Kebebasan Wanita

oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

R. MENYEBUTKAN RUPA ATAU BENTUK WANITA

Rasulullah saw. bersabda: "Ibrahim a.s hijrah bersama Sarah. Dia memasuki suatu negeri yang dikuasai oleh seorang raja atau tirani. Lalu tersebar berita bahwa Ibrahim datang bersama seorang wanita yang paling cantik." (HR Bukhari dan Muslim)119

Abu Qilabah, dari Anas r.a., berkata bahwa Nabi saw. pernah melakukan suatu perjalanan. Yang menjadi penuntun kendaraan mereka (beberapa orang istri Nabi saw. dan Ummu Sulaim) adalah seorang budak yang bernama Anjasyah. Nabi saw. berkata kepada Anjasyah: "Wahai Anjasyah, pelan-pelan saja membawa botol-botol kaca ini (maksudnya kaum wanita)." Menurut satu riwayat120 Abu Qilabah berkata: "Rasulullah saw. mengucapkan satu perkataan yang andaikata diucapkan oleh sebagian kalian, tentulah kalian mencelanya karena mengucapkan perkataan tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)121

Syekh Ibnu Badis berkata: "Abu Qilabah (seorang imam terkenal dari kalangan fuqaha tabi'in) tahu sikap keras dan kaku orang-orang yang kepada mereka beliau ceritakan hadits ini. Sikap keras dan kaku tersebut membuat mereka menjauh dari mengucapkan kata-kata yang mensifati kaum wanita. Sikap mereka ini dijawab oleh Abu Qilabah dengan kata-kata yang diucapkan oleh Nabi saw. Ketika kalimat itu diucapkan oleh salah seorang dari mereka, tentu yang lainnya akan mencelanya. Kemudian beliau jelaskan kepada mereka bahwa kata-kata tersebut dan yang semisalnya adalah bukan karena tidak mengandung unsur keburukan, kekejian, dan tidak bermaksud jahat."122

"Umar berkata kepada Hafshah: 'Janganlah kamu sampai terpedaya jika tetanggamu lebih cantik darimu.'" Dan menurut riwayat Muslim123 Umar berkata: "Wahai putriku, janganlah kamu sampai terpedaya oleh wanita ini (Aisyah) yang merasa kagum dengan kecantikannya." (HR Bukhari dan Muslim)124

"Lalu keluar Saudah binti Zam'ah, istri Nabi saw., pada suatu malam di waktu isya. Saudah adalah seorang wanita yang tinggi." Menurut satu riwayat125: "Sangat besar," dan menurut satu riwayat lagi: "Melebihi wanita lain dalam segi besar tubuhnya." (HR Bukhari dan Muslim)126

Abu Sufyan berkata kepada Rasulullah saw.: "Aku memiliki orang Arab yang paling baik dan paling cantik, yaitu Ummu Habibah binti Abu Sufyan. Aku akan mengawinkanmu dengannya." (HR Muslim)127

"Kemudian Rasulullah saw. berjalan hingga sampai ke tempat kelompok wanita, lalu beliau menyampaikan nasihat kepada mereka. Tiba-tiba dari tengah-tengah mereka berdiri seorang wanita rupawan yang kedua pipinya agak hitam kemerah-merahan." (HR Muslim)128 "Bahwa seorang wanita hitam pernah menjadi petugas kebersihan masjid .... Kemudian Rasulullah saw. mendatangi kuburannya dan menyalatinya." (HR Bukhari dan Muslim)129

"Ketika terjadi Perang Uhud ... aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim. Mereka menyingsingkan kainnya sehingga terlihat olehku gelang-gelang kaki mereka." (HR Bukhari dan Muslim)130 "Tatkala kami bertemu (orang-orang musyrik pada Perang Uhud) mereka lari pontang-panting sehingga aku melihat wanita-wanita mereka berlompatan di bukit itu sambil mengangkat kain betis mereka sehingga kelihatan nyata gelang-gelang kaki mereka." (HR Bukhari)131

"Dan Allah mengalahkan mereka (maksudnya penduduk Khaibar) ... Seorang tawanan wanita yang sangat cantik jatuh ke tangan Dahyah." (HR Muslim)132

"Aku pernah ikut berperang di daerah Fazarah ... Begitu mereka melihat anak panah melesat ke arah mereka, mereka pun berhenti dan tidak jadi mendaki. Mereka berhasil aku ringkus dan aku giring, termasuk diantaranya seorang wanita dari Bani Fazarah yang mengenakan tutup kepala dari bahan kulit yang sudah lusuh, berikut anak gadisnya yang merupakan gadis Arab paling cantik." (HR Muslim)133

"Rasulullah saw. tidak menyalatkan (jenazah) Suhail, putra si wanita putih kecuali di ruangan masjid. Al-Baidha adalah julukan untuk Da'ad binti Jahdam." (HR Muslim)134 "Ibnu Abbas berkata padaku: "Maukah kamu aku beritahu tentang seorang wanita yang menjadi calon ahli surga?" Aku jawab: "Tentu saja mau." Ibnu Abbas berkata: "Ini, si wanita hitam ini orangnya." (HR Bukhari dan Muslim)135

