|
37. Pertanyaan Burung Kedua Puluh
Satu
Seekor burung lain berkata pada Hudhud, "Katakan pada
kami, o kau yang ingin memimpin kami ke tempat Seri Baginda
yang tak dikenal, apakah yang paling dihargai di istana itu?
Bila menghadap kepada para raja perlu kiranya membawa
persembahan-persembahan berharga; hanya mereka yang hina
menghadap raja dengan tangan kosong."
Hudhud menjawab, "Kalau kau menuruti nasihatku, hendaknya
kau bawa ke negeri Simurgh apa yang tak terdapat di sana.
Adakah tepat kita membawa apa yang telah ada di sana?
Pengetahuan sejati terdapat di sana, rahasia-rahasia
terdapat di sana, kepatuhan terhadap yang lebih tinggi
terdapat di sana. Maka bawalah nyala cinta dan kerinduan
jiwa; tiada lain yang dapat diberikan kecuali ini. Jika
sehelaan nafas cinta saja tertuju ke tempat itu, maka ia
akan menghantarkan wangian hati. Tempat itu ditahbiskan bagi
sari wangi jiwa. Siapa saja yang menarik sehelaan keluh
pertaubatan yang tulus, seketika itu juga ia akan memiliki
keselamatan."
Yusuf dan Zulaiha
Di masa ketika Zulaikha menikmati pangkat dan martabatnya
yang tinggi, ia menyuruh masukkan Yusuf ke dalam penjara,
dan mengatakan pada salah seorang hambanya agar menderanya
dengan tongkat lima puluh kali. "Pukul dia keras-keras,"
katanya, "sehingga aku dapat mendengar teriakan-teriakan
kesakitannya." Tetapi hamba yang baik hati itu tak mau
melukai Yusuf; maka diambilnya kulit binatang dan katanya,
"Bila kupukul kulit itu, berteriaklah pada setiap kali
deraan." Ketika Zulaikha mendengar teriakan Yusuf, ia pun
pergi ke bilik penjara dan berkata, "Kau kelewat lunak
terhadapnya, pukullah lebih keras lagi." Kemudian hamba itu
berkata pada Yusuf, "O cemerlang surya! Kalau Zulaikha
meneliti dirimu dan tak melihat sesuatu bekas pun, ia kan
menghukumku dengan kejam. Maka telanjangkan pundakmu dan
kuatkan hatimu serta tahankan pukulan-pukulanku. Bila kau
berteriak karena pukulan-pukulan itu, maka ia tak akan
begitu memperhatikan bekas-bekasnya." Yusuf pun
menelanjangkan kedua belah bahunya, tongkat menimpa, dan
teriakan-teriakan Yusuf melangit. Ketika Zulaikha
mendengarnya, ia pun pergi mendekati dan katanya,
"Teriakan-teriakan ini telah menimbulkan akibat yang
diharapkan. Sebelum ini erang kesakitannya tak berarti; kini
semua itu sungguh nyata."
Syaikh Bin Ali Tusi
Bin Ali Tusi, salah seorang arif yang besar di zamannya,
berjalan di lembah kewaspadaan dan kesiagaan. Tak pernah
kukenal seorang yang memiliki keagungan dan mencapai
kesempurnaan seperti itu. Suatu kali ia berkata, "Di dunia
lain itu, orang-orang terkutuk yang malang akan melihat
dengan jelas para penghuni sorga yang dapat menuturkan pada
mereka tentang kegembiraan di tempat itu dan rasa
persatumesraan. Orang-orang yang berbahagia itu akan
berkata, "Kegembiraan yang rendah tak ada di sini, karena
matahari keindahan ilahiat telah muncul pada kami, dan
sedemikian terangnya sehingga kedelapan sorga pun tampak
gelap karenanya. Dalam kegemilangan keindahan ini, tiada
lagi yang tinggal dari keabadian itu, baik nama maupun
bekasnya!" Kemudian mereka yang ada di neraka akan berkata,
"Kami rasa apa yang kalian katakan itu benar, tetapi bagi
kami di tempat yang mengerikan ini sudah jelas bahwa kami
telah mendapat murka Tuhan, karena itu, kami telah dijauhkan
dari wajah-Nya. Kami diingatkan akan api neraka oleh api
sesal dalam hati kami."
Berusahalah menahan duka, derita, dan luka, dan dengan
itu tunjukkan semangatmu. Bila kau luka, terimalah itu, dan
jangan perturutkan sikap mengasihani diri sendiri.
Permohonan pada Muhammad
Seorang lelaki dengan rendah hati mohon perkenan untuk
bersembahyang di atas permadani Nabi, yang menolaknya dan
mengatakan, "Tanah dan pasir panas terbakar. Bersujudlah di
atas pasir yang panas terbakar dan di atas tanah jalanan
itu, sebab mereka yang luka karena cinta harus punya bekas
di wajahnya, dan bekas luka itu harus terlihat. Biarlah
bekas luka hatimu terlihat, karena orang-orang yang ada di
jalan cinta dikenal dari bekas lukanya."
(sebelum,
sesudah)
|