Kebebasan Wanita

oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

5. Sikap Rendah Hati dan Tanggung Jawab Ilmiah Aisyah r.a.

Syuraih bin Hani berkata: "Aku pernah bertanya kepada Aisyah tentang mengusap sepatu ketika berwudhu. Aisyah berkata: 'Datanglah kepada Ali, sebab dia lebih tahu daripadaku mengenai masalah itu.' Menurut satu riwayat: 'Sebab dia pernah bepergian bersama Rasulullah saw.' Lalu aku mendatangi Ali. Ali menceritakan dari Nabi saw. bahwa tiga hari tiga malam untuk orang yang musafir dan satu hari satu malam untuk orang yang mukim ..." (HR Muslim)279

Dari Kuraib dikatakan bahwa Ibnu Abbas, Miswar bin Makhramah, dan Abdurrahman bin Azhar r.a. menyuruhnya menemui Aisyah r.a.. Mereka berkata: "Sampaikanlah salam kami kepadanya, dan tanyakan kepadanya mengenai dua rakaat shalat sesudah asar serta katakan kepadanya bahwa kami mendengar kabar kalau engkau (Aisyah) juga melakukannya, padahal kami dengar Rasulullah saw. melarangnya." Ibnu Abbas berkata: "Waktu itu aku sedang bersama Umar ibnul Khattab segera beranjak meninggalkan tempat untuk menjauh."

Selanjutnya Kuraib berkata: "Aku pergi menemui Aisyah r.a. dan menyampaikan apa yang mereka pesankan kepadaku. Aisyah berkata: 'Kamu tanyakan saja kepada Ummu Salamah.' Lalu aku pulang menemui orang-orang yang menyuruhku tadi dan aku beritahu apa jawaban Aisyah. Mereka kemudian kembali menyuruhku menemui Ummu Salamah r.a. guna menanyakan hal yang sama. Ummu Salamah berkata r.a.: 'Aku memang pernah mendengar Rasulullah saw. melarangnya. Namun kemudian aku juga pernah melihat beliau melakukannya setelah shalat asar. Setelah itu beliau masuk ke rumah yang pada saat itu aku sedang bersama beberapa wanita Bani Haram dari kalangan Anshar Lalu aku mengutus seorang budak perempuan kepada Rasulullah saw.' Kepadanya aku katakan: 'Berdirilah kamu di samping beliau dan katakanlah kepada beliau seperti ini: "Ummu Salamah berkata padamu, wahai Rasulullah: 'Aku pernah mendengarmu melarang mengerjakan yang dua rakaat ini, tetapi aku lihat engkau sendiri melakukannya? Seandainya beliau memberi isyarat dengan tangannya maka tunggulah dulu." Lalu budak perempuan itu melaksanakan apa yang kuperintahkan, dan ternyata beliau memberi isyarat dengan tangannya, maka budak perempuan itu mundur. Kemudian setelah beliau selesai mengerjakan shalat dua rakaat itu beliau berkata: 'Wahai putri Abu Umayyah, kamu pasti ingin menanyakan shalat dua rakaat yang sesudah asar itu. Ketahuilah bahwa tadi ada beberapa orang dari Suku Abdul Qais datang kepadaku. Aku sibuk melayani mereka sehingga tidak sempat melakukan shalat dua rakaat setelah zuhur. Maka dua rakaat yang aku kerjakan sekarang adalah pengganti dua rakaat setelah zuhur yang ketinggalan itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)280

Ibrahim berkata: "Aku berkata pada al-Aswad: 'Apakah kamu sudah pernah menanyakan kepada Aisyah mengenai bejana apa yang tidak baik digunakan sebagai tempat penyimpanan anggur?'" Aswad berkata: "Pernah. Aku bertanya padanya seperti ini: 'Wahai Ummul Mukminin, tempat apakah yang dilarang Nabi saw. menyimpan anggur?' Aisyah menjawab: "Sama seperti larangan yang beliau berlakukan terhadap kami ahlul bait (keluarga Nabi saw.), yaitu bejana dari labu air dan bejana yang dicat dengan ter (gala-gala)." Aku bertanya: "Mengapa kamu tidak menyebutkan bejana tempayan dan yang sejenisnya?" Dia menjawab: "Aku hanya mau menceritakan kepadamu apa yang pernah aku dengar. Apakah aku harus menceritakan apa yang belum pernah aku dengar?" (HR Bukhari)281

6. Minat Aisyah untuk Mencapai Ketinggian Derajat

a. Sebelum Ayat Hijab Diturunkan

Anas r.a. berkata: "Ketika terjadi tragedi dalam Perang Uhud, banyak prajurit Islam yang lari meninggalkan Nabi saw. Aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim sibuk sekali melayani pasukan. Mereka menyingsingkan pakaian sehingga kelihatan olehku gelang-gelang kaki mereka. Dengan langkah cepat mereka mengangkat girbah air di atas punggung mereka untuk memberi minum pasukan Islam. Kemudian pergi lagi mengisi girbah air tersebut, lalu datang lagi untuk memberi minum pasukan sampai isi girbah itu kosong ..." (HR Bukhari dan Muslih)282

b. Setelah Ayat Hijab Diturunkan

Aisyah r.a. berkata: "Wahai Rasulullah, kami melihat bahwa jihad itu adalah amalan yang paling afdal. Apakah kami tidak boleh ikut berjihad?" Nabi saw. menjawab: "Kalian mempunyai jihadyang paling afdal, yaitu haji mabrur." Menurut satu riwayat:283 "Apakah kami tidak boleh berperang dan berjihad bersamamu?" Lalu Nabi saw. menjawab: "Tetapi jihad yang lebih baik dan lebih indah bagi kalian adalah haji, yaitu haji mabrur." Selanjutnya Aisyah berkata: "Setelah mendengar apa yang dikatakan Rasulullah saw. ini aku tidak pernah lagi meninggalkan haji." (HR Bukhari)284

