|
III. MUSYAWARAH BURUNG
1. Musyawarah Dibuka
SEGALA burung di dunia, yang dikenal dan tak dikenal,
datang berkumpul. Mereka berkata, "Tiada negeri di dunia ini
yang tak beraja. Maka bagaimana mungkin kerajaan
burung-burung tanpa penguasa! Keadaan demikian tak bisa
dibiarkan terus. Kita mesti berusaha bersama-sama untuk
mencarinya; karena tiada negeri yang mungkin memiliki tata
usaha yang baik dan tata susunan yang baik tanpa raja."
Maka mereka mulai memikirkan bagaimana hendak mencarinya.
Burung Hudhud, dengan bersemangat dan penuh harapan, tampil
ke muka lalu menempatkan diri di tengah majelis
burung-burung itu. Di dadanya tampak perhiasan yang
melambangkan bahwa dia telah mengikuti tarikat pengetahuan
ruhani; jambul di kepalanya sebagai mahkota kebenaran, dan
dia memiliki pengetahuan tentang baik dan buruk.
"Burung-burung yang terhormat," dia mulai, "akulah yang
bergiat dalam perjuangan suci, dan aku utusan dari dunia
yang tak terlihat di mata. Aku memiliki pengetahuan tentang
Tuhan dan rahasia-rahasia ciptaan. Bila ada yang --seperti
aku-- membawa nama Tuhan, Bismillah,1
di paruhnya, itu berarti bahwa dia pasti memiliki
pengetahuan tentang banyak hal yang tersembunyi. Namun
hari-hariku berlalu dengan resah dan aku tak berurusan
dengan siapa pun, karena aku sama sekali dikuasai oleh cinta
pada Raja. Aku dapat mencari sumber air dengan naluriku, dan
banyak rahasia lain yang kuketahui. Aku bicara dengan
Sulaiman dan aku yang paling penting di antara para
pengikutnya. Mengherankan bahwa ia tak menanyakan ataupun
mencari mereka yang tak hadir dalam kerajaannya, namun bila
aku pergi sehari saja, disebarnya utusan di mana-mana, dan
karena ia tak mungkin tanpa aku sebentar maka nilai
kepentinganku telah mantaplah selamanya. Aku membawa
surat-suratnya, aku pengiringnya yang terpercaya. Burung
yang diinginkan Nabi Sulaiman patut mendapat mahkota di
kepalanya. Burung yang dikatakan baik oleh Tuhan, mana
mungkin menyeret bulu-bulunya dalam debu? Bertahun-tahun aku
telah mengelana di laut dan di darat, lewat di atas
gunung-gunung dan lembah-lembah. Kucakup ruangan maha luas
di masa banjir besar; aku menyertai Sulaiman dalam
perjalanan-perjalanannya, dan aku telah mengukur batas-batas
dunia.
Kukenal baik Rajaku, tetapi sendiri saja tak dapat aku
pergi mencarinya. Tinggalkan keseganan kalian, kesombongan
kalian dan keingkaran kalian, karena siapa yang tak
mementingkan hidupnya sendiri terbebas dari ikatan dirinya
sendiri; ia terbebas dari ikatan baik dan buruk demi yang
dicintainya. Bermurah hatilah dengan hidup kalian. Jejakkan
kaki kalian di tanah dan melangkahlah ke istana Raja. Kita
mempunyai Raja sejati, ia tinggal di balik gunung-gunung
Kaf.2
Namanya Simurgh3
dan ia raja segala burung. Ia dekat dengan kita, tetapi kita
jauh darinya. Tempat persemayamannya tak dapat dicapai, dan
tiada lidah yang dapat mengucapkan namanya. Di mukanya
tergantung seratus ribu tabir cahaya dan kegelapan, dan
dalam kedua dunia itu tak ada yang dapat menyangsikan
kerajaannya. Ia Raja yang berdaulat raya dan bermandikan
kesempurnaan dari keagungannya. Ia tak membukakan diri
sepenuhnya meskipun di tempat persemayamannya sendiri, dan
tentang ini tak ada pengetahuan atau kecerdasan yang dapat
meraihnya. Jalan itu tak dikenal, dan tak ada yang berteguh
hati mencarinya, meskipun ribuan makhluk melewatkan hidupnya
dalam kerinduan. Bahkan jiwa yang paling suci pun tak dapat
melukiskannya, dan akal budi tak pula dapat memahami: kedua
belah mata ini pun buta. Si bijak tak dapat mengetahui
kesempurnaannya dan si arif tak pula dapat mengamati
keindahannya. Sekalian makhluk memang ingin meraih
kesempurnaan dan keindahan itu dengan bayangan angan. Tetapi
betapa dapat kalian menempuh jalan itu dengan pikiran?