"Ini ibunya az-Zubair. Dia pernah menceritakan bahwa Rasulullah saw. memperbolehkannya (maksudnya melaksanakan haji mut'ah). Karena itu temuilah dia dan tanyakanlah masalah itu langsung kepadanya. Lalu kami pergi menemuinya. Ternyata dia adalah seorang wanita yang sangat gemuk dan buta." (HR Muslim)136

"Wanita yang kesebelas mengatakan: "Suamiku bernama Abu Zara. Tahukah kamu siapa Abu Zara itu? Dialah yang memenuhi telingaku dengan perhiasan dan menggemukkan lenganku. Putri Abu Zara, tahukah kamu siapa putri Abu Zara itu? Dia adalah seorang anak yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya dan tubuhnya gempal ... Pada suatu hari Abu Zara keluar dengan membawa bekal bejana terbuat dari kulit yang sudah diisi penuh dengan susu. Dia bertemu dengan seorang wanita dengan dua anaknya yang laksana dua ekor macan kumbang. Mereka mempermainkan buah delima dari bawah pinggang ibunya tersebut (yang dimaksud dengan buah delima dalam hadits ini adalah payudara ibu kedua anak tersebut)." (HR Bukhari dan Muslim)137

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas al-Hafizh Ibnu Hajar yang berkata ketika menjelaskan hadits Ummu Zara ini: "Dalam hadits ini terdapat dalil mengenai bolehnya menyebutkan masalah kecantikan wanita kepada laki-laki, apabila wanita itu tidak dikenal. Yang tidak diperbolehkan adalah menyebutkan perihal wanita yang bersangkutan di hadapan lelaki atau menyebutkan sesuatu tentang dirinya yang tidak boleh dilihat dengan cara sengaja oleh lelaki."138

S. MENYEBUTKAN BERBAGAI KISAH NYATA WANITA

Jabir bin Abdullah berkata: "Pada suatu hari Abu Bakar meminta izin untuk menemui Rasulullah saw. Dia menjumpai beberapa orang sedang duduk di dekat pintu rumah Rasulullah saw. Belum seorang pun dari mereka yang diizinkan masuk. Jabir berkata bahwa Rasulullah saw. mengizinkan Abu Bakar masuk. Maka masuklah Abu Bakar. Kemudian datang pula Umar. Dia minta izin untuk masuk dan diberi izin. Sesampainya di dalam, Umar mendapati Rasulullah saw. sedang duduk diam membisu. Tampaknya beliau sedang bersedih. Sementara di sekeliling beliau duduk istri-istri beliau. Melihat suasana yang dingin itu, Umar bermaksud mengatakan sesuatu yang dapat membuat Nabi saw. tertawa. Umar berkata: 'Wahai Rasulullah seandainya aku lihat putri Kharijah menuntut belanja kepadaku, niscaya aku akan bangun dan mencekik lehernya.' Rasulullah saw. lalu tertawa mendengarkan kata-kata Umar itu. Kemudian beliau berkata: 'Mereka ini berada di sekitarku sebagaimana kamu lihat sendiri, juga untuk menuntut belanja kepadaku.' Abu Bakar bergegas berdiri menuju Aisyah, sementara Umar berdiri menuju Hafshah dengan niat mencekik leher putri-putri masing-masing. Keduanya berkata: 'Apakah kalian menuntut dari Rasulullah saw. sesuatu yang tidak beliau miliki?' Mereka menjawab: 'Demi Allah, kami tidak meminta dari beliau sesuatu yang tidak beliau miliki."' (HR Muslim)139

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash, dia berkata: "Pada suatu hari Umar minta izin untuk masuk kepada Rasulullah saw. Kebetulan waktu itu ada beberapa orang wanita Quraisy sedang berbicara dengan beliau dengan suara yang cukup keras, dan mereka banyak sekali mengajukan pertanyaan. Mendengar Umar minta izin masuk mereka bergegas berlari menuju balik tabir. Lalu Rasulullah saw. sambil tertawa mengizinkan Umar masuk. Melihat Rasulullah tertawa Umar berkata: 'Semoga Allah membuatmu tetap dalam keadaan senang dan gembira, wahai Rasulullah!' Rasulullah saw. berkata: 'Aku merasa heran dengan ulah wanita-wanita yang berada di sampingku tadi. Begitu mendengar suaramu, mereka bergegas menuju balik tabir.' Umar menjawab: 'Bagaimanapun juga, engkaulah sebenarnya, wahai Rasulullah saw. yang lebih pantas untuk mereka segani.' Selanjutnya Umar berkata: 'Wahai wanita-wanita yang menjadi musuh dirinya sendiri, apakah kalian segan kepadaku sementara tidak segan kepada Rasulullah saw.' Mereka menjawab: 'Ya, lantaran kamu lebih keras dan lebih kasar ketimbang Rasulullah saw.' Rasulullah saw. bersabda: 'Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak akan pernah setan menemuimu di satu jalan yang kamu lalui, kecuali dia pasti akan mencari jalan lain selain jalan yang kamu lalui itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)140