Aisyah r.a. berkata: "Aku pernah bepergian bersama Rasulullah saw. dengan mengenakan ihram untuk melaksanakan haji pada bulan-bulan haji dan pada musim kaji. Sesampainya di desa Saraf (yang terletak sekitar 10 km dari Mekah), Nabi saw. berkata kepada para sahabatnya: 'Barangsiapa di antara kalian yang tidak membawa hewan sembelihan, maka tidak boleh.' Ketika itu bersama Nabi saw. ada beberapa orang sahabat beliau yang mempunyai hewan sembelihan, tetapi mereka tidak melakukan umrah. Lantas Nabi saw. menemuiku, sementara aku ketika itu sedang menangis. Beliau bertanya: 'Mengapa kamu menangis?' Aku menjawab: 'Aku mendengarmu berkata kepada para sahabatmu apa yang telah kamu katakan itu, ketika kamu melarang mengerjakan umrah.'" Menurut satu riwayat disebutkan bahwa Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah, apakah orang-orang kembali dengan dua pahala, sementara aku hanya dengan satu pahala?"285 Menurut satu riwayat lagi Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah, orang-orang mengerjakan dua ibadah, sementara aku cuma satu ibadah?"286 Nabi saw. berkata: "Memangnya ada apa denganmu?" Aisyah menjawab: "Aku sedang tidak boleh shalat." Nabi saw. berkata: "Itu tidak jadi soal bagimu dan tidak ada hubungannya dengan masalah putri-putri Adam yang lain. Allah mencatat pahala untukmu seperti yang Dia catat untuk mereka. Karena itu, teruskanlah hajimu. Mudah-mudahan saja Allah memberimu pahala yang penuh." Aisyah berkata: "Akhirnya aku meneruskan hajiku sampai aku mengerjakan nafar di Mina. Kemudian kami singgah di Muhashshab (oase dekat Mina). Kemudian Nabi saw. memanggil Abdurrahman dan berkata: "Bawalah saudara perempuanmu ini ke tanah Haram dan berihramlah untuk umrah!" (HR Bukhari dan Muslim)287

7. Penuturan Aisyah r.a. tentang Kelebihan Keluarga Rasulullah saw.

Aisyah berkata: "Tidak ada rasa cemburuku terhadap salah seorang istri-istri Nabi saw. yang melebihi rasa cemburuku terhadap Khadijah, padahal aku tidak pernah melihat (bertemu dengan)nya. Akan tetapi (rasa cemburuku itu timbul karena) Nabi saw. seringkali menyebut-nyebutnya. Bahkan beliau sering menyembelih seekor kambing, lalu memotongnya menjadi beberapa bagian, kemudian mengirimkannya kepada teman-teman Khadijah." Terkadang aku berkata kepada Rasulullah saw.: 'Seolah-olah tidak ada di dunia ini wanita selain Khadijah?' Beliau berkata: 'Sesungguhnya dia (adalah wanita yang utama), dan dia (adalah wanita yang bijaksana) dan darinyalah aku mendapatkan anak.'" (HR Bukhari dan Muslim)288

Aisyah berkata: "... lalu istri-istri Nabi saw. menyuruh Zainab binti Jahasy, istri Nabi saw. Dialah yang selalu bersaing denganku untuk mengambil tempat di hati Rasulullah saw. Dia memang wanita yang pandai dalam soal agama, sangat takut kepada Allah, bicaranya sangat jujur, suka melakukan silaturrahim, senang memberikan sedekah, serta tidak segan-segan mengorbankan tenaganya untuk amal sedekah dan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Ta'ala. Hanya sayangnya, dia adalah wanita yang lekas marah apabila ada sesuatu yang mengganjalnya. Akan tetapi dia cepat pula memaafkan." (HR Muslim)289

Hisyam, dari ayahnya, mengatakan bahwa Hassan bin Tsabit termasuk orang yang berlebihan terhadap Aisyah (menyangkut kasus berita bohong). Ketika aku mencaci maki dia, Aisyah menegurku seraya berkata: "Biarkan saja dia, wahai keponakanku. Sesungguhnya dia adalah orang yang pernah membela Rasulullah saw." (HR Bukhari dan Muslim)290

Urwah bin Zubair berkata: "... Aisyah tidak suka kalau Hassan bin Tsabit (yang terlibat dalam kasus berita bohong) dicaci maki di hadapanku, dan dia berkata bahwa Hassanlah yang pernah berkata: 'Sesungguhnya ayahku, orang tua ayahku, dan kehormatanku ... siap menjaga kehormatan Muhammad dari serangan kalian.'" (HR Bukhari dan Muslim)291

8. Sifat Zuhud dan Pemurah Aisyah r.a.

Auf bin Thufail, kemenakan Aisyah dari jalur ibu, mengatakan bahwa ada yang bercerita kepada Aisyah bahwa Abdullah bin Zubair berkata mengenai jual beli atau suatu pemberian yang diberikan Aisyah: "Demi Allah, hendaklah Aisyah berhenti melakukannya atau dia akan aku diamkan (tidak aku sapa) selama-lamanya." Di dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Zubair adalah orang yang paling disenangi Aisyah setelah Nabi saw. dan Abu Bakar. Abdullah bin Zubair adalah orang yang paling baik terhadap Aisyah. Aisyah tidak pernah menahan rezeki Allah yang datang kepadanya kecuali dia sedekahkan.292 Aisyah berkata: "Benarkah Abdullah bin Zubair mengucapkan kata-kata itu?" Para sahabat menjawab: "Benar." Aisyah berkata: "Demi Allah, aku bernazar tidak akan berbicara dengan Ibnu Zubair selama-lamanya."

