikehendakinya. Doktrin ini juga mengambil dari bentuk
kemanusiaan yang akan dianugerahkan sebagai tanda ucapan
terima kasih di dalam memuja kelak kemudian hari, maka
ucapan itu akan mendapat pahala atau diterima jika
benar-benar dan akan ada sanksinya jika salah atau tidak
khusuk, hal itu adalah suatu cara dari mereka beribadah yang
mengandung perikemanusiaan, ilmu dari asas tunggal itu
disebut Duothlites. Hal itu mereka ambil dari dua keyakinan,
keyakinan alam dan keyakinan yang terpilih pada waktu
sekarang dalam dua keinginan atau anugerah dalam Kristen.
Jadi ilmu dari asas tunggal tadi adalah suatu peluang dari
mereka untuk mempersatukan dari kehidupan seseorang dalam
umat Kristen.
Pada suatu waktu, bentuk kekuatan yang dipakai dalam
kontroversi dalam penyempurnaan kehendak hal itu akan segera
menjelma sebagai bentuk yang lebih definitif, hal itu akan
timbul di dalam pikiran tetapi, kata-kata will (kabul)
dipakai dalam hayalan di luar dugaan segeralah diucapkan
artinya kabul atau will itu merasa sudah menjelma untuk
menentukan hal itu, maka kita pilih di antara benar dan
salah. Sekalipun sering kali menggunakan istilah will di
luar hayalan semata-mata hanyalah untuk mengisi insting,
nafsu biasa atau juga nafsu yang berlebihan, yang membawa
efek bagi mereka itu terserah mana yang ingin dilakukannya.
Semuanya itu diliputi dalam bentuk rasa selalu dikabulkan,
pada kontroversi kuno dengan demikian akan menimbulkan suatu
pertanyaan, apakah Kristen itu sempurna sepanjang zaman,
tidak menakutkan atau mengagetkan dalam penderitaan dan
mati. Di dalam jenis kemanusiaan maka Kristen itu akan
memberikan perikemanusiaan di dalam tingkah laku mereka.
Pada abad ke 6 salah satu lembaga di Konstantinopel (680)
merupakan salah satu anjuran dari Pastur di Roma, dia
mengadakan doktrin tentang dua keinginan dan dua kekuatan
sebagaimana kedudukan pada masa Ortodox, akan tetapi juga
diputuskan bahwa kemanusiaan harus selalu disamakan sebagai
induk ibadah. Pendapat yang dicetuskan di dalam kemanusiaan
atau persatuan ini dengan ibadah tidak menjadi kurang dalam
kemanusiaan tetapi tingkat kesempurnaannya dari persatuan
itu pun selalu menjadi pemegang peranan untuk menyempurnakan
keharmonisan.
d. Ilmu kekristenan dalam Gereja Barat
Perbandingan Gereja Barat masih kurang sempurna tanpa adanya
kajian oleh bangsa Timur. Seluruh pemikiran Barat tidak
memuaskan di dalam hubungannya baik di waktu mendiskusikan
pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab secara mendalam
oleh berbagai macam ahli filosof Barat yang terampil dan
tidak diragukan keaktifannya beribadah di dunia Barat.
Perpindahan baru dari ilmu Kristen telah ditemukan dan
timbul di Spanyol pada abad ke 7 & 8, namanya disebut
Adoptionist Controversy, bentuk itu memaparkan keakraban
orang Prancis sejak utusan dari Toloda mengumumkan pada
tahun 676, bahwa Kristen adalah salah satu perintis
pengangkatan Doktrin Kelix, salah seorang Pastur dari
Urgela, dia mengatakan bahwa Kristen merupakan pelaksanaan
ibadah manusia secara alami (agama tauhid) bahwa itu adalah
Logos. Dia hanya sebagai anak dari Tuhan dalam bayangan alam
saja tetapi Kristen adalah kemanusiaan di samping anak Allah
yang diangkat atau dinobatkan. Kini ia dicari oleh
sekelompok manusia atau oleh perorangan pribadi dan pada
kenyataannya merupakan suatu penekanan dari waktu ke waktu,
padahal, kenyataannya dia itu adalah anak manusia dan
diambil sebagai pribadi anak Allah. Teori ini membuat suatu
perdebatan di antara alam dan anak Allah dahulu, jadi hal
ini dapat dijelaskan tujuan mereka itu adalah untuk
melestarikan yang dua tadi, agar dirinya diakui sebagai anak
Allah. Di dalam tuntunan naskah yang menunjukkan bahwa
Kristen itu adalah seorang anak kepada ayahnya dan pada
kenyataannya kepercayaan itu dijadikan anak pada ayah dan
selalu disebut persaudaraan atau persahabatan pada Kristen.
Umumnya di dalam Kristen disebut anak Allah dan itu hanya
bayangan belaka, supaya penerangan tersebut dapat dimengerti
dan diterima. Dan supaya menerangkan dalam arti lebih lanjut
serta menimbulkan rasa kepercayaan atau keyakinan pada umat
manusia, tatkala Kristus dilahirkan di Betlehem dan sebagai
tempat kelahirannya agama itu maka pada waktu itu pula
dibaptis; Baptisan itu mengandung pengertian bahwa Kristus
diangkat sebagai anak Allah.
|