Dari Aisyah r.a. dikatakan bahwa Rasulullah saw., jika ingin bepergian, beliau mengundi istri-istrinya. Suatu ketika yang beruntung mendapatkan undian adalah Aisyah dan Hafshah. Maka merekalah yang ikut bersama Rasulullah saw. Ketika malam tiba, Rasulullah saw. berjalan bersama Aisyah dan bercakap-cakap dengannya. Pada hari yang lain Hafshah berkata kepada Aisyah: "Maukah kamu nanti malam mengendarai untaku dan aku mengendarai untamu, dan kita saling mengawasi?" Aisyah menjawab: "Tentu saja mau." Maka Aisyah naik unta Hafshah dan Hafshah menaiki unta Aisyah. Setelah itu datang Rasulullah menuju unta Aisyah yang ketika itu ditunggangi oleh Hafshah. Setelah mengucapkan salam, Rasulullah saw. berjalan bersama. Kemudian berhenti di suatu tempat. Aisyah kehilangan jejak mereka. Mengetahui mereka berhenti di satu tempat, Aisyah merasa cemburu. Lalu dia menginjakkan kakinya di antara rerumputan liar yang harum baunya, seraya berkata: "Ya Tuhan, semoga ada kala atau ular yang menggigitku. Aku tidak kuasa mengatakan sesuatu apa pun kepadanya." (HR Bukhari dan Muslim)141

Anas berkata: "Pada suatu saat Nabi saw. berada di samping beberapa orang istri beliau, salah seorang ummul mukminin mengirimkan satu piring makanan. Tiba-tiba istri yang di rumahnya Nabi saw. berada, memukul tangan pelayan yang membawa piring makanan itu sehingga piringnya jatuh dan pecah. Lalu Nabi saw. mengumpulkan pecahan piring dan makanan yang tadinya berada dalam piring yang pecah itu. Beliau berkata: 'Ibumu cemburu.' Beliau menahan pelayan tadi sampai beliau memberikan piring dari istri yang di rumahnya beliau berada. Piring yang utuh itu beliau serahkan kepada istri yang piringnya pecah dan beliau menahan piring yang sudah pecah di rumah istri beliau yang telah memecahkan piring tadi." (HR Bukhari)142

Anas berkata: "Nabi saw. memiliki sembilan orang istri. Apabila beliau menggilir, maka mereka semua akan kebagian. Setiap malam mereka berkumpul di rumah istri yang akan beliau datangi. Pada suatu malam, beliau berada di rumah Aisyah, maka datanglah Zainab dan beliau mengulurkan tangannya untuk menyambutnya. Aisyah berkata: 'Ini Zainab.' Lalu Nabi saw. menahan tangannya. Beberapa saat kemudian mereka berdua bertengkar dengan suara keras dan ucapan yang kotor. Terdengar suara iqamatushashalat. Abu Bakar lewat di rumah itu dan mendengar suara mereka berdua. Abu Bakar lalu berkata: 'Keluarlah wahai Rasulullah untuk menunaikan shalat dan sumpal saja mulut mereka dengan pasir!' Rasulullah saw. lalu keluar. Aisyah merasa agak sedikit kecewa dan merasa terganggu dengan sikap ayahnya tersebut. Setelah Rasulullah saw. selesai menunaikan shalat, Abu Bakar pergi menemui Aisyah dan melontarkan kata-kata yang keras: 'Apa layak kamu melakukan ini?' (HR Muslim)143