Akhirnya Ibnu Zubair meminta bantuan seseorang untuk menyelesaikan masalahnya dengan Aisyah. Aisyah berkata: "Demi Allah, aku tidak menerima bantuan seseorang untuk menengahi kasus Ibnu Zubair ini dan aku tidak mau melanggar nazarku." Karena Ibnu Zubair merasa sudah lama sekali tidak bertegur sapa dengan Aisyah, akhirnya dia mencoba berbicara dengan Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman ibnul Aswad bin Abdi Yaghuts. Keduanya adalah dari Bani Zuhrah. Ibnu Zubair berkata kepada mereka: "Demi Allah, aku betul-betul berharap agar kalian bersedia membawaku menemui Aisyah, sebab tidaklah halal (baik) baginya bernazar untuk memutuskan hubungan denganku." Mereka menerima permintaan Ibnu Zubair. Setelah memakai jubah mereka berangkat menuju rumah Aisyah. Sampai di situ mereka mengucapkan: "Assalamu'alaikom warahmatullahi wabarakatuh, apakah kami boleh masuk?" Aisyah menjawab: "Silakan!" Mereka bertanya: "Apakah semua kami?" Aisyah menjawab: "Ya, silakan masuk semuanya!" Sementara Aisyah tidak tahu bahwa bersama mereka ada Ibnu Zubair. Setelah mereka masuk, Ibnu Zubair segera masuk menembus hijab pembatas dan langsung mendekati Aisyah, dan sambil menangis dia meminta Aisyah memaafkannya. Demikian pula halnya dengan Miswar dan Abdurrahman. Mereka terus memohon Aisyah agar mau berbicara dan menerima kedatangan Ibnu Zubair, dan mereka mengatakan bahwa Nabi saw., seperti yang kalian ketahui, melarang pemutusan tegur sapa, dan tidaklah halal (boleh) bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Setelah mereka berbicara panjang lebar untuk mengingatkan dan mendesak Aisyah, akhirnya sambil menangis Aisyah berkata: "Sesungguhnya aku sudah bernazar dan nazarku itu sangat berat." Tetapi mereka tetap bersikeras meminta dan mendesak Aisyah sehingga akhirnya Aisyah bersedia berbicara dengan Ibnu Zubair. Untuk menebus nazarnya itu, dia memerdekakan empat puluh orang budak. Ketika ingat akan nazarnya itu setelah kejadian tersebut, Aisyah menangis sehingga air matanya bercucuran membasahi kerudungnya." (HR Bukhari)293

9. Sifat Wara Aisyah r.a.

Amr bin Maimun al-Audi berkata: "Aku melihat Umar ibnul Khattab r.a. berkata: 'Wahai Abdullah bin Umar, pergilah ke tempat Ummul Mukminin, Aisyah r.a., dan katakanlah kepadanya bahwa Umar ibnul Khattab menyampaikan salam, kemudian tanyakan kepadanya bagaimana kalau aku dimakamkan bersama kedua sahabatku (yakni Rasulullah saw. dan Abu Bakar).' Aisyah berkata: 'Sebenarnya aku ingin tempat itu untukku. Tetapi hari ini biarlah aku mengalah untuk mengabulkan permintaan Umar.' Setelah kembali kepada ayahnya, Umar bertanya kepada Abdullah: 'Apa berita yang kamu bawa?' Abdullah bin Umar menjawab: 'Wahai Amirul Mukminin, Aisyah mengizinkannya untukmu." Umar ibnul Khattab berkata: "Tidak satu pun yang lebih penting bagiku sekarang selain tempat berbaring di dekat kedua sahabatku itu. Apabila nyawaku sudah dicabut, maka kalian bawalah aku kepada Aisyah dan ucapkanlah salam kepadanya, kemudian katakan: 'Umar ibnul Khattab meminta izin dan seandainya dia (Aisyah) mengizinkan, maka kuburkanlah aku di sana, dan jika tidak, maka bawalah aku kembali ke pemakaman kaum muslimin.'" (HR Bukhari)294

Ibnu Abi Malikah berkata: "Ibnu Abbas meminta izin menjenguk Aisyah sebelum dia meninggal dunia, yaitu ketika Aisyah sedang sekarat. Aisyah berkata: 'Aku khawatir kalau aku dipuji ...' Berikutnya masuk Ibnu Zubair. Lalu Aisyah berkata: 'Ibnu Abbas masuk, lalu dia memujiku. Sebenarnya aku ingin menjadi orang yang dilupakan dan terlupakan.'" (HR Bukhari)295 Dari Aisyah dikatakan bahwa dia berkata kepada Ibnu Zubair: "Kuburkanlah aku bersama sahabat-sahabatku (istri-istri Rasulullah saw.), dan janganlah aku dikuburkan bersama Nabi saw., sebab aku tidak suka kalau diriku dipuji-puji." (HR Bukhari)296

10. Keberanian Aisyah

Jika sikap Aisyah ketika Perang Uhud yang ketika itu dia ikut melayani pasukan, memanggul girbah air di atas punggungnya, sedangkan waktu itu dia baru berusia sebelas tahun, maka sekarang mari kita perhatikan pula bagaimana sikapnya pada waktu terjadinya Perang Khandaq setelah dia berusia dua belas tahun. Aisyah berkata: "Pada hari terjadinya Perang Khandaq, aku keluar mengikuti jejak pasukan Islam. Tiba-tiba aku mendengar deru suara hentakan kaki di bumi. Ketika menoleh, ternyata aku melihat ada Sa'ad bin Mu'adz datang bersama keponakannya, Harits bin Aus yang memakai perisai. Aku segera duduk di tanah. Maka lewatlah Sa'ad yang ketika itu memakai baju besi. Ujung-ujung baju besinya terlihat terlepas. Sambil berjalan Sa'ad melantunkan syair rajaz yang bunyinya seperti berikut:

Semoga untukku merasakan sedikit bagaimana rasanya perang...
Alangkah indahnya bila tiba ajal

