Kebebasan Wanita

oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

G. ZAINAB BINTI JAHSYI UMMUL MUKMININ

1. Perkawinan Zainab dengan Rasulullah saw. Berdasarkan Perintah Allah SWT

Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) memberi nikmat kepadanya: 'Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,' sedang kamu menyembunyikan didalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istri-istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.'" (al-Ahzab: 37)

2. Sangat Rajin Mengerjakan Shalat Istikharah

Anas r.a. berkata bahwa ketika masa 'iddah Zainab sudah berakhir, Rasulullah saw. bersabda kepada Zaid: "Lamarkanlah aku kepadanya." Zaid segera berangkat menemui Zainab yang waktu itu sedang membuat adonan roti. Selanjutnya Zaid menuturkan: "Begitu aku melihatnya, dadaku bergetar keras, sampai-sampai aku tidak kuasa untuk memandangnya, apalagi untuk menyampaikan lamaran Rasulullah saw. Dengan perasaan tidak karuan dan sambil membelakang, aku paksakan berbicara: 'Wahai Zainab, Rasulullah saw. mengutusku untuk melamarmu.'" Zainab berkata: "Aku tidak bisa berbuat sesuatu sebelum aku shalat istikharah kepada Tuhanku." Lalu Zainab berdiri menuju masjidnya. Ayat Al-Qur'an turun, berbunyi: "Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya." Sesaat kemudian datanglah Rasulullah saw., lalu langsung menemuinya tanpa izin ... (HR Muslim)336

3. Keistimewaan Walimah Perkawinan Zainab

Anas r.a. berkata: "Nabi saw. tidak pernah melakukan sesuatu dalam walimah perkawinan dengan istri-istri beliau seperti yang beliau lakukan dalam walimah perkawinan beliau dengan Zainab. Beliau meramaikan walimahnya dengan memotong seekor kambing." (HR Bukhari dan Muslim)337

Anas r.a. berkata: "Pada acara perkawinan Nabi saw. dengan Zainab dihidangkan roti dan daging. Aku disuruh mengundang orang-orang makan ke rumah Nabi saw. Maka datanglah satu rombongan. Mereka lalu makan, kemudian keluar. Berikutnya datang lagi rombongan lain. Mereka makan, kemudian keluar. Aku terus mengundang orang makan sehingga tidak ada lagi seorang pun yang tidak aku undang ..." (HR Bukhari dan Muslim)338

Anas bin Malik r.a. berkata: "Nabi saw. menjadi pengantin bagi Zainab, lalu Ummu Sulaim berkata kepadaku: 'Bagaimana kalau kami memberikan suatu hadiah untuk Rasulullah saw.?' Aku jawab: 'Lakukanlah!' Lalu Ummu Sulaim mengambil kurma, minyak samin, dan keju (haisah), kemudian diaduknya dan ditaruh ke periuk. Ummu Sulaim menyuruhku mengantarkan bubur (haisah) itu kepada Nabi saw. Lalu aku berangkat membawanya kepada Nabi saw. Beliau berkata kepadaku: "Letakkanlah haisah itu dahulu!" Kemudian beliau menyuruhku dengan kata-kata: "Panggilah beberapa orang laki-laki ke sini (beliau menyebutkan nama-nama mereka) dan panggillah (undanglah) ke sini siapa saja yang kamu temui!"

Anas berkata: "Aku segera melaksanakan apa yang diperintahkan Nabi saw. kepadaku. Setelah itu aku kembali dan ternyata di rumah sudah penuh sesak oleh para undangan. Aku melihat Nabi saw. meletakkan kedua belah tangan beliau ke atas haisah tersebut sambil membacakan sesuatu (berdoa). Kemudian beliau memanggil para undangan sepuluh orang sepuluh orang untuk makan dan beliau berkata kepada mereka: 'Bacalah bismillah dan setiap orang hendaklah memakan apa yang didekatnya!'" (HR Bukhari dan Muslim)339

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Haisah itu dihidangkan bertepatan waktunya dengan dihidangkannya roti dan daging tadi, sehingga semua undangan bisa menikmati semua jenis hidangan tersebut."340

