|
36. Pertanyaan Burung Kedua Puluh
Seekor burung lain berkata pada Hudhud, "O Pemimpin di
Jalan ini, apa yang seharusnya kumohon pada Simurgh bila aku
sampai ke tempat persemayamannya? Karena olehnya dunia ini
akan diterangi, aku pun tak tahu apa yang seharusnya
kumohon. Bila aku tahu apa yang paling baik kumohon dari
Simurgh di atas singgasananya, maka hatiku pun akan lebih
senang."
Hudhud menjawab, "O Si gila! Amboi! Kau tak tahu apa yang
seharusnya kaumohon? Mohonlah apa yang paling kauinginkan.
Siapa pun mestinya tahu apa yang ingin dimohonnya, meskipun
Simurgh sendiri jauh lebih baik dari apa saja yang mungkin
kauinginkan. Inginkah kau mengetahui dari dia apa yang ingin
kau mohon?'
Doa Syaikh Rubdar
Ktika Bu Ali Rubdar hendak meninggal, ia mengucapkan
kata-kata ini, "Jiwaku mengetar di bibirku dengan
pengharapan akan kebahagiaan abadi. Pintu-pintu langit
terbuka. dan menyediakan singgasana bagiku di sorga.
Orang-orang suci yang bersemayam di istana keabadian berseru
bersama suara burung-hurung bulbul. 'Masuklah, o pencinta
sejati. Bersyukurlah dan berjalanlah dengan gembira, karena
tiada seorang pun di dunia pernah melihat tempat ini.' O
Tuhan, bila aku mendapat karunia dan rahmat-Mu, jiwaku tak
akan tergelincir dari keteguhan keyakinan. Aku tak akan
menundukkan kepalaku seperti di dunia insan, karena jiwaku
telah dibentuk oleh cinta-Mu, dan demikianlah aku pun tak
mengenal sorga maupun neraka.
Bila aku menjadi abu, tak akan terdapat lagi dalam diriku
wujud lain kecuali Engkau. Kukenal Engkau tetapi tak kukenal
agama maupun kekufuran. Aku Engkau, Engkau Aku. Kudambakan
Engkau, jiwaku dalam Engkau. Engkau semata yang penting
bagiku. Engkau bagiku dunia ini dan dunia nanti. Puaskanlah,
meskipun teramat sedikit, kebutuhan hatiku yang terluka.
Tunjukkanlah, meskipun sedikit, cinta-Mu padaku, karena aku
bernafas hanya karena Engkau."
Sabda Tuhan Pada Daud
Tuhan dari Atas bersabda pada Daud, "Katakan pada
hamba-hambaKu: 'O gumpal tanah! Seandainya Aku tak punya
sorga sebagai ganjaran dan neraka sebagai hukuman, akankah
kamu tetap ingat padaKu? Kalau tak ada cahaya maupun api,
akankah kamu tetap ingat padaKu? Tetapi karena Aku layak
mendapat kehormatan tertinggi, kamu harus memujaKu tanpa
pengharapan atau ketakutan; namun, bila kamu tak pernah
ditopang pengharapan atau ketakutan, akankah kamu tetap
ingat padaKu? Karena Aku Junjunganmu, hendaknya kamu
memujaKu dari dasar hatimu. Buanglah segala yang bukan Aku,
bakar itu hingga menjadi abu, dan campakkan abu itu ke angin
keutamaan."
Mahmud dan Ayaz
Suatu hari Mahmud memanggil hamba kesayangannya dan
memberikan mahkotanya pada orang itu, lalu didudukkannya
orang itu di atas singgasananya, dan katanya, "Ayaz,
kuberikan padamu kerajaan dan bala tentaraku. Perintahlah,
karena negeri ini milikmu; dan kini kuharapkan kau
menggantikan kedudukanku dan mencampakkan anting-anting
tanda penghambaanmu itu ke Bulan dan Ikan."
Ketika para perwira dan orang-orang istana mendengar
tentang itu, mata mereka pun menjadi hitam karena iri dan
mereka pun berkata. "Tiada pernah di dunia ini seorang raja
memberikan kehormatan setinggi itu pada seorang hamba."
Tetapi Ayaz menangis, dan mereka pun berkata padanya,
"Adakah kau gila? Kau bukan lagi hamba, melainkan termasuk
golongan raja-raja. Mengapa kau menangis? Hendaknya kau
merasa puas!" Ayaz menjawab, "Tuan-tuan tak mengetahui
keadaan yang sebenarnya. Tuan-tuan tak mengerti bahwa Sultan
yang memerintah negeri yang besar ini telah membuang diriku
dari hadapannya. Ia harapkan hamba memerintah kerajaannya,
tetapi hamba tak ingin berpisah daripadanya. Hamba ingin
mengabdi padanya, tetapi tidak meninggalkannya. Apa pula
urusan hamba dengan pemerintahan dan jabatan raja?
Kebahagiaan hamba ialah dalam melihat wajahnya."
Belajarlah dari Ayaz bagaimana mengabdi Tuhan kau yang
tinggal bermalas-malas siang dan malam, asyik dengan
kesenangan-kesenangan murah dan rendah. Ayaz turun dari
puncak kekuasaan, tetapi kau tak beranjak dari tempatmu,
tidak pula kau punya keinginan sedikit pun untuk mengubah
dirimu sendiri. Kepada siapakah kau akhirnya akan dapat
menuturkan kesedihan-kesedihanmu. Selama kau terikat pada
sorga dan neraka, bagaimana kau akan dapat memahami rahasia
yang ingin kusingkapkan padamu; tetapi bila kau tak lagi
terikat pada keduanya itu maka fajar kerahasiaan akan
menyingsing dari dalam malam. Lagi pula taman sorga tidak
teruntuk bagi yang tak acuh dan langit tertinggi hanya
teruntuk bagi mereka yang berhati.