Aku berdiri, lalu bergegas masuk taman. Ternyata di situ sudah ada sekumpulan orang Islam, di antaranya Umar ibnul Khattab, dan salah seorang dari mereka adalah laki-laki yang memakai topi baja. Umar berkata kepadaku: 'Mengapa kamu datang ke sini? Astaghfirullah, kamu ini betul-betul nekad. Siapa yang bisa melindungimu kalau tiba bencana atau tempat ini tiba-tiba berubah menjadi kancah peperangan?'"Aisyah berkata: "Umar terus mengata-ngataiku, sehingga aku berharap kiranya bumi ini terbelah, lalu aku terperosok ke dalamnya." Selanjutnya Aisyah berkata: "Lalu laki-laki yang memakai topi baja tadi mengangkat topi baja yang menutupi mukanya. Rupanya dia adalah Thalhah bin Ubaidillah. Thalhah berkata: "Wahai Umar, kamu sudah terlalu banyak berbicara kepadanya. Kemana lagi mau pergi atau lari selain kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia?" Aisyah berkata; "Lalu salah seorang laki-laki musyrik dari kalangan Quraisy, namanya Ibnul Irqah, membidik Sa'ad dengan anak panahnya. Ibnul Irqah berkata kepada Sa'ad: "Terimalah ini olehmu. Aku adalah Ibnul Irqah." Ibnul Irqah membidik tepat pada lengan Sa'ad sehingga memutuskan urat nadinya. Lantas Sa'ad memanjatkan doa kepada Allah SWT seraya memohon: "Ya Allah, janganlah Engkau matikan aku hingga hatiku senang membalas Bani Quraizhah." Aisyah berkata; "Mereka dahulunya adalah sekutu pada zaman jahiliah." Kemudian Aisyah berkata; "Kemudian darah luka Sa'ad berhenti mengalir. Setelah itu Allah SWT mengirimkan angin topan ke arah orang-orang musyrik, sehingga orang-orang mukmin memenangkan peperangan tersebut. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (HR Ahmad)297

Umar ibnul Khattab berkata bahwa dia datang menemui Hafshah, lalu berkata: "Wahai putriku, sesungguhnya kamu sudah membuat ulah terhadap Rasulullah sehingga membuat beliau murung seharian." Hafshah berkata: "Memang benar, kami telah membuat ulah terhadap Rasulullah saw." Aku (Umar) berkata: "Bukankah kamu sudah tahu bahwa aku pernah memperingatkanmu dari siksa Allah dan murka Rasulullah? ... Kemudian Umar menemui Aisyah dan berkata: "Wahai putri Abu Bakar, sudah cukupkah kamu dalam menyakiti Rasulullah?" Aisyah menjawab: "Apa urusanmu denganku, wahai putra al-Khattab? Urus sajalah aibmu sendiri (maksudnya aib putrimu sendiri)." (HR Muslim)298

Abu Maryam (yaitu) Abdullah Ibnu Ziyad al-Asadi berkata: "Ketika Thalhah, az-Zubair, dan Aisyah berangkat menuju Bashrah, Ali mengutus Ammar bin Yasir dan Hasan bin Ali. Lalu kedua orang ini datang kepada kami di Kufah, lalu keduanya naik mimbar. Hasan bin Ali berada di mimbar paling atas, sementara Ammar berdiri di tempat yang lebih rendah daripada Hasan. Kami berkumpul ke tempat Hasan. Lalu aku mendengar Ammar berkata: 'Sesungguhnya Aisyah sudah berangkat ke Bashrah, dan demi Allah, dia adalah istri Nabi kalian baik di dunia maupun di akhirat. Akan tetapi Allah SWT menguji kalian apakah kepada-Nya kalian taat atau kepada Aisyah."' (HR Bukhari)299

11. Benar dalam Meriwayatkan Hadits

Aisyah berkata: "Tidakkah kalian berminat mendengar ceritaku mengenai aku dan mengenai Rasulullah saw.?" Kami menjawab: "Tentu saja."... Lantas Aisyah bercerita: "Pada malam ketika Rasulullah saw. berada di tempatku, beliau berbalik untuk meletakkan selendangnya, melepaskan kedua terompahnya, dan meletakkannya di samping kedua kakinya. Selanjutnya beliau bentangkan ujung kainnya, lalu beliau tidur-tiduran. Tidak berapa lama kemudian, ketika beliau menyangka aku telah tidur, beliau mengambil selendangnya pelan-pelan, memakai terompah pelan-pelan, lalu beliau membuka pintu dan keluar, kemudian menutupnya pelan-pelan. Aku memasang pakaianku di kepala, memakai kerudung, dan mengenakan kainku. Kemudian aku berangkat mengikuti beliau. Ketika beliau sampai di Baqi', beliau berdiri lama, lalu mengangkat tangan tiga kali. Kemudian beliau berlalu, aku pun ikut berlalu. Ketika beliau mempercepat langkahnya, aku juga mempercepat langkahku. Beliau lebih cepat lagi, aku juga lebih cepat lagi. Akhirnya aku lebih dahulu sampai dan masuk rumah. Begitu aku berbaring, beliau masuk. Beliau bertanya: 'Mengapa nafasmu naik turun, wahai Aisyah?' Aku menjawab: 'Tidak apa-apa.' Beliau berkata: '(Silakan pilih) kamu sendiri yang memberitahuku atau Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Tahu yang akan memberitahuku?' Aisyah berkata: 'Ya Rasulullah, demi ibu bapakku, aku akan memberitahumu.' Lalu aku memberitahu beliau apa yang terjadi.' Beliau bertanya: 'Jadi engkaukah sosok hitam yang aku lihat di depanku tadi?' aku jawab: 'Ya.' Lalu beliau menyodok dadaku hingga membuatku kesakitan. Kemudian beliau bertanya: 'Apakah engkau menyangka bahwa Allah dan Rasul-Nya akan menzhalimi kamu?' Aisyah menjawab: 'Betapapun manusia berusaha menyembunyikan, Allah pasti mengetahuinya. Memang benar demikian.' Selanjutnya Rasulullah saw. menceritakan: 'Jibril datang kepadaku ketika engkau melihat. Dia memanggilku dengan menyembunyikannya (merahasiakannya) darimu. Akupun menjawabnya secara rahasia pula. Dia tidak mau masuk, karena engkau telah melepas pakaianmu, lalu aku menyangka engkau telah tidur. Aku tidak ingin membangunkanmu dan aku khawatir engkau akan merasa kelelahan.' Dia (Jibril) berkata: 'Sesungguhnya Tuhanmu memerintahkanmu untuk datang kepada ahli Baqi' dan memintakan ampun untuk mereka.' Aisyah bertanya: 'Bagaimana aku mengucapkan untuk mereka, ya Rasulullah?' Rasulullah saw. menjawab: 'Ucapkanlah ...