4. Ayat Hijab Turun pada Pagi Hari Walimah Perkawinan Zainab

Anas r.a. berkata: "Rasulullah saw. mengadakan walimah perkawinan ketika beliau membina rumah tangga dengan Zainab binti Jahsy. Beliau menghidangkan roti dan daging kepada para tamunya. Kemudian beliau pergi ke kamar-kamar seluruh ummul mukminin sebagaimana yang sudah biasa beliau lakukan pada pagi hari beliau membina rumah tangga dengan Zainab. Sesampainya di kamar-kamar mereka, beliau mengucapkan salam dan mendoakan mereka. Sebaliknya mereka pun mengucapkan salam dan mendoakan Nabi saw. Ketika beliau kembali ke rumahnya, beliau melihat masih ada dua orang laki-laki yang masih terus berbicara. Ketika melihat kedua laki-laki itu, Nabi saw. berputar arah meninggalkan rumahnya. Ketika kedua laki-laki itu melihat Nabi saw. berbalik arah meninggalkan rumahnya, mereka segera melompat pergi. Saya tidak ingat lagi apakah saya yang memberitahu beliau bahwa mereka sudah keluar atau ada orang lain yang memberitahu beliau. Akhirnya beliau kembali dan masuk ke rumahnya. Setelah itu beliau membentangkan tirai antara aku dan beliau, dan turunlah ayat hijab." (HR Bukhari dan Muslim)341

5. Kedudukan Zainab di Sisi Rasulullah saw.

Aisyah berkata: "Dialah (maksudnya Zainab binti Jahsy) yang selalu bersaing denganku di antara istri-istri Nabi saw. (untuk mendapat tempat di hati beliau)." (HR Bukhari dan Muslim)342

6. Memiliki Banyak Keutamaan

Aisyah r.a. berkata: "Aku belum pernah sama sekali melihat wanita yang hebat dalam soal agama melebihi Zainab, dia sangat takut kepada Allah, bicaranya sangat jujur, suka menyambung silaturahmi, senang memberikan sedekah, serta tidak segan-segan mengorbankan tenaganya demi amal perbuatan yang dia anggap baik dan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Ta'ala." (HR Muslim)343

Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Zainab binti Jahsy mengenai persoalanku ini (mengenai berita bohong). Beliau bertanya kepada Zainab: "Apa yang engkau ketahui atau engkau lihat?" Zainab berkata: "Ya Rasulullah, aku selalu menjaga pendengaran dan penglihatanku. Demi Allah, tiada yang aku ketahui selain yang baik saja." Aisyah berkata: "Allah telah menjaganya dengan sifat wara." (HR Bukhari dan Muslim)344

7. Kebanggaan Diri Zainab atas Istri istri Nabi saw.

Anas berkata: "Zainab merasa bangga di atas istri-istri Nabi saw. yang lain. Dia berkata: 'Kalian dikawinkan oleh keluarga kalian, sementara aku dikawinkan oleh Allah SWT dari atas langit yang tujuh ..." (HR Bukhari)345

8. Paling Cepat Menyusul Nabi saw.

Aisyah mengatakan bahwa beberapa orang istri Nabi saw. bertanya kepada Nabi saw.: "Siapa di antara kami yang paling cepat menyusulmu?" Beliau menjawab: "Orang yang paling panjang tangannya di antara kalian." Lalu mereka mengambil tongkat untuk mengukur panjang hasta/tangan mereka. Ternyata Saudah yang paling panjang tangannya. Maka tahulah kami setelah itu (setelah wafatnya Zainab) bahwa yang dimaksud dengan panjang; tangan itu adalah yang paling banyak sedekahnya. Dan adalah Zainab orang yang paling cepat di antara kami menyusul Rasulullah saw. Zainab adalah orang yang paling suka bersedekah." (HR Bukhari dan Muslim)346

H. UMMU SULAIM AL-GHUMAISHA BINTI MILHAN

Rasulullah saw. bersabda: "Aku masuk ke dalam surga, lalu aku mendengar suara langkah orang berjalan. Aku bertanya: 'Siapa itu?' Mereka (para malaikat) menjawab: 'Dia adalah al-Ghumaisha (wanita yang mudah menangis) putri Milhan."' (HR Muslim)347

1. Perkawinan Ummu Sulaim Sangat Istimewa

Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Diperlihatkan kepadaku surga, lalu aku melihat istrinya Abu Thalhah." (HR Muslim)348