Doa Rabi'ah
"O Tuhan, kau yang tahu akan rahasia segala sesuatu,
lenyapkanlah keinginan-keinginan duniawi musuh-musuhku, dan
karunia sahabat-sahabatku dengan keabadian kehidupan nanti.
Tetapi tentang diriku, aku tak terikat pada keduanya.
Kalaupun kumiliki dunia kini atau dunia nanti, namun aku
akan memandang keduanya tak berarti dibandingkan dengan
berada di dekatMu. Aku hanya memerlukan Kau semata. Kalau
sampai pula aku menghadapkan mataku ke arah kedua dunia itu,
atau mendambakan apa pun selain Kau, aku pun akan menjadi
tak lebih dari seorang yang tak beriman."
Sabda Tuhan Kepada Daud
Sang Pencipta Dunia bersabda kepada Daud dari balik tabir
rahasia. "Segala yang ada, baik atau buruk, tampak atau tak
tampak, bergerak atau tak bergerak, hanyalah barang
pengganti semata jika semua itu bukan Aku sendiri yang tak
akan kau temukan gantinya maupun kembarannya. Karena tiada
satu pun yang dapat menggantikan Aku, janganlah kau
memisahkan dirimu sendiri daripada-Ku. Aku perlu bagimu, kau
terikat pada-Ku. Karena itu, kau dambakan apa yang
menawarkan dirinya sendiri kalau itu bukan Aku."
Sultan Mahmud dan Berhala Somnat
Mahmud dan bala tentaranya menemukan di Somnat sebuah
berhala bernama Lat, yang hendak dihancurkannya. Untuk
menyelamatkan itu, orang-orang Hindu menawarkan emas seberat
tujuh kali bobot berhala itu, tetapi Mahmud menolaknya dan
memerintahkan membuat api besar untuk membakar patung pujaan
itu. Kemudian salah seorang perwiranya memberanikan diri
berkata, "Tuanku, tidakkah lebih baik menerima emas dan
tidak membakar berhala itu?" "Perbuatan demikian akan
menimbulkan pikiran padaku," kata Mahmud, "bahwa pada hari
perhitungan penghabisan kelak, Al-Khalik tentulah akan
mengatakan pada seluruh alam yang berkumpul: 'Perhatikan apa
yang telah diperbuat Azaz dan Mahmud -si Azaz membuat
berhala dan Mahmud menjualnya'."
Konon ketika berhala itu terbakar, seratus keranjang
batu-batu berharga pun keluarlah, sehingga Mahmud
mendapatkan harta pula. Katanya, "Lat telah mendapatkan apa
yang patut didapatnya dan Tuhan telah mengganjar aku."
Cerita Kecil Lain tentang Mahmud
Ketika suluh para raja ini meninggalkan Gazna untuk
berperang dengan orang-orang Hindu dan menghadapi bala
tentara mereka yang besar, ia patah semangat, dan ia pun
bersumpah kepada Malikulhakim bahwa bila ia menang, ia akan
memberikan segala barang rampasan yang jatuh ke tangannya
kepada para darwis. Ia mendapat kemenangan dan bala
tentaranya dapat mengumpulkan sejumlah besar harta kekayaan.
Ketika mereka yang berwajah hitam itu telah mundur
meninggalkan barang-barang rampasan itu, Mahmud pun berkata,
"Berikan ini pada para darwis, karena aku telah berjanji
pada Tuhan untuk berbuat demikian, dan aku harus memegang
teguh janjiku." Kemudian para perwiranya menyanggah dan
berkata, "Mengapa memberikan begitu banyak emas dan perak
pada segelintir orang yang tak ikut bertempur! Mengapa tak
memberikannya pada bala tentara yang telah menanggung
kesusahan pertempuran itu, atau setidak-tidaknya,
menyimpannya dalam perbendaharaan kerajaan?"
Sultan pun ragu-ragu antara sumpahnya sendiri dan
sanggahan-sanggahan itu. Sementara itu, Bu Hassein, seorang
penggila Tuhan, yang cerdas tetapi tak terpelajar, lewat di
jalan itu. Melihat dia, di jauhan Mahmud pun berkata,
"Panggil si majenun itu; katakan padanya agar datang ke sini
dan katakan apa yang mesti diperbuat, dan aku pun akan
menaatinya; karena ia tak takut akan Sultan maupun tentara,
ia akan memberikan pendapat yang tak berat sebelah." Ketika
Sultan menyerahkan perkara itu pada Bu Hassein, orang itu
pun berkata, "Tuanku, ini masalah dua obol, tetapi bila
Tuanku ingin berbuat sepatutnya terhadap Tuhan, maka jangan
pikirkan lagi, Tuan yang mulia, perkara dua obol ini; dan
bila Tuan mendapatkan kemenangan lagi karena kemurahan-Nya,
hendaklah Tuan malu menahan dua obol ini. Karena Tuhan telah
menganugerahkan kemenangan pada Tuan, dapatkah apa yang
teruntuk bagi Tuhan itu Tuan tahan bagi diri Tuan?"
Segera sesudah itu Mahmud pun memberikan harta kekayaan
itu pada para darwis dan menjadi raja besar.
(sebelum,
sesudah)
|