Semoga keselamatan tetap atas kalian, penghuni perkampungan dari kaum mukminin dan muslimin dan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kami dan yang kemudian. Dan kami Insya Allah akan menyusul.'" (HR Muslim)300

Aisyah r.a. berkata: "Rasulullah saw. itu senang madu dan sesuatu yang manis-manis. Setiap kali selesai melakukan shalat asar beliau biasanya menemui istri-istrinya. Ketika datang giliran Hafshah, beliau lama sekali berada di sisinya, sehingga aku merasa cemburu. Ketika hal itu aku tanyakan, ada seseorangg yang menjelaskan bahwa Hafshah mendapat hadiah semangkuk madu dari salah seorang perempuan dari kaumnya. Haishah menyuguhkan sebagian dari madu itu kepada Rasulullah saw. Aku berkata dalam hati: 'Tunggu, akan aku lakukan suatu siasat untuk beliau.'" Lalu aku katakan kepada Saudah binti Zam'ah: "Beliau akan datang ke tempatmu. Bila beliau sudah berada di tempatmu, maka katakanlah kepada beliau: 'Apakah engkau habis makan maghafir (getah kayu yang dijadikan bahan perekat. Rasanya manis, tetapi baunya tidak sedap)? Beliau pasti akan bilang: 'Tidak.' Lalu kamu katakan pada beliau: 'Bau apa ini yang aku cium darimu?' Beliau pasti akan menjawab: 'Hafshah menyuguhkan minuman madu untukku.' Lalu katakan kepada beliau: 'Oh, barangkali lebahnya bersarang di pohon urfuth (nama kayu yang menghasilkan getah maghafir).' Hal semacam ini juga akan aku sarankan kepada Shafiyyah untuk melakukannya." Aisyah berkata bahwa Saudah berkata: "Sungguh, begitu beliau sudah berdiri di pintu masuk, aku ingin memulai apa yang kamu perintahkan itu karena aku takut kepadamu." Tatkala Rasulullah saw. menghampiri Saudah, Saudah langsung berkata pada beliau: "Wahai Rasulullah, apakah engkau habis makan maghafir?" Beliau menjawab: "Tidak." Saudah berkata: "Lalu bau apa yang kucium darimu ini?" Beliau menjawab: "Aku baru saja disuguhi minuman madu oleh Hafshah." Aku (Saudah) berkata: "Oh, barangkali lebahnya bersarang di pohon urfuth." Ketika beliau datang ke rumahku, pertanyaan tersebut aku sampaikan kepada beliau. Ketika beliau datang ke rumah Shafiyyah, Shafiyyah juga menyampaikan pertanyaan serupa. Kemudian ketika tiba giliran beliau ke rumah Hafhsah kembali, Hafshah berkata. "Wahai Rasulullah, apakah engkau mau aku suguhkan kembali minuman madu untukmu?" Beliau berkata: "Aku sudah tidak menginginkannya lagi." Aisyah berkata bahwa Saudah berkata: "Demi Allah, berarti kita sudah mengharamkannya." Aku berkata: "Sudah, diam kamu!" (HR Bukhari dan Muslim)301

Aisyah, Ummul Mukminin, mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda ketika sewaktu beliau sakit: "Suruhlah Abu Bakar shalat bersama orang-orang." Aisyah berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar, apabila dia menempati tempatmu, dia tidak dapat memperdengarkan suaranya kepada orang-orang karena dia suka menangis. Sebaiknya suruh saja Umar shalat bersama orang-orang. Namun beliau tetap berkata: 'Suruhlah Abu Bakar shalat bersama orang-orang.'" Aisyah berkata: "Akhirnya aku berkata kepada Hafshah: 'Katakanlah kepada beliau bahwa sesungguhnya Abu Bakar itu orangnya sangat mudah sedih. Apabila dia berdiri menempati tempatmu, dia tidak akan bisa memperdengarkan suaranya kepada orang-orang karena menangis. Karena itu sebaiknya suruh saja Umar shalat bersama orang-orang.'" Lalu Hafshah menyampaikan usulan Aisyah kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw. berkata: "Sudahlah, kalian ini benar-benar temannya Yusuf. Suruh saja Abu Bakar supaya shalat bersama orang-orang!" Hafshah berkata kepada Aisyah: "Maaf, aku tidak bisa melaksanakan perintahmu dengan baik."

Dalam satu riwayat302 disebutkan: "Aisyah berkata: 'Sungguh aku telah meminta pertimbangan kepada Rasulullah saw. mengenai hal itu (dijadikannya Abu Bakar sebagai imam). Dan tidak ada yang mendorongku untuk sering minta pertimbangan beliau selain karena aku merasa bahwa orang-orang sesudah beliau tidak menyukai seseorang yang menggantikan kedudukan beliau selamanya , dan aku pun berpendapat bahwa tidak seorang pun yang menempati kedudukan beliau melainkan orang-orang merasa pesimis terhadapnya. Oleh karena itulah aku ingin agar beliau membatalkan pilihan beliau untuk Abu Bakar." (HR Bukhari dan Muslim)303