Aisyah r.a. berkata bahwa istri-istri Rasulullah saw. terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas Aisyah, Hafshah, dan Saudah. Sementara kelompok kedua terdiri atas Ummu Salamah dan istri-istri Rasulullah saw. yang lain. Semua kaum muslimin sudah sama-sama tahu betapa cintanya Rasulullah saw. kepada Aisyah. Apabila ada salah seorang sahabat yang mempunyai hadiah yang akan dia berikan kepada Rasulullah saw., maka biasanya dia akan menangguhkan pemberian tersebut, sampai Rasulullah saw. sedang berada di rumah Aisyah. Suatu hari ada seorang sahabat yang mengirimkan hadiah kepada Rasulullah saw. ketika beliau sedang berada di rumah Aisyah. Rupanya hal itu diketahui oleh kelompok Ummu Salamah. Mereka berkata kepada Ummu Salamah: "Kamu bicaralah kepada Rasulullah saw. supaya beliau mau menasihati para sahabatnya: 'Barangsiapa yang bermaksud memberikan hadiah kepada beliau, supaya dia berikan saja di rumah istri mana pun beliau berada.' Ummu Salamah menyampaikan kepada Rasulullah saw apa yang diusulkan oleh kelompoknya itu. Akan tetapi beliau tidak menanggapi apa yang disampaikan Ummu Salamah itu sedikit pun. Ketika hal itu disampaikan kepada mereka, mereka tidak berputus asa. Mereka mendesak supaya Ummu Salamah mencobanya lagi. Ummu Salamah menurut saja. Sekali lagi dia sampaikan usulan kelompoknya itu kepada Rasulullah saw. di saat beliau tengah berada di rumahnya. Namun Rasulullah saw. juga tidak menanggapinya sedikit pun. Kelompok Ummu Salamah masih juga belum berputus asa. Mereka tetap membujuk Ummu Salamah agar mau melakukannya sekali lagi. Dan lagi-lagi Ummu Salamah menuruti kehendak mereka. Untuk ketiga kalinya Ummu Salamah nmenyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw. pada saat beliau berada di rumahnya. Dan kali ini rupanya Rasulullah saw. mau menanggapi. Beliau berkata kepada Ummu Salamah: 'Jangan kamu sakiti aku tentang Aisyah. Sesungguhnya wahyu tidak turun kepadaku ketika aku berada dalam kain seorang wanita (istri) kecuali Aisyah.' Seketika itulah Ummu Salamah berkata: 'Aku bertobat kepada Allah karena telah menyakitimu, wahai Rasulullah.' Kemudian anggota kelompok Ummu Salamah tersebut memanggil Fathimah putri Rasulullah saw. Mereka mengutus Fathimah supaya menyampaikan pesan kepada Rasulullah saw. yang isinya: 'Sesungguhnya istri-istrimu mendambakan supaya berlaku adil khususnya menyangkut putri Abu Bakar.' Mendengar pesan yang disampaikan putrinya itu Rasulullah saw. berkata: 'Wahai putriku, apakah kamu tidak menyenangi akan apa yang aku senangi?' Fathimah menjawab: 'Tentu saja ayah.' Fathimah lalu pulang dan menceritakan kepada mereka tanggapan Rasulullah saw. tersebut. Ketika mereka membujuk Fathimah supaya balik lagi menghadap Rasulullah saw., dia menolak. Salanjutnya mereka mendesak Zainab binti Jahasy. Meski dengan terpaksa, akhirnya Zainab mau juga menemui Rasulullah saw. dan berkata: 'Sesungguhnya istri-istrimu mendambakanmu supaya berlaku adil dalam memperlakukan putri Abu Quhafah.' Zainab mengucapkan kata-katanya itu dengan suara yang agak keras, sehingga terdengar oleh Aisyah yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Aisyah sempat mencaci maki dalam hati. Kemudian Rasulullah saw. sejenak memandang Aisyah barangkali dia akan berbicara. Akhirnya Aisyah memang terpaksa berbicara untuk menangkis ucapan Zainab, sehingga Zainab terdiam dibuatnya. Selanjutnya Rasulullah saw. kembali memandangi Aisyah dan berkata: 'Sesungguhnya dia adalah putri Abu Bakar.'" (HR Bukhari dan Muslim)144