Dalam perkawinannya dengan Abu Thalhah terdapat kisah yang menunjukkan kekuatan iman dan harga dirinya. Dari Tsabit al-Banani, dari Anas, dia berkata: "Abu Thalhah meminang/melamar Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata: 'Demi Allah, orang seperti kamu ini, wahai Abu Thalhah, tidak mungkin ditolak. Cuma sayangnya kamu masih kafir, sementara aku adalah wanita muslimah. Tidak halal bagiku kawin denganmu. Tetapi jika kamu mau masuk Islam, maka itulah maskawinku, dan aku tidak akan meminta yang lain lagi kepadamu (padahal Abu Thalhah adalah orang Anshar yang paling kaya karena kebun kurmanya di Madinah).349 Akhirnya dia masuk Islam dan itulah yang dia jadikan mahar untuk mengawini Ummu Sulaim." Tsabit al-Banani berkata: "Aku belum pernah melihat seorang wanita sama sekali yang lebih mulia maskawinnya dibandingkan dengan maskawin Ummu Sulaim." (HR an-Nasa'i)350 Tepat sekali pilihan Ummu Sulaim. Abu Thalhah akhirnya menjadi salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang paling menonjol, pahlawan yang sangat berani dan sangat pemurah berkorban di jalan Allah.

2. Keutamaan Suami Ummu Sulaim

Anas r.a. berkata: "Ketika terjadi Perang Uhud, banyak pasukan Islam yang lari meninggalkan Nabi saw. Tetapi, Abu Thalhah tetap bersama Nabi saw. dan dia melindungi nabi saw. dengan sebuah tameng miliknya. Abu Thalhah terkenal sebagai seseorang yang mahir dalam urusan memanah dan juga sangat pemberani. Pada waktu itu Abu Thalhah membawa dua atau tiga busur sekaligus. Namun sayang dia kehabisan anak panah. Beruntung pada saat itu ada yang memberinya anak-anak panah. Sementara itu Nabi saw. menengok ke luar untuk melihat keadaan pasukannya yang porak poranda. Lalu Abu Thalhah berkata: 'Wahai Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, jangan engkau lakukan itu. Saya tidak ingin engkau menjadi sasaran anak panah musuh, biar leher saya saja yang terkena, asal jangan leher engkau ...' Pedang sempat jatuh dari kedua tangan Abu Thalhah dua atau tiga kali." (HR Bukhari dan Muslim)351

Anas bin Malik berkata: "Abu Thalhah adalah seorang sahabat Anshar yang paling banyak hartanya di Madinah berupa pohon kurma. Hartanya yang paling dia senangi adalah taman Bairuha' yang letaknya menghadap ke masjid. Rasulullah saw. biasa memasuki taman itu dan meminum airnya yang bagus." Anas berkata: bahwa ketika turun firman Allah yang berbunyi: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai," Abu Thalhah berusaha menemui Rasulullah saw. dan berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.' Harta yang paling aku cintai adalah taman Bairuha' dan aku ingin menyedekahkannya untuk Allah dengan harapan aku bisa memperoleh kebajikan-Nya dan menjadi simpanan di sisi Allah. Lakukanlah sesuatu, wahai Rasulullah, terhadap taman itu sesuai dengan yang diridhai Allah." Rasulullah saw. berkata: "Wah, harta itu banyak mengalirkan pahala kepada pemiliknya atau banyak menghasilkan untung." (Abdullah ragu): "Dan aku telah mendengar dan paham apa yang baru kamu katakan. Menurutku, sebaiknya kamu berikan saja kepada anggota keluargamu yang terdekat." Abu Thalhah berkata: "Akan aku laksanakan, wahai Rasulullah." Lalu Abu Thalhah membagi-bagikan harta yang paling dicintainya itu kepada kaum kerabatnya yang terdekat, dan juga kepada keponakan-keponakannya." (HR Bukhari dan Muslim)352

3. Penuh Perhatian dan Kesabaran terhadap Suami

Anas mengatakan bahwa anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, lalu Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya: "Jangan kalian ceritakan kepada Abu Thalhah perihal anaknya itu. Biar aku sendiri yang akan bercerita kepadanya."