12. Ujian Berat dan Kasus Berita Bohong

Aisyah r.a. berkata: "Apabila akan bepergian, biasanya Rasulullah saw. mengadakan undian di antara istri-istri beliau. Barangsiapa yang nomor undiannya keluar, dialah yang akan ikut berangkat bersama Rasulullah saw." Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw. mengadakan undian di antara kami pada suatu peperangan yang beliau ikuti. Ternyata nomorku yang keluar. Akhirnya aku berangkat bersama Rasulullah saw. setelah turunnya ayat hijab. Aku diangkut dan ditempatkan di dalam sekedup, lalu kami berangkat. Hingga ketika Rasulullah saw. sudah selesai dan kembali dari peperangan itu, dan ketika itu kami sudah mendekati kota Madinah untuk kembali, maka beliau mengumumkan pemberangkatan pada malam hari. Aku berdiri pada saat mereka mengumumkan pemberangkatan, lalu aku berjalan sehingga melewati para prajurit. Setelah selesai menunaikan hajat aku kembali ke tempat barang bawaanku. Ketika aku raba dadaku, ternyata kalungku yang terbuat dari manik-manik zhifar (Zhifar adalah nama sebuah kota yang terletak di belahan paling timur Yaman) putus. Aku kembali untuk mencari kalungku itu sehingga waktuku banyak habis untuk mencarinya." Aisyah berkata: "Lalu datang orang-orang yang tadinya membawaku pergi, mereka langsung menaikkan sekedupku dan memberangkatkannya dengan unta yang tadinya aku kendarai. Mereka mengira bahwa aku ada di dalam sekedup itu. Berat badan wanita ketika itu tidak terlalu berat karena mereka kurus, tidak dibalut daging, dan hanya makan sedikit, sehingga mereka tidak merasakan ringannya sekedup di saat mengangkat dan menaikkannya (ke atas untukku). Apalagi aku pada saat itu masih kecil dan muda belia. Lalu mereka membangunkan untuku dan mereka pun berjalan. Sementara aku baru menemukan kalungku setelah para prajurit berlalu. Aku datang ke tempat persinggahan mereka, namun di sana tidak seorang pun yang memanggil dan menjawab. Aku pergi menuju ke tempat persinggahan semula, dan aku mengira bahwa mereka akan kehilanganku, lalu mereka akan kembali mencariku di tempat itu.

Pada saat aku duduk di tempat persinggahanku, mataku mengantuk, lalu tertidur. Ternyata Shafwan bin Mu'attal as-Sulami kemudian Dzakwani berada di belakang para serdadu. Pada pagi harinya dia sampai di tempat persinggahanku. Dia melihat sosok hitam seseorang yang sedang tidur. Begitu melihatku, dia langsung mengenaliku, sebab dia pernah melihatku sebelum turunnya ayat hijab. Aku terbangun ketika dia mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un begitu dia mengenaliku. Aku bergegas menutupi wajahku dengan jilbabku. Demi Allah, kami tidak berbicara sepatah kata pun dan aku tidak mendengar satu kata pun yang dia ucapkan selain ucapan inna lillah tersebut. Dia turun, lalu menderumkan untanya. Kemudian dia menginjak kaki depan untanya. Aku lekas bangkit dan naik ke atas untanya. Lalu ia menuntun untanya hingga kami sampai ke tempat para prajurit yang sedang berhenti untuk istirahat pada siang hari yang sangat terik."

Aisyah berkata: "Binasalah orang yang binasa. Orang yang merekayasa berita bohong itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul." Urwah berkata: "Saya diberitahu bahwa berita bohong itu disiarkan dan dibicarakan di dekatnya (Ibnu Ubay bin Salul). Lalu dia mengakui, mendengarkan, dan membahasnya." Selanjutnya Urwah berkata: "Para pembawa berita bohong itu tidak ada yang disebutkan namanya selain Hassan bin Tsabit, Misthah bin Utsatsah, dan Hamnah binti Jahsy serta lainnya yang tidak kuketahui selain bahwa mereka itu adalah sekelompok orang sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah Ta'ala."

Urwah berkata: "Aisyah tidak suka Hassan dicerca di hadapannya dan Aisyah mengatakan bahwa Hassan adalah orang yang pernah berkata: 'Sesungguhnya ayahku, orang tua ayahku, dan kehormatanku ... siap menjaga kehormatan Muhammad dari serangan kalian.'

Aisyah berkata: "Lalu kami tiba di Madinah. Aku ditimpa sakit sesampainya di Madinah selama satu bulan. Sementara orang-orang terpengaruh dengan ucapan para pembawa berita bohong itu. Sedangkan aku tidak tahu sedikit pun mengenai semua itu. Hal yang mulai membuatku curiga adalah bahwa aku tidak melihat lagi kelemah-lembutan Rasulullah saw. seperti yang pernah aku lihat ketika aku sakit. Ketika masuk menemuiku, beliau hanya mengucapkan salam lalu bertanya: 'Bagaimana keadaanmu,' lalu beliau berpaling. Hal itulah yang membuatku mulai curiga. Namun aku belum tahu berita buruk yang sedang berkembang, sehingga ketika sembuh dari sakit, aku langsung saja keluar. Aku keluar bersama Ummu Misthah ke daerah Manashi' (yang terletak di luar kota Madinah). Kami buang air di tempat itu. Kami tidak keluar kecuali dari satu malam ke malam berikutnya. Hal itu kami lakukan sebelum kami membuat tempat buang air di dekat rumah kami masing-masing.'" Aisyah berkata: "Tata cara hidup kami menyangkut buang air sama dengan orang-orang Arab Kuno yang tinggal di pedesaan. Kami merasa agak terganggu/kurang enak kalau tempat buang air itu dibuat di dekat rumah." Aisyah berkata: "Aku pergi bersama Ummu Misthah. Dia adalah putri Abu Rahm ibnul Muttalib bin Abdi Manaf, sementara ibunya adalah putri Shakhr bin Amir, paman Abu Bakar dari garis ibu. Sedangkan putranya adalah Misthah bin Utsatsah Abbad ibnul Muttalib. Lalu aku dan Ummu Misthah kembali ke rumahku setelah kami selesai menunaikan hajat. Kemudian Ummu Misthah tersandung baju bulunya, lalu dia berkata: 'Celakalah Misthah.' Aku berkata padanya: 'Buruk sekali apa yang kamu ucapkan. Apakah kamu mencerca seseorang yang pernah ikut serta pada Perang Badar?" Ummu Misthah berkata: 'Aisyah, Aisyah! Apakah kamu belum mendengar apa yang dia katakan?'Aisyah berkata: 'Memang apa yang dia katakan?' Lalu Ummu Misthah menceritakan apa yang diperkatakan oleh para pembawa berita bohong itu kepadaku."