Dari Aisyah, dia berkata: "Pada suatu hari sebelas orang wanita berkumpul di satu tempat. Mereka saling sepakat dan berjanji untuk tidak akan menyembunyikan sedikit pun perihal suami mereka masing-masing. Wanita pertama mengatakan: 'Suamiku adalah ibarat unta kurus yang berada di puncak gunung. Dia tidak untuk didaki dan tidak pula gemuk, sehingga tidak ada yang berkeinginan untuk pindah kepadanya.' Wanita kedua berkata: 'Maaf, aku terpaksa tidak bisa menuturkan secara rinci mengenai keadaannya. Aku khawatir tidak bisa melakukan hal itu. Jika sampai aku lakukan hal itu, sama artinya dengan mengungkapkan selurah aibnya.' Wanita ketiga berkata: 'Suamiku berpostur tinggi. Jika aku ceritakan halnya, maka dia akan menceraikanku, dan jika aku diamkan, dia juga akan membuatku terkatung-katung.' Wanita keempat berkata: 'Suamiku laksana cuaca malam hari di wilayah Tihamah, tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin, tidak menakutkan dan juga tidak membosankan.' Wanita kelima berkata: 'Suamiku apabila sudah masuk rumah bagaikan kumbang yang lembut, pemalu, dan tidak banyak gangguannya dan apabila keluar rumah, dia ibarat singa yang garang. Dia sangat pemurah dan tidak suka menyelidiki berkurangnya uang.' Wanita keenam berkata: 'Suamiku apabila makan, maka semua makanan akan dilahapnya, dan apabila minum, maka semua minuman akan diteguknya. Apabila tidur, dia menyendiri (mengabaikan istrinya). Namun dia tidak mau memasukkan telapak tangannya, karena takut mengetahui kesudahan istrinya.' Wanita ketujuh berkata: 'Suamiku adalah orang yang emosional. Semua cacat (aib) semua orang ada pada orang itu. Namun demikian dia suka melukai kepala atau melukai tubuhmu, atau melakukan kedua-duanya sekaligus.' Wanita kedelapan berkata: 'Suamiku memiliki sentuhan khusus bagaikan sentuhan kelinci dan mempunyai aroma khusus bagaikan aroma bunga wangi.' Wanita kesembilan berkata: 'Suamiku berkedudukan tinggi, bertubuh tinggi, suka sekali menjamu tamu, dan rumahnya dekat dengan balai pertemuan.' Wanita kesepuluh berkata: 'Suamiku bernama Malik. Apa itu malik? Malik artinya memiliki kebaikan melebihi apa dapat diungkapkan. Dia banyak sekali memiliki unta, kebanyakan unta-unta itu dibiarkan saja menderum di halaman rumah (agar mudah diperah susunya oleh tamu-tamu) dan banyak dipinjam untuk angkutan. Unta-unta tersebut bila mendengar suara kecapi, mereka sudah tahu bahwa sebentar lagi akan disembelih.' Dan wanita yang kesebelas berkata: 'Suamiku bernama Abu Zara. Tahukah kamu siapa Abu Zara' itu? Dialah yang memberiku makanan-makanan berlemak sehingga aku kelihatan gemuk. Dia suka menyanjung-nyanjungku sehingga aku merasa senang. Dia tahu aku dari keluarga yang tidak mampu, namun dia mau menerimaku di tengah keluarganya yang cukup kaya. Dia tidak pernah meremehkan ucapanku. Setiap tidur aku bisa tidur pulas sampai pagi, dan aku bisa minum sampai puas. Lalu Ummu Abu Zara, tahukah kamu siapa dia? Dia memiliki simpanan bahan pokok berkarung-karung dan rumahnya sangat luas. Ibnu Abi Zara. Tahukah kamu siapa dia? Dia memiliki tempat tidur laksana irisan pelepah kurma. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan sebelah kaki seekor kambing. Putri Abu Zara. Tahukah kamu siapa dia? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya. Tubuhnya gempal dan dia adalah seorang yang sangat dermawan. Pelayan putri Abu Zara. Tahukah kamu siapa dia? Dia tidak pernah menyebarluaskan berita-berita. Dia sangat jujur sekalipun mengenai soal makanan. Dan dia orang yang sangat rajin bekerja dan tidak pernah membiarkan rumahku kotor. Selanjutnya Ummu Zara mengatakan: 'Pada suatu hari Abu Zara keluar dengan membawa bekal bejana terbuat dari kulit yang sudah diisi penuh dengan susu. Dia bertemu dengan seorang wanita dengan dua orang anaknya yang laksana dua ekor macan kumbang. Mereka mempermainkan buah delima dari bawah pinggang ibunya tersebut. Dia menikahi wanita tersebut dan aku diceraikannya. Setelah itu aku menikah lagi dengan seorang laki-laki yang cukup budiman dan cukup kaya. Tunggangannya adalah seekor kuda pilihan. Dia juga memperlihatkan kepadaku sebuah kandang ternak yang penuh dengan unta, sapi, dan kambing. Aku disuruhnya menikmati semua itu. Kalau aku kumpulkan semua pemberiannya, maka belum ada apa-apanya dengan apa yang pernah diberikan Abu Zara kepadaku.' Aisyah berkata: "Rasulullah saw. berkata padaku: 'Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zara terhadap Ummu Zara.'" (HR Bukhari dan Muslim)145

Pasal 2. Beberapa Sikap Mulia Wanita

Dalam bagian ini akan saya ketengahkan beberapa sikap wanita berkaitan dengan masalah bagaimana wanita yang telah dibebaskan oleh Islam mencapai keutamaan derajat yang sangat tinggi serta mewujudkan banyak sekali sifat dan teladan yang mulia.

