|
|
Tiga orang guru sufi yang telah bertekad hendak mendapatkan kebenaran sampai ke rumah salah seorang dari guru-guru yang ternama. *) Mereka memohon pertolongan dari sang guru. Sebagai jawaban, sang guru membawa mereka ke dalam kebunnya. Ia mengambil sebuah ranting kayu mati, menuju petak-petak kebunnya dan menebas kembang-kembang dari pohon-pohon yang menjulang. Ketika mereka kembali ke dalam rumah, sang guru arif bijaksana duduk beserta siswa-siswanya dan bertanya: "Apakah makna dari perbuatanku itu? Barang siapa di antara kamu memberi penafsiran yang benar akan menerima pengajaranku". Guru sufi yang pertama menjawab: "Penafsiranku terhadap pelajaran tadi adalah "manusia-manusia yang menyangka bahwa mereka lebih banyak mengetahui daripada orang-orang lain harus disamaratakan dengan orang-orang lain dalam menerima pengajaran"." Guru sufi yang kedua menjawab: "Pemahamanku mengenai perbuatanmu tadi adalah "sesuatu yang terlihat indah mungkin tidak penting dalam totalitasnya"." Guru sufi yang ketiga menjawab: "Akan kuterangkan bahwa semua perbuatanmu itu menunjukkan "sebuah benda mati, bahkan sebuah ranting pengetahuan yang dipergunakan secara berulang-ulang, masih dapat mencelakakan benda-benda yang hidup"." Sang guru berkata: "Kalian semua kuterima sebagai murid karena setiap orang di antara kalian memiliki penafsiran. Tak seorang pun di antara kalian mengetahui makna yang selengkapnya dan bersama-sama semua penafsiran-penafsiran kalian belumlah sempurna, namun masing-masing telah mengemukakan sebuah kebenaran." *) Yang dimaksudkan adalah Mir Alishan Nawai.
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Please direct any suggestion to Media Team |