Aisyah berkata: "Akhirnya sakitku bertambah parah. Ketika aku kembali ke rumah, Rasulullah saw. masuk ke tempatku. Setelah beliau mengucapkan salam, aku bertanya: 'Apakah engkau mengizinkan aku mengunjungi kedua orang tuaku?' Aisyah menambahkan: 'Aku ingin mengetahui kebenaran berita itu dari mereka berdua.'" Selanjutnya Aisyah berkata: "Rasulullah saw. mengizinkanku pergi. Lalu aku bertanya kepada ibuku: 'Wahai ibuku, apakah yang sedang diperbincangkan orang-orang.' Ibuku menjawab: 'Wahai anakku, tenanglah, demi Allah sesungguhnya sedikit sekali ada seorang wanita cantik jelita di samping seorang laki-laki yang mencintainya, sedangkan laki-laki itu mempunyai beberapa orang istri, kecuali para istrinya itu akan mempergunjingkan istrinya yang cantik itu.' Aisyah berkata: 'Subhanallah, benarkah orang-orang mempergunjingkan masalah ini?'" Aisyah berkata: "Akhirnya aku menangis malam itu sampai pagi. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir dan aku tidak bisa tidur. Kemudian pada pagi harinya aku masih menangis."

Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw. memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid pada saat wahyu terlambat turun. Beliau bertanya dan minta pendapat dari mereka berdua tentang masalah jika beliau menceraikan istrinya." Aisyah berkata: "Adapun Usamah, dia memberi isyarat kepada Rasulullah saw. sesuai dengan apa yang dia ketahui mengenai kebersihan diri Aisyah dan apa yang dia ketahui dalam dirinya mengenai para penuduh tersebut." Usamah berkata: "Mengenai istrimu, tidak kami ketahui dia selain sebagai orang yang baik dan bersih." Sementara Ali berkata: "Wahai Rasulullah, Allah tidak membuat kesempitan atasmu, dan wanita selain dia banyak sekali. Jika engkau bertanya kepada budak perempuan itu, tentu dia akan memberimu keterangan yang benar." Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw. memanggil Barirah. Kemudian beliau bertanya kepadanya: "Hai Barirah, apakah engkau pernah melihat sesuatu yang membuatmu curiga tentang Aisyah?" Barirah menjawab: "Demi yang telah mengutusmu membawa kebenaran! Jika aku melihat sesuatu padanya, tentu aku tidak akan menyembunyikannya. Dia tidak lebih dari seorang gadis muda yang tertidur di samping adonan roti keluarganya, lalu datang kambing untuk memakannya."

Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw. bangkit pada hari itu untuk meminta pembuktian dari Abdullah bin Ubay bin Salul. Dari atas mimbar beliau berkata: 'Wahai kaum muslimin, siapakah yang bisa memberi penjelasan kepadaku dan menolongku dari orang yang aku dengar telah mengganggu keluargaku? Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatu mengenai keluargaku selain kebaikan. Orang-orang juga telah menyebut-nyebut seseorang yang kuketahui baik dan tidak pernah masuk menemui keluargaku (istriku) kecuali bersamaku.'"Aisyah berkata: "Maka berdirilah Sa'ad bin Mu'adz, saudara Bani Abdul Asyhal." Dia berkata: "Aku siap menolongmu, wahai Rasulullah. Jika orang itu berasal dari saudara-saudara kami dari suku Aus akan aku penggal lehernya dan jika dari kalangan Khazraj, maka perintahkanlah kami, dan kami siap melaksanakannya." Aisyah berkata: "Maka berdirilah seseorang dari kalangan Khazraj, dan Ummu Hisan adalah putri paman orang tersebut. Laki-laki tersebut adalah Sa'ad bin Ubadah, pemimpin Suku Khazra." Aisyah berkata: "Sebelum kejadian itu, ada seorang laki-laki saleh. Akan tetapi dia terdorong oleh panggilan kesukuan dan kejahilan sehingga dia berkata kepada Sa'ad bin Mu'adz: 'Engkau bohong! Demi Allah, kamu tidak akan membunuhnya dan tidak akan mampu membunuhnya. Seandainya dia berasal dari kelompokmu, pasti kamu tidak suka dia dibunuh.'" Lalu Usaid bin Hudhair --saudara sepupu Sa'ad bin Mu'adz-- berdiri dan berkata kepada Sa'ad bin Ubadah: "Engkau bohong. Demi Allah, kami pasti akan membunuhnya. Kamu adalah orang munafik yang memperdebatkan tentang orang-orang munafik." Aisyah berkata: "Maka terjadilah pertengkaran sengit antara golongan Aus dan Khazraj sehingga hampir saja mereka saling membunuh, padahal Rasulullah saw. ketika itu masih berdiri di atas mimbar." Aisyah berkata: "Rasulullah saw. berusaha terus menenangkan mereka. Setelah mereka diam, barulah Rasulullah saw. diam pula." Aisyah berkata: "Sementara itu aku terus menangis sepanjang hari. Air mataku tidak mau berhenti mengalir dan mataku tidak bisa tidur." Aisyah berkata: "Pada pagi harinya kedua orang tuaku berada di sampingku, dan aku sudah menangis selama dua malam satu hari. Selama itu pula air mataku tidak berhenti mengalir dan mataku tidak bisa tidur, sehingga aku mengira bahwa tangisanku itu akan membelah hatiku. Ketika kedua orang tuaku duduk di sampingku dan aku masih menangis, tiba-tiba seorang wanita Anshar datang meminta izin kepadaku. Aku pun memberinya izin. Dia ikut pula menangis bersamaku." Aisyah berkata: "Ketika kami dalam keadaan demikian, tiba-tiba Rasulullah saw. masuk ke tempat kami. Beliau mengucapkan salam, kemudian duduk." Aisyah berkata: "Beliau belum pernah di sampingku semenjak munculnya peristiwa yang dipergunjingkan orang-orang itu. Hampir sebulan lamanya tidak sedikit pun wahyu turun mengenai masalahku." Aisyah berkata: "Rasulullah saw. mengucapkan syahadat ketika beliau duduk. Kemudian beliau berkata: 'Amma ba'du (selanjutnya). Wahai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku berbagai macam perkataan tentang dirimu. Jika engkau memang bersih, Allah pasti akan membersihkanmu. Tetapi kalau engkau bersalah, maka mohonkanlah ampunan dari Allah dan bertobatlah kepada-Nya! Sesungguhnya seorang hamba, apabila dia mengakui kesalahannya, kemudian dia bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya."