Bagaimana mengukur bulan dari ikan? Begitulah, ribuan kepala
pun bergerak ke sana ke mari, dan hanya ratap dan keluh
kerinduan saja yang terdengar. Banyak laut dan daratan di
tengah jalan. Jangan kira perjalanan itu singkat; dan kita
mesti berhati singa untuk menempuh jalan yang luar biasa
itu, karena jalan itu amat panjang dan laut itu dalam. Ada
yang berjalan dengan susah payah dan keheranan, sambil
kadang-kadang tersenyum dan kadang-kadang menangis. Adapun
bagiku, aku akan merasa bahagia menemukan biar hanya
jejaknya saja. Itu akan ada juga artinya, tetapi hidup tanpa
dia tentulah akan menjadi sesalan. Janganlah kita menutup
jiwa kita terhadap yang kita kasihi, tetapi hendaklah kita
ada dalam keadaan yang serasi untuk menuntun jiwa kita ke
istana Raja kita itu. Cucilah tangan kalian dari kehidupan
ini bila kalian ingin disebut pengamal. Demi yang kalian
kasihi, tinggalkan kehidupan kalian yang berharga ini,
sebagai muliawan. Bila kalian menyerahkan diri dengan manis,
sang kekasih pun akan memberikan seluruh hidupnya pada
kalian."
Pengejawantahan Simurgh
yang Pertama
"Sungguh ajaib! Pengejawantahan Simurgh yang
pertama terjadi di Cina pada tengah malam. Sehelai bulunya
jatuh di Cina dan kemasyhuran namanya pun memenuhi dunia.
Setiap orang membuat lukisan yang menggambarkan bulu ini,
dan dari lukisan itu dibentuk susunan pikirannya sendiri dan
dengan demikian tergelincirlah ia dalam kekacauan. Lukisan
ini masih ada di gedung lukisan di negeri itu; maka
dihadiskan, 'Carilah ilmu, walau ke Cina!'
Tetapi terhadap pengejawantahan itu tak begitu banyak
ribut-ribut di dunia mengenai Wujud yang penah rahasia ini.
Tanda akan adanya itu membuktikan keagungannya. Semua jiwa
menyimpan kesan gambaran angan tentang bulunya. Karena
penggambaran tentang Simurgh tanpa kepala maupun
ekor, tanpa awal maupun akhir, maka tak perlu pemerian lebih
lanjut. Kini siapa pun di antara kalian yang hendak menempuh
perjalanan yang kusebutkan, siapkan diri dan injakkan kaki
di Jalan itu."
Setelah Hudhud selesai bicara, dengan bersemangat
burung-burung pun mulai membicarakan keagungan Raja itu, dan
dicekam keinginan hendak menjadikan Raja itu penguasa
mereka, maka tak sabar mereka pun ingin berangkat. Mereka
memutuskan untuk pergi bersama-sama; masing-masing pun
menjadi kawan bagi yang lain dan menjadi lawan dirinya
sendiri. Tetapi ketika mereka mulai menyadari betapa jauh
dan pedihnya perjalanan mereka nanti, maka mereka pun
ragu-ragu, dan meskipun jelas mereka berkemauan baik, namun
mereka mulai berdalih menyatakan keberatan, masing-masing
sesuai dengan wataknya.
Catatan kaki:
1 Artinya, "Dengan nama
Tuhan". Pada paruh burung Hudhud ada tanda yang menyerupai
huruf-huruf Parsi "Bismillah".
2 Kaf = barisan
gunung yang melingkungi bumi.
3 Simurgh = Juga
disebut Sen-Simurgh, burung raksasa. Dalam
Mahabarata, Garuda. Ada dua Simurgh. Yang satu
tinggal di gunung Elbruz di Pegunungan Kaukasus, jauh dari
manusia. Sarangnya terbuat dari tiang-tiang gading, kayu
cendana dan gaharu. Ia dapat bicara dan bulu-bulunya
memiliki daya-daya magis. Ia merupakan lambang Tuhan dan
pelindung para pahlawan. Simurgh yang lain ialah
gergasi yang menakutkan, yang juga tinggal di sebuah gunung,
tetapi ia menyerupai awan hitam.
(sebelum, sesudah)
|