A. BERKORBAN DI JALAN ALLAH

Bersumber dari Shuhaib dikatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa dahulu kala ada seorang raja mempunyai tukang sihir. Setelah berusia lanjut, dia berkata kepada raja: "Sekarang saya sudah tua, kirimkanlah seorang pemuda kepada saya untuk saya ajari ilmu sihir." Raja mengirim seorang pemuda kepadanya. Di tengah perjalanan pemuda tersebut bertemu dengan seorang pendeta lalu dia duduk untuk mendengarkan ajaran pendeta, dan dia sangat menyenangi ajaran tersebut. Setiap hendak mendatangi tukang sihir, terlebih dahulu dia menemui pendeta untuk kemudian mendengarkan ajarannya. Akibatnya, jika bertemu dengan tukang sihir, pemuda tersebut dipukuli. Hal itu diadukannya pada pendeta, maka pendeta berkata: "Apabila kamu khawatir dimarahi tukang sihir, katakan bahwa keluargamu menghalang-halangimu, dan kalau kamu khawatir dimarahi keluargamu, katakan bahwa kamu dihalang-halangi tukang sihir.' Dalam keadaan seperti itu, dia melihat ada binatang raksasa yang merintangi jalan orang-orang. Kemudian dia berkata: 'Hari ini aku akan tahu, ajaran siapakah yang lebih utama, tukang sihir atau pendeta.' Kemudian dia mengambil batu seraya berkata: 'Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai daripada ajaran tukang sihir, bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang bisa lewat.' Lalu binatang tersebut dilemparnya dengan batu, maka matilah binatang itu kaum orang-orang pun bisa lewat lagi. Setelah itu dia pergi menemui pendeta dan menceritakan kejadian tadi. Pendeta berkata 'Wahai anakku, hari ini kamu lebih mulia daripada aku. Kini aku mengetahui apa yang telah kamu ucapkan dan kamu akan diuji. Kalau kamu diuji, maka janganlah kamu tunjukkan aku.' Selanjutnya pemuda tadi dapat menyembuhkan orang buta, orang yang sakit kusta, dan segala penyakit. Keahliannya itu terdengar oleh seorang menteri yang buta. Maka dia dipanggil dan akan diberi banyak hadiah. Menteri itu berkata: 'Jika kamu dapat menyembuhkan aku, maka apa yang ada di sini aku berikan kepadamu.' Pemuda tersebut berkata: 'Aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun. Yang dapat menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau mau beriman kepada Allah, aku akan berdoa agar Dia menyembuhkanmu.' Menteri mau beriman dan Allah menyembuhkannya. Kemudian dia menghadap raja dan ikut bersidang seperti biasanya. Sang raja bertanya kepadanya: 'Siapa yang mengembalikan penglihatanmu itu?' Menteri menjawab: 'Tuhan saya.' Raja bertanya: 'Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?' Menteri menjawab. 'Tuhan saya dan Tuhan kamu adalah Allah.' Maka dia ditangkap dan disiksa terus sampai akhirnya dia menunjuk kepada pemuda. Kemudian si pemuda diperintahkan menghadap, lalu raja berkata kepadanya: 'Hai anakku, aku telah mendengar bahwa dengan sihirmu, kamu bisa menyembahkan orang buta, sakit kusta, dan lain-lainnya.' Pemuda itu berkata: 'Sesungguhnya saya tidak dapat menyembahkan siapa pun. Yang dapat menyembuhkan hanyalah Allah.' Maka dia ditangkap lalu disiksa terus-menerus sehingga akhirnya dia menunjuk pendeta. Maka pendeta dihadapkan, lalu dikatakan kepadanya: 'Keluarlah dari agamamu!' Pendeta menolak, maka raja meminta gergaji, lalu diletakkan di tengah-tengah kepala sang pendeta, lantas dibelahnya tubuh pendeta sampai pinggangnya. Setelah itu menteri dipanggil, kemudian dikatakan kepadanya: 'Keluarlah dari agamamu!' tetapi menteri menolak. Maka dia pun dibelah sampai pinggangnya. Kemudian si pemuda dihadapkan, lalu dikatakan kepadanya: 'Keluarlah dari agamamu!' Pemuda itu menolak, maka dia diserahkan kepada sekelompok pengikut raja, kemudian raja berkata: 'Bawalah dia ke gunung. Apabila kamu sudah sampai ke puncaknya, maka jika dia mau keluar dari agamanya, (bawalah kembali), tetapi kalau tidak mau, lemparkanlah dia!' Lantas mereka membawa pemuda itu ke puncak gunung. Maka pemuda itu berdoa: 'Wahai Allah, jagalah aku dari kejahatan mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.' Mendadak gunung itu bergetar dan bergoncang dengan hebat sehingga mereka jatuh dan mati. Kemudian si pemuda menemui raja, lalu raja bertanya: 'Apa yang terjadi dengan orang-orang yang membawa kamu tadi?' Si pemuda menjawab: 'Allah melindungi aku dari kejahatan mereka.' Maka pemuda itu diserahkan kepada sekelompok yang lain, lalu raja berkata: 'Bawalah dia dengan perahu ke tengah laut. Kalau dia mau keluar dari agamanya, maka bawalah dia pulang. Tetapi jika dia tidak mau, maka lemparkanlah dia ke tengah laut!' Lantas mereka membawa pemuda tersebut. Kemudian pemuda itu berdoa: 'Ya Allah, jagalah aku dari kejahatan mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.' Maka perahu yang mereka naiki itu terbalik dan mereka tenggelam. Kemudian pemuda itu pergi menemui raja. Raja bertanya: 'Apa yang terjadi dengan orang-orang yang membawa kamu tadi?' Si pemuda menjawab: 'Allah melindungi aku dari kejahatan mereka. Sesungguhnya kamu tidak dapat membunuhku kecuali jika kamu mau melakukan apa yang aku perintahkan.' Raja bertanya: 'Apa perintahmu?' Si pemuda berkata: 'Kumpulkanlah orang-orang di suatu tempat yang tinggi, lalu saliblah aku pada sebatang kayu. Setelah itu ambil anak panah dari tahung anak panahku, kemudian letakkan di tengah-tengah busur, lalu bacalah: bismillahi rabbilghulam (Dengan nama Allah, Tuhan si pemuda). Setelah itu baru panahlah aku. Jika kamu mau mengerjakan perintahku itu, maka kamu dapat membunuhku.' Raja bersedia melaksanakan perintah pemuda tersebut Orang-orang dikumpulkan di suatu dataran tinggi, lalu pemuda itu disalib. Setelah itu diambilnya sebatang panah dari tahungnya, kemudian diletakkannya di tengah-tengah busur, lalu dibacalah bismillahi rabbilghulam. Pemuda itu dipanah tepat pada pelipisnya. Si pemuda meletakkan tangannya di pelipisnya yang terkena panah itu, lalu meninggal. Maka orang-orang berkata: 'Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu, kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu, kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu.' Setelah kejadian itu raja ditanya: 'Bagaimana pendapatmu tentang apa yang kamu khawatirkan' Sungguh telah terjadi apa yang pernah kamu khawatirkan. Orang-orang telah beriman.' Mendengar itu raja memerintahkan supaya dibuatkan parit di mulut jalan yang di dalamnya dinyalakan api, lalu dia berkata kepada para pengikutnya: 'Barangsiapa yang tidak mau keluar dari agamanya, lemparkan ke dalam api itu (atau dikatakan kepada orang tersebut: Terjunlah ke dalamnya).' Para pengikut itu melaksanakan perintahnya sampai akhirnya tiba giliran seorang wanita yang membawa seorang bayi. Dia tetap berdiri di tempatnya lantaran takut terjun ke dalam api. Maka bayinya itu berkata: 'Ibu, tabahlah, karena kamu berada di pihak yang benar!"' (HR Muslim)146

