PENGADILAN TERHADAP YESUS
Pergi Ketika Dibutuhkan
Dalam sejarah dunia, tidak ada pengkhianatan yang
menjijikkan seperti yang terjadi pada Yesus. Dari awal
sampai akhir, Yesus menerima tanggapan yang buruk dari
orang-orang yang dipilihnya. Profesor Momerie dengan ringkas
menyimpulkan sikap murid-murid Yesus itu terhadap gurunya:
"Murid-murid Yesus selalu salah mengerti
terhadap dirinya dan kerjanya. Menginginkan dia untuk
mengumumkan diri sebagai Raja Yahudi; menginginkan dia untuk
memanggil api dari surga; menginginkan duduk di sebelah
kanan atau di sebelah kirinya di kerajaannya; menginginkan
dia menunjuk mereka pada bapanya untuk membuat Tuhan dapat
dilihat secara fisik oleh mata; menginginkan dia melakukan
sesuatu bagi dirinya dan diri mereka, yaitu segala sesuatu
yang tidak sesuai dengan rencana besarnya. Ini adalah
gambaran bagaimana mereka memperlakukan dia sampai dengan
akhir dan ketika saat akhir datang mereka meninggalkannya
dan lari."
Jika Muhammad adalah
"Orang yang paling
berpengaruh sepanjang sejarah", Michael H. Hart,
Jika Muhammad adalah "Orang yang berkepribadian religius
yang paling sukses", Ensiklopedia Britania edisi ke 11.
Jika Muhammad adalah "Pemimpin terbesar sepanjang waktu",
Lamartine dalam Sejarah Turki.
Maka bisa diakui bahwa berdasarkan penilaian tersebut
Yesus Kristus adalah "Rasul Allah yang paling tidak
beruntung".
Murid-murid Yesus selalu salah mengartikan terhadapnya.
Bangsanya, Yahudi selalu salah dalam menggambar ucapannya,
dan para pengikutnya selalu salah mengarti ajarannya, bahkan
sampai dengan hari ini. Jika Yesus adalah orang Jepang dan
bukannya orang Yahudi, tentu saja akan mendapat kehormatan
karena melakukan 'harakiri' (bunuh diri) daripada menanggung
pembelotan dan ketidaksetiaan pengikutnya.
Keputusan yang Telah Ditetapkan
Nasib Yesus sudah diputuskan: Imam Besar di Mahkamah
Agama (Kepala Imam-imam Yahudi) adalah orang yang mengambil
keputusan pada setiap pengadilan sipil berdasarkan
persangkaannya terhadap terdakwa. Dia telah memutuskan bahwa
Yesus harus mati, tanpa mendengar persidangan pembelaan dan
lain-lain. Dia telah merekomendasikan kepada mahkamah untuk
membunuh Yesus bahkan sebelum terjadi kasus tersebut.
"... Bahwa lebih berguna bagimu, jika satu
orang mati untuk bangsa kita, daripada seluruh bangsa kita
ini binasa''. (Injil - Yohanes 11: 50).
Yesus harus dimusnahkan! Tidak ada pertanyaan apakah itu
benar atau salah, adil atau tidak adil. Itu adalah "langkah
yang bijaksana" Pengadilan hanyalah sebuah sandiwara. Dengan
jalan apa saja, mereka menyatakan bahwa Yesus bersalah dan
harus dibunuh. Di tengah malam sekitar jam 2 dini hari, kaum
Yahudi dikumpulkan untuk bersaksi melawan Yesus. Suatu
pengadilan yang diselenggarakan lewat tengah malam adalah di
luar kebiasaan kaum Yahudi, tetapi siapa yang peduli?
Meskipun ada jaksa dan juri yang simpatik dan berani, tetapi
saksi-saksi palsu beserta bukti-buktinya tidak dapat
dihitung karena banyaknya.
Itu sudah keterlaluan bagi Yesus. Beliau tidak dapat
menahan dirinya untuk tetap diam. Dia harus membantah. Dia
mengajukan pembelaannya dengan kata-katanya sendiri.
"... Aku berbicara terus terang kepada dunia,
Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah,
tempat semua orang Yahudi berkumpul, Aku tidak pernah
berbicara sembunyi-sembunyi." (Injil - Yohanes 18: 20).
Sebagai tambahan, dia mengatakan bahwa dia hanya
mengajarkan ajaran-ajaran yang hanya bisa dipahami oleh
beberapa orang tertentu saja dan tidak bersifat rahasia. Dia
tidak mengajarkan apapun secara pribadi, sesuatu yang tidak
dia siapkan untuk dipublikasikan. Dalam kasus ini kaum
Yahudi tidak bisa mencari pasukan saksi untuk bersaksi
melawan dia. Tetapi pengadilan hanyalah sandiwara!
Orang-orang Yahudi itu bahkan tidak bisa memberikan 2 orang
yang pernyataannya sama! "Dalam hal ini pun kesaksian mereka
tidak sesuai satu dengan lainnya" (Markus 14: 59). Pendapat
Yesus ini sangat keras sehingga seorang penjaga yang berdiri
di situ menampar mukanya supaya dia diam. Yesus menjadi
takut? Tidak! Malahan dia berkata lebih lanjut:
".. Jikalau kataku itu salah, tunjukkanlah
salahnya, tetapi jikalau kataku itu benar, mengapakah engkau
menampar aku?" (Injil - Yohanes 18: 23).
