|
|
|
Selasa, 22 Februari 2000 Soal Kasus Aborigin Menlu Downer Bela Diri Canberra, Senin Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer menegaskan, hukum di Australia diciptakan oleh orang Australia, untuk orang Australia, diberlakukan di Australia, dan akan selalu seperti itu. "Perangkat hukum dibuat oleh orang Australia untuk orang Australia dan akan selalu seperti itu," tegas Downer, di Canberra, Senin (21/2). Masalah itu kembali disorot seluruh media, karena demi menegakkan undang-undang yang disebut Mandatory Law itu, Australia, tepatnya wilayah Northern Territory (NT), memenjarakan dua bocah Aborigin berumur 15 tahun selama setahun karena mencuri buku, pensil, dan sekaleng biskuit. Satu dari mereka bunuh diri di penjara. Pekan lalu, wilayah NT kembali memenjarakan seorang warga Aborigin berumur 22 tahun selama setahun, karena mencuri sekaleng biskuit seharga 23 dollar Australia, pada hari Natal 1998. "Singkatnya, kami akan tetap menghargai kewajiban internasional kami, tetapi kami menciptakan hukum untuk orang Australia di sini, di Australia," lanjutnya. Dengan tegas, Downer mengatakan, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan tidak mengangkat masalah itu saat bertemu Perdana menteri John Howard. Saat wartawan mempertanyakan hal itu, secara diplomatis Kofi Annan mengatakan, "saya rasa, Anda semua baru saja menanyakan persoalan itu kepada Perdana Menteri. Anda benar, ada alasan mengapa dia seorang Perdana Menteri dan saya seorang Sekjen." Namun, beberapa sumber mengatakan, Kofi Annan merasa malu karena masalah itu membayangi perjalanannya ke Australia. Tak bisa dibenarkan Presiden Bank Dunia James Wolfensohn-yang kebetulan orang Australia dan ikut dalam jumpa pers itu-berpendapat, memenjarakan seorang anak berumur 15 tahun karena mencuri sekaleng biskuit merupakan keputusan yang tidak bisa dibenarkan. Wolfensohn sempat berkunjung sehari ke Timtim untuk menandatangani proyek Bank Dunia pertama senilai 19,5 juta dollar AS. "Memenjarakan selama 12 bulan seorang anak umur 15 tahun karena mencuri pensil, jelas sesuatu yang tidak tepat dan tidak adil," tegasnya. Berbagai lembaga nasional dan internasional, termasuk Amnesti Internasional dan Unicef, mengecam keputusan tersebut. Selain kasus Aborigin, Australia juga menjadi sorotan dunia karena menjadi negara yang paling cepat memusnahkan pohon di seluruh dunia. Dalam waktu hanya tiga tahun, Australia telah membabat 2,5 juta hektar hutan. Australia juga sedang dituduh melakukan pelecehan seksual wanita Timor Timur (Timtim) saat beroperasi di wilayah tersebut sebagai bagian dari pasukan Interfet. (AFP/Reuters/rie) ------------------------------------------------------------ http://www.kompas.com/kompas-cetak/0002/22/LN/menl03.htm (berita sejenis: 1, 2, 3, karikatur) |
|
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel
|