Demikianlah halnya wanita yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sebelum masa diutusnya Nabi Muhammad saw. Dia lebih mengutamakan agama Allah yang hak atas segala-galanya dan dia mengorbankan jiwa raganya dengan harga yang murah sekali demi kepentingan agama Allah.

B. SANGAT MENDAMBAKAN KESEMPURNAAN

Atha bin Rabah berkata: "Ibnu Abbas bertanya kepadaku: 'Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu seorang wanita calon ahli surga?' Aku jawab: 'Tentu saja.' Ibu Abbas berkata: 'Ini, wanita berkulit hitam ini pernah datang kepada Nabi saw. dan berkata: "Sesungguhnya aku mengidap penyakit ayan, dan aku khawatir auratku terbuka, sementara aku tidak sadar. Maka tolonglah doakan pada Allah agar aku sembuh." Nabi saw. berkata: 'Jika kamu bisa sabar menghadapinya, bagimu adalah surga, tapi kalau kamu menginginkan kesembuhan, aku juga bisa mendoakannya kepada Allah agar Dia berkenan menyembuhkanmu.' Wanita itu berkata: 'Saya akan coba sabar.' Setelah itu wanita itu berkata lagi: 'Tetapi aku khawatir auratku terbuka. Karena itu, doakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.' Lantas Nabi saw. mendoakannya." (HR Bukhari dan Muslim)147

C. SENANG BERIBADAH

Anas bin Malik r.a. berkata: "Nabi saw. masuk masjid. Tiba-tiba beliau lihat ada tali yang terbentang antara dua tiang masjid. Beliau bertanya: 'Tali apa ini?' Para sahabat menjawab: 'Ini adalah tali milik Zainab. Apabila dia sudah merasa lelah (beribadah) maka dia akan bergantung pada tali itu.' Nabi saw. berkata: 'Tidak, lepaskan tali itu. Hendaklah salah seorang dari kalian melaksanakan shalatnya dalam keadaan segar. Kalau sudah merasa lelah, maka hendaklah dia shalat dalam keadaan duduk.'" (HR Bukhari dan Muslim)148

Aisyah Berkata: "Nabi saw. datang menemui Aisyah. Ketika itu di samping Aisyah ada seorang wanita. Nabi saw. bertanya: 'Siapa wanita ini?' 'Si Fulanah yang sering disebut-sebut mengenai shalatnya.' Menurut riwayat Muslim: 'Mereka menduga bahwa wanita itu tidak tidur pada malam harinya.' Nabi saw. berkata: 'Cukup, laksanakanlah ibadah semampumu. Demi Allah, Allah tidak pernah bosan sampai kamu merasa bosan sendiri.' (HR Bukhari dan Muslim)149

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Seorang laki-laki datang menemui Nabi saw. dan berkata kepada beliau: 'Sesungguhnya saudara perempuanku bernazar akan melaksanakan ibadah haji, tetapi dia sudah meninggal (sebelum sempat melaksanakan nazarnya).' Nabi saw. berkata: 'Andaikan dia mempunyai hutang, apakah kamu akan membayarnya?' Lelaki itu menjawab: 'Ya.' Nabi saw. berkata: 'Bayarkanlah (tunaikanlah nazarnya) kepada Allah, karena sesungguhnya Dia lebih berhak untuk dibayar!'" (HR Bukhari)150

Uqbah bin Amir berkata: "Saudara perempuanku bernazar akan berjalan ke Baitullah. Dia menyuruhku meminta fatwa kepada Rasulullah saw. mengenai masalahnya ini. Maka aku pun meminta fatwa kepada beliau. Beliau berkata: 'Hendaklah dia berjalan dan berkendaraan.'" (HR Bukhari dan Muslim)151