Anas berkata: "Ketika Abu Thalhah datang, Ummu Sulaim menghidangkan santap malam kepadanya. Setelah Abu Thalhah makan dan minum dengan puas, Ummu Sulaim pergi ke kamar untuk bersolek secantik mungkin. Abu Thalhah bangkit nafsu birahinya sehingga dia lalu menggaulinya. Setelah melihat Abu Thalhah kenyang dan kebutuhan biologisnya telah terpuaskan, Ummu Sulaim mulai berkata: "Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurutmu jika ada satu kaum meminjamkan barangnya kepada suatu keluarga misalnya, kemudian mereka memintanya kembali barang yang dipinjamkan tersebut, apakah keluarga tersebut berhak menolaknya?" Abu Thalhah menjawab: "Tidak." Ummu Sulaim berkata: "Kalau begitu, tabahkanlah hatimu dengan kematian anakmu." Abu Thalhah menjadi marah, dia berkata: "Kamu biarkan aku menikmati pelayananmu, kemudian baru kamu beritahukan kepadaku tentang anakku." Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah saw. dan menceritakan apa yang telah terjadi. Rasulullah saw. bersabda: "Mudah-mudahan Allah memberi berkah pada malam yang telah kalian lewati dengan manis itu." Ummu Sulaim kemudian hamil.

Pada suatu hari Rasulullah saw. bepergian dan kebetulan Ummu Sulaim ikut bersama beliau. Apabila memasuki kota Madinah, Rasulullah saw. biasanya tidak melakukannya di malam hari sehingga harus mengetuk-ngetuk pintu rumah segala. Saat mereka sudah dekat ke Madinah, tiba-tiba Ummu Sulaim merasa sakit karena sudah dekat melahirkan. Abu Thalhah berusaha menolongnya dan menyuruhnya supaya sabar. Sementara itu Rasulullah saw. terus saja berjalan. Abu Thalhah berkata sendiri: "Ya Tuhan, Engkau tahu sendiri bahwa aku senang sekali bisa selalu bersama Rasulullah saw. Aku sudah berusaha sabar seperti yang Engkau tahu." Ummu Sulaim berkata: "Wahai Abu Thalhah, rasanya aku tidak mendapati sesuatu yang biasa aku dapati. Berangkat sajalah kamu!" Sepeninggalnya, kembali Ummu Sulaim merasa sakit seperti mau melahirkan. Ternyata dia memang melahirkan seorang anak laki-laki. Ibuku berkata kepadaku: "Wahai Anas, siapa pun tidak boleh menyusukannya sebelum kamu membawanya kepada Rasulullah saw." Pagi-pagi sekali aku bawa anak itu kepada Rasulullah saw. Kebetulan waktu itu aku mendapati beliau sedang membawa besi penyelar (penanda). Begitu melihatku beliau bertanya: "Barangkali saja Ummu Sulaim sudah melahirkan?" Aku jawab: "Benar." Beliau meletakkan besi penyelar tersebut. Aku bawa anak itu, lalu aku letakkan di pangkuan beliau. Rasulullah saw. kemudian minta diambilkan sebutir kurma Madinah. Beliau kunyah kurma tersebut di mulutnya sampai hancur, kemudian beliau suapkan ke mulut anak tersebut. Anak tersebut mengecapnya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Lihatlah, betapa sukanya orang-orang Anshar pada kurma." Setelah itu beliau mengusap wajah anak tersebut dan memberinya nama Abdullah." (HR Bukhari dan Muslim)353

4. Perhatian Rasulullah saw. terhadap Ummu Sulaim

Anas bin Malik r.a berkata: "Sesungguhnya Nabi saw. tidak pernah masuk suatu rumah di Madinah (secara terus menerus) selain rumah Ummu Sulaim, kecuali ke rumah para istri beliau. Ketika hal itu ditanyakan, beliau menjawab: 'Aku merasa kasihan kepadanya karena saudaranya terbunuh sewaktu bersamaku.'" (HR Bukhari dan Muslim)354

Anas r.a. berkata: "Adalah Nabi saw. apabila lewat di dekat Ummu Sulaim, beliau singgah menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya." (HR Bukhari)355

Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. datang mengunjungi Ummu Sulaim. Lantas Ummu Sulaim menghidangkan kurma dan minyak samin kepada beliau. Nabi saw. berkata: "Kembalikanlah minyak samin dan kurmamu ke tempatnya masing-masing sebab aku sedang berpuasa. Kemudian beliau pergi ke salah satu pojok rumah, lalu melaksanakan shalat bukan fardu. Beliau memanjatkan doa untuk Ummu Sulaim dan anggota keluarganya." Lalu Ummu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah, aku meminta sesuatu yang agak khusus." Rasulullah saw. berkata: "Apa itu?" Ummu Sulaim berkata: "Pembantumu si Anas. Tidak satu pun yang tinggal dari kebaikan akhirat, begitu pula dunia, kecuali dia berdoa untukku: 'Ya Allah, beri rezekilah dia harta dan anak yang banyak dan berkahilah dia.'"

