|
5. Merak
Selanjutnya datang Merak Kencana dengan bulu-bulunya yang
seratus -bagaimana mesti kuperikan?- seratus ribu warna itu!
Ia memperagakan dirinya, putar-putar ke sana-sini, bagai
pengantin.
"Pelukis dunia raya ini," katanya, "mempergunakan kuas
Jin di tangannya untuk membentuk daku. Tetapi meskipun aku
ini Jibril di antara burung-burung, nasibku tak layak
diirikan. Aku beramah-ramahan dengan ular di sorga dunia
ini, dan lantaran itu dengan hina aku terusir. Mereka lepas
aku dari kedudukan yang dipercayakan padaku; mereka, yang
mempercayai diriku itu, dan kaki pun menjadi penjaraku.
Namun aku selalu berharap agar ada penunjuk jalan yang
bermurah hati mau menuntun aku keluar dari tempat yang gelap
ini dan membawaku ke rumah-rumah besar yang tinggal berdiri
selamanya. Aku tak mengharapkan akan sampai ke hadapan Raja
yang kausebutkan itu, cukuplah bagiku untuk sampai ke
gerbangnya. Bagaimana dapat kau harapkan diriku akan
berusaha untuk sampai ke hadapan Simurgh karena aku telah
tinggal di sorga dunia? Tak ada keinginanku yang lain
kecuali tinggal di sana lagi. Tiada yang lain lagi yang
berarti bagiku."
Hudhud menjawab, "Kau tersesat dari Jalan yang benar itu.
Istana Raja itu jauh lebih bagus dari sorgamu. Tak ada yang
lebih baik bagimu selain berusaha untuk sampai ke sana.
Istana itu tempat tinggal bagi jiwa, ia keabadian, ia tujuan
keinginan kita yang sebenarnya, permukiman hati, tempat
duduk kebenaran. Yang Maha Luhur itu lautan maha raya; sorga
rahmat duniawi hanyalah setitik kecil; segala yang bukan
lautan itu hanya sesuatu yang membingungkan. Bila kau dapat
memiliki lautan itu, mengapa kau ingin mencari setitik embun
petang? Akankah ia yang tahu akan rahasia surya iseng
bermain dengan sejemput debu? Adakah ia yang mempunyai
segalanya berurusan dengan apa yang hanya merupakan sebagian
saja? Adakah jiwa berurusan dengan anggota-anggota badan?
Bila kau ingin sempurna, carilah kesemestaan, pilihlah
kesemestaan, jadilah kesemestaan."
Guru dan Murid
Seorang murid bertanya pada Gurunya, "Mengapa Adam harus
meninggalkan sorga?" Sang Guru menjawab, "Ketika Adam, yang
termulia dari segala makhluk, masuk sorga, didengarnya suara
yang bergema dari dunia yang tak tampak, 'O kau yang terikat
pada sorga duniawi dengan seratus ikatan, ketahuilah bahwa
siapa pun di kedua dunia itu dikenal karena apa yang terjadi
antara dia dengan Aku, Kupisahkan dari segala yang ada, agar
ia hanya terikat padaKu saja, kawannya sejati.' Bagi seorang
pencinta, seratus ribu kehidupan pun tiada artinya tanpa
yang dikasihinya. Ia yang hidup untuk sesuatu yang lain dari
Dia, biar Adam sendirilah itu, telah terusir. Para penghuni
sorga tahu bahwa yang pertama mesti mereka serahkan ialah
hati mereka."
(sebelum, sesudah)
|