Hadits-hadits tersebut menunjukkan betapa senangnya kaum wanita melaksanakan ibadah dan itu merupakan sifat yang terpuji. Namun Rasulullah saw. --sebagai pembimbing manusia ke jalan kebaikan-- tidak menyenangi sikap berlebihan seperti yang terlihat dalam beberapa hadits di atas, sebagaimana beliau juga tidak menyenangi hal itu terjadi pada kaum laki-laki seperti kasus Abdullah bin Umar ibnul Ash, Abu Darda, dan lain-lain. Kami kira kaum wanita telah mematuhi pengarahan Rasulullah saw. sehingga mereka tetap rajin beribadah, tetapi tidak berlebihan. Begitu juga halnya dengan kaum laki-laki. Semoga Allah melimpahkan ridhanya bagi kita semua, baik kepada kaum laki-laki maupun wanita.

D. BERSEDEKAH DAN BERINFAK

Abu Sa'id al-Khudari berkata bahwa Rasulullah saw. selalu keluar pada hari raya Adha dan hari raya Fitri. Beliau memulai dengan shalat. Setelah menyelesaikan shalat dan mengucapkan salam, beliau berdiri menghadap kaum muslimin yang sedang duduk di tempat shalat mereka masing-masing. Jika beliau mempunyai hajat yang perlu disampaikan, beliau tuturkan hajatnya itu kepada kaum muslimin. Atau kalau ada keperluan lain, maka beliau memerintahkannya kepada kaum muslimin. Beliau pernah bersabda (dalam khotbahnya): "Bersedekahlah kalian, bersedekahlah kalian, bersedekahlah kalian!" Ternyata yang paling banyak memberikan sedekah adalah kaum wanita. (HR Muslim)152

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Aku pernah mengikuti shalat Idul Fitri bersama Nabi saw. Kemudian beliau datang membelah kerumunan mereka menuju ke tempat jamaah wanita. Beliau disertai Bilal kemudian beliau bersabda: 'Bersedekahlah kalian (hai kaum wanita). Lalu Bilal membentangkan pakaiannya.' Kemudian berkata: 'Marilah, demi bapak ibuku sebagai tebusan kalian!' Mereka segera menjatuhkan gelang-gelang dan cincin-cincin ke atas pakaian Bilal tadi." (HR Bukhari dan Muslim)153

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Bersegeranya wanita bersedekah meskipun perhiasan mereka itu mahal harganya, sementara kondisi keuangan mereka di kala itu sangat sulit, menunjukkan betapa tingginya tingkat keimanan mereka dan betapa besarnya keimanan mereka untuk mentaati perintah Rasulullah saw. Semoga Allah meridhai mereka semua."154

E. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA (SELAGI MEREKA HIDUP DAN SETELAH MEREKA WAFAT)

Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, berkata: "Ketika aku sedang duduk di dekat Rasulullah saw., tiba-tiba muncul seorang perempuan menghampiri beliau dan berkata: 'Sesungguhnya aku telah menyedekahkan seorang budak perempuan untuk ibuku dan kini ibuku telah wafat. Rasulullah saw. berkata: "Kamu berhak memperoleh pahala dan ambil kembali budak perempuan itu untukmu sebagai warisan." Perempuan itu bertanya: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku itu masih mempunyai tanggungan hutang puasa sebulan. Apakah aku boleh berpuasa menggantikannya?" Rasulullah saw. menjawab: "Ya, berpuasalah kamu menggantikannya!" Perempuan itu bertanya lagi: "Sesungguhnya ibuku itu belum pernah menunaikan ibadah haji. Apakah aku bisa menggantikannya?" Rasulullah saw. menjawab: "Ya, laksanakanlah ibadah haji untuk menggantikannya!" (HR Muslim)155

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Seorang perempuan pernah datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: 'Wahai Rasulullah sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, sementara dia masih mempunyai hutang puasa nazar. Apakah aku boleh berpuasa menggantikannya?' Rasulullah saw. menjawab: 'Bagaimana pendapatmu jika ibumu itu mempunyai hutang kepada seseorang, lalu kamu membayarnya, bukankah yang demikian itu berarti kamu telah melunasi hutangnya?' Perempuan itu menjawab: 'Ya.' Lalu Nabi saw. berkata: 'Maka berpuasalah kamu untuk menggantikan ibumu!'" (HR Bukhari dan Muslim)156

Ibnu Abbas berkata bahwa seorang perempuan dari keluarga Juhainah datang menemui Nabi saw., lalu berkata: "Sesungguhnya ibuku bernazar akan menunaikan ibadah haji, namun dia belum sempat melaksanakannya sampai dia meninggal dunia. Apakah aku boleh melaksanakan haji untuk menggantikannya?" Nabi saw. berkata: "Ya lakukanlah haji untuk menggantikannya. Bukankah kalau ibumu mempunyai hutang, kamulah yang harus membayarnya?" Maka bayarkanlah hutangnya kepada Allah, sebab hutang kepada Allah itu adalah yang paling utama untuk dibayar." (HR Bukhari)157

(sebelum, sesudah)


Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)
Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team