Mereka memanfaatkan kesempatan - sekarang atau tidak sama
sekali. Secara legal mereka tidak bisa menghukum Yesus. Imam
Besar harus ikut campur tangan. Katanya kepada Yesus:
"... Apakah engkau Mesiah, anak dari Yang
Terpuji? Jawab Yesus, Akulah dia ..." (Injil - Markus 14:
61-62).
'Putra Tuhan' - Bukan Penghinaan
Tidak ada maksud penghinaan ataupun pengkhianatan dalam
pengakuan Yesus tersebut. 'Christ' adalah terjemahan Yunani
dari bahasa Yahudi 'Messiah' yang berarti 'orang yang suci'
atau 'orang yang dijanjikan'. Dimanapun juga, kata Christ
disamakan dengan Tuhan. Kita harus memisahkan hal ini dari
doktrin Kristen paganis tentang inkarnasi, dimana Tuhan
menjadi manusia. Pengharapan Yahudi tentang seorang Messiah
(Al-Masih) tidak mengidentifikasikan Al-Masih dengan Tuhan.
Sesungguhnya, ajaran Yahudi yang bersifat monotheisme
mengeluarkan seluruh pemahaman pagan seperti itu. 'Putra
Tuhan' juga merupakan suatu ungkapan yang biasa dalam ajaran
Yahudi. Tuhan kelihatannya mempunyai banyak sekali putra di
dalam kitab Yahudi. Tapi jika Anda mencari masalah, Anda tak
perlu mencari jauh-jauh.
Anda akan mendapatkannya dalam masalah ini. Imam Besar
sangat gembira. Dia merasa bahwa senjatanya telah merobek
pertahanan Yesus. Untuk mendramatisir kemenangannya, dia
mulai mengoyak pakaiannya.
"... Untuk apa kita perlu saksi lagi? Lalu
dengan suara bulat mereka memutuskan bahwa dia harus dihukum
mati (Injil - Markus 14: 63-64).
Bersalah Atau Tidak - "Yesus Harus Mati"
Kaum Yahudi telah salah menilai Yesus bahwa dia menghina
dan berkhianat terhadap ajaran agama. Kristen adalah 'sama'
dengan Yahudi dalam hal menghina Yesus, tetapi masalahnya
berbeda. Baik Yahudi maupun Kristen keduanya menginginkan
Yesus mati. Satu untuk "pembersihan diri" dan yang satu lagi
untuk "penebusan dosa".
Keputusan diambil dengan cepat dan bulat. Tapi tanpa izin
tentara Romawi, mereka tidak bisa menghukumnya. Pagi-pagi
sekali, mereka membawa Yesus ke Pilatus, karena seperti yang
mereka katakan:
"... Kami tidak diperbolehkan membunuh
seseorang". (Injil - Yohanes 18: 31).
Pilatus Mengelak Dari Tanggung Jawab
Sewaktu mengetahui bahwa Yesus adalah seorang Galilea,
yaitu kelompok orang yang sering menjadi masalah pokok
baginya, Pilatus merasa bahwa dia harus mengelakkan tanggung
jawab tersebut ke Herodes (Lukas 23: 7). Herodes hanya
mengolok-olok dan menistakan Yesus. Lalu Herodes mengirimkan
Yesus kembali ke Pilatus.
Kaum Yahudi telah mendakwa Yesus dengan tuduhan
penghinaan terhadap Tuhan. Seorang laki-laki yang mengaku
sebagai Tuhan tanpa bukti yang jelas. Akan tetapi tuduhan
seperti ini tidak akan mempengaruhi Pilatus. Karena dia
sendiri mempunyai banyak Tuhan yang berbentuk manusia.
Yupiter, Pluto, Vulcano, Eros, Mars, Neptunus, Apolo dan
Zeus adalah beberapa nama dari kerajaan dewanya. Bertambah
atau berkurang satu tidak akan menjadi masalah baginya. Hal
ini diketahui dengan baik oleh kaum Yahudi. Maka mereka
merubah tuduhan penghinaan menjadi pengkhianatan. Mereka
memfitnah:
". .. Telah kedapatan oleh kami bahwa orang
ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak
kepada Kaisar, dan tentang dirinya ia mengatakan bahwa ia
adalah Kristus, ialah Raja" (Injil - Lukas 23: 2).
Kesalahan Menilai yang Kedua
Penilaian tersebut tentu saja salah. Berlawanan dengan
apa yang mereka kemukakan, Yesus berkata:
"... Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib
kamu berikan kepadanya dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah" (Injil - Matius 22: 21 ).
Apakah ini subversif? Sebagaimana kaum Kristen (Kaum
Kristiani mengartikan kata 'Christ' sebagai Tuhan!), kaum
Yahudi juga ikut membuat arti dari dari kata "Christ" yaitu
"Seorang Raja!", sehingga lebih mudah bagi mereka untuk
mengajukan Yesus sebagai lawan bagi pemimpin Romawi. Pilatus
menanggapi maksud Yahudi tersebut. Padahal Yesus adalah
orang yang lembut, pasif dan kelihatannya bukan merupakan
lawan yang berbahaya. Dia tidak seperti pahlawan perang,
pemimpin politik ataupun anggota teroris.
Pembelaan yang Bagus Sekali - dan Keputusan yang Adil
Dengan ragu-ragu Pilatus bertanya pada Yesus:
"... Engkau inikah raja orang Yahudi? Jawab
Yesus, 'Kerajaanku bukan dari dunia ini, jika kerajaanku
dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya
aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