Aisyah berkata: "Setelah Rasulullah saw. berhenti berbicara air mataku berhenti mengalir sehingga tidak ada setetes pun lagi yang aku rasakan. Lalu aku berkata kepada ayahku: 'Jawabkanlah untukku kepada Rasulullah saw. mengenai apa yang beliau katakan itu.'" Ayahku berkata: "Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah saw." Lalu aku berkata kepada ibuku: "Jawabkanlah untukku kepada Rasulullah mengenai apa yang beliau katakan itu!" Ibuku juga berkata: "Demi Allah, aku pun tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah." Lalu aku berkata --ketika itu aku adalah seorang yang muda usia dan aku belum banyak membaca Al-Qur'an--: "Demi Allah, aku tahu benar bahwa kalian telah mendengar semua ini sehingga kalian mengakuinya dan membenarkannya. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku ini bersih, pasti kalian tidak mempercayaiku. Dan kalau aku mengakui sesuatu perkara kepada kalian, sedangkan Allah mengetahui bahwa aku bersih, tentu kalian akan mempercayaiku. Demi Allah, aku tidak menemukan perumpamaan yang tepat bagiku dan bagi kalian, kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh ayah Nabi Yusuf: 'Kesabaran yang baik itu adalah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.' Kemudian aku berpindah dan berbaring di tempat tidurku. Demi Allah, Dia tabu bahwa diriku saat itu bersih dan Allah akan membuktikan kebersihanku. Akan tetapi, demi Allah, aku tidak pernah menduga bahwa Allah akan menurunkan wahyu yang akan selalu dibaca mengenai masalahku ini. Aku kira persoalanku terlalu remeh untuk dibicarakan oleh Allah 'Azza Wa Jalla dengan wahyu yang diturunkan-Nya. Cuma saja aku berharap semoga Rasulullah saw. melihat dalam mimpi Allah membersihkan diriku dari fitnah itu. Demi Allah, Rasulullah saw. belum lagi meninggalkan tempat duduknya dan tidak seorang pun dari isi rumah yang sudah keluar, Allah sudah menurunkan wahyu kepada beliau. Tampak Rasulullah saw. merasa kepayahan seperti biasanya setiap beliau menerima wahyu, hingga keringat beliau menetes bagaikan mutiara (saat itu musim dingin) lantaran hebatnya firman yang diturunkan kepada beliau." Aisyah berkata: "Setelah keadaan seperti itu berlalu dari diri Rasulullah saw., sambil tersenyum perkataan yang pertama sekali beliau ucapkan adalah: 'Wahai Aisyah, bergembiralah, sesungguhnya Allah telah membersihkanmu!'" Aisyah berkata: "Lalu ibuku berkata kepadaku: 'Bangunlah dan pergilah ke tempat beliau!' Aku berkata: 'Demi Allah, aku tidak akan bangun ke tempat beliau. Aku tidak akan memanjatkan puji syukur selain kepada Allah 'Azza Wa Jalla.'" Aisyah berkata: "Allah menurunkan ayat-ayat berikut:

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengarkan berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: 'Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.' Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan mengapa kamu tidak berkata di waktu mendengar berita bohong itu: 'Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar. 'Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman, dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang sama keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. Dan sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Hai orang-orangyang beriman, janganlah mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tabulah mereka bahwa Allah yang Maha Benar lagi yang (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya). Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." (an-Nur: 11-26)

Allah menurunkan ayat-ayat yang menyatakan kebersihanku. Abu Bakar yang semula selalu memberi nafkah kepada Misthah karena kekerabatan dan kemiskinannya, pada saat itu mengatakan: 'Demi Allah, aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah sedikit pun selamanya sesudah apa yang dia katakan terhadap Aisyah.' Sebagai teguran atas ucapan itu Allah menurunkan ayat berikut:

"Dan janganlah orang-orangyang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kaum kerabat mereka, orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian?"

Abu Bakar menjawab: "Tentu, demi Allah, tentu saja aku ingin sekali ampunan dari Allah." Lalu Abu Bakar kembali memberikan nafkah kepada Misthah seperti sediakalanya. Dia berkata: "Aku tidak akan berhenti memberinya nafkah selama-lamanya."

Aisyah berkata: "Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Zainab binti Jahsy mengenai persoalanku ini. Beliau berkata kepada Zainab: 'Apa yang engkau ketahui' atau 'yang engkau lihat.'" Zainab berkata: "Ya Rasulullah, aku selalu menjaga pendengaran dan penglihatanku. Demi Allah, tiada yang kuketahui selain yang baik saja." Aisyah berkata: "Padahal Zainab adalah seorang di antara para istri Rasulullah saw. yang selalu berlomba denganku untuk merebut hati Rasulullah saw. Tetapi Allah telah menjaganya dengan sifat wara (jauh dari maksiat)." Aisyah berkata: "Sementara saudara perempuannya, Hamnah, bertolak belakang dengannya. Dia ikut menyebarkan berita bohong itu, sehingga dia celaka bersama orang-orang yang celaka."

Aisyah berkata: "Demi Allah, sesungguhnya lelaki yang dituduh berbuat macam-macam itu hanya berkata: 'Subhanallah, demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, aku sama sekali belum pernah membuka pakaian wanita.'" Aisyah berkata: "Akhirnya sesudah peristiwa itu dia mati syahid karena berperang di jalan Allah." (HR Bukhari dan Muslim)304

(sebelum, sesudah)


Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)
Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team