(Anas berkata): "Sesungguhnya aku termasuk di antara orang-orang Anshar yang paling banyak memiliki harta dan putriku Umainah (Aminah) menceritakan kepadaku bahwa anak cucuku yang telah dikaburkan sewaktu kedatangan Hajjaj ke Bashrah lebih dari seratus dua puluh orang." (HR Bukhari)356

Anas bin Malik berkata: "Nabi saw. pernah datang ke rumah Ummu Sulaim dan beristirahat tidur di atas tempat tidurnya. Saat itu Ummu Sulaim tidak ada di rumahnya. Pada hari yang lain beliau juga datang lagi dan beristirahat tidur di tempat tidurnya Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim ditemui oleh seorang sahabat dan diberitahu: 'Nabi saw. sedang tidur di rumahmu, di atas tempat tidurmu.' Ummu Sulaim segera pulang, dia melihat beliau berkeringat, dan keringat beliau terkumpul pada sehelai hamparan kulit yang terdapat di atas tempat tidur. Ummu Sulaim lalu membuka kotak kecil miliknya. Dia kemudian menyeka keringat tersebut dengan sebuah handuk dan memerasnya ke dalam kotak kecil tadi. Nabi saw. terbangun, lalu bertanya: 'Apa yang sedang kamu kerjakan ini, wahai Ummu Sulaim?' Dia menjawab: 'Wahai Rasulullah, aku berharap mencari berkahnya untuk anak-anakku.' Rasulullah saw. berkata: 'Kamu benar.'" (HR Muslim)357

Anas berkata: "Nabi saw. adalah orang yang paling baik budi pekertinya, dan aku mempunyai seorang saudara yang bernama Abu Umair. Dia berkata: 'Aku mengiranya seusia anak sapihan.' Setiap beliau datang, beliau selalu bertanya: 'Hai Abu Umair, apa yang dilakukan burung pipit yang selalu dimainkan Abu Umair?' Kadang-kadang datang waktu shalat sewaktu beliau berada di rumah kami. Maka beliau meminta diambilkan hamparan yang diduduki oleh Abu Umair, kemudian disapu dan disiram sedikit dengan air. Setelah itu beliau berdiri untuk melakukan shalat dan kami pun berdiri di belakang beliau. Kemudian beliau shalat bersama kami." (HR Bukhari)358

5. Perhatian Ummu Sulaim dan Keluarganya terhadap Rasulullah saw.

Anas bin Malik berkata: "Ketika orang-orang Muhajirin tiba di Madinah dari Mekah, mereka tidak memiliki apa-apa. Sementara itu orang-orang Anshar banyak memiliki tanah dan pekarangan. Orang-orang Anshar kemudian membagikan tanah atau pekarangan kepada saudara-saudaranya dan mereka memperoleh bagi hasil sebanyak separuh setiap tahunnya. Pekerjaan dan biaya penggarapannya juga sudah mereka cukupi. Ibu Anas bin Malik (yaitu Ummu Sulaim) memberikan pohon kurmanya kepada Rasulullah saw." (HR Bukhari dan Muslim)359

Anas berkata: "Aku diajak oleh ibuku menemui Rasulullah saw. Separuh selendangnya dikenakannya kepadaku sebagai sarung dan separuh lagi sebagai selempang. Ibuku berkata: 'Wahai Rasulullah, si kecil Anas ini adalah putraku. Aku serahkan dia kepadamu untuk melayanimu. Maka panjatkanlah doa kepada Allah untuknya.' Rasulullah saw. pun berdoa seraya berkata: 'Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya.'Anas berkata: 'Demi Allah, sungguh hartaku sangat banyak, sedangkan anak cucuku sudah lebih dari seratus orang sekarang ini.'" (HR Bukhari)360

Anas bin Malik r.a. berkata bahwa dia baru berumur sepuluh tahun ketika Rasulullah saw. datang ke Madinah: "Ibu menasihatiku supaya terus-menerus dan tabah melayani Rasulullah saw. Aku sempat melayani beliau selama sepuluh tahun, dan Nabi saw. meninggal dunia ketika aku berusia dua puluh tahun." (HR Bukhari)361

Anas berkata: "Rasulullah saw. pernah menemuiku ketika aku sedang bermain-main dengan beberapa anak sebayaku. Beliau mengucapkan salam kepada kami, kemudian beliau menyuruhku untuk mengerjakan suatu keperluan.. Hal itu membuat aku terlambat pulang kepada ibuku. Begitu aku datang, ibuku bertanya: 'Apa yang membuatmu terlambat?' Aku menjawab: 'Aku disuruh oleh Rasulullah saw. untuk suatu keperluan.' Ibuku bertanya: 'Apa keperluan beliau itu?' Aku jawab: 'Itu rahasia.' Ibuku berkata: 'Kalau begitu, jangan kamu ceritakan rahasia Rasulullah saw. kepada siapa pun!' Anas berkata: 'Demi Allah, andaikata aku boleh menceritakannya kepada seseorang, tentu aku telah menceritakannya kepadamu, wahai Tsabit.'" (HR Muslim)362

Anas bin Malik berkata: "Setelah melakukan akad nikah, Rasulullah saw. menemui istrinya. Sementara itu ibuku Ummu Sulaim membuatkan sebaki makanan haisah (yang terbuat dari keju, kurma, dan minyak samin), lalu dia berkata kepadaku: 'Hai Anas, bawalah makanan ini kepada Rasulullah saw. dan katakan: "Ibuku menyuruhku mengantarkan makanan ini kepadamu, dan dia mengucapkan salam kepadamu." Kemudian katakan kepada beliau: "Ini ada sedikit makanan dari kami untukmu, wahai Rasulullah."' Anas berkata: "Lalu aku pergi membawa makanan itu kepada Rasulullah saw. Sesampainya di tempat beliau, aku berkata: 'Ibuku mengucapkan salam untukmu dan dia berkata: "Ini ada sedikit makanan dari kami untukmu, wahai Rasulullah."' Nabi saw. berkata: 'Letakkanlah dulu makanan itu!' Kemudian beliau berkata: 'Pergilah kamu memanggil si fulan, si fulan, si fulan, dan orang-orang yang kamu temui ...'" (HR Bukhari dan Muslim)363

Anas berkata bahwa Rasulullah saw. menyerang Khaibar ... dan kami menaklukkannya dengan pertempuran yang dahsyat. Kami mengumpulkan para tawanan. Tiba-tiba datang seorang prajurit yang bernama Dahyah. Dia berkata: "Wahai Nabiyallah, berilah aku seorang tawanan wanita." Nabi saw. berkata: "Pergilah ambil seorang!" Anas berkata: "Lalu Dahyah mengambil tawanan wanita yang bernama Shafiyyah binti Huyay." Melihat hal itu, prajurit lainnya bergegas melapor kepada Nabi saw.: "Wahai Nabiyullah, apakah engkau berikan kepada Dahyah, Shafiyyah binti Huyay, seorang pemuka Bani Quraizhah dan an-Nadhir? Dia itu sama sekali tidak pantas kecuali untukmu, wahai Rasulullah!" Nabi saw. berkata: "Panggil Dahyah bersama wanita itu ke sini!" Lalu Dahyah datang bersama wanita itu. Setelah melihat wanita itu sejenak, Nabi saw. berkata kepada Dahyah: "Kamu ambil tawanan wanita yang lain saja!" Anas berkata: "Lantas Nabi saw. memerdekakan Shafiyyah binti Huyay, kemudian mengawininya ..." Ketika sampai di tengah perjalanan, Ummu Sulaim mempersiapkan dan mendandani Shafiyyah. Menurut riwayat Muslim364: "Kemudian beliau menyerahkannya kepada Ummu Sulaim dan diperindah. Shafiyyah disuruh menunggu di rumah Ummu Sulaim selama masa 'iddah. Kemudian pada suatu malam Ummu Sulaim menyerahkan Shafiyyah kepada Nabi saw. dan diadakanlah acara perkawinan." (HR Bukhari dan Muslim)365

(sebelum, sesudah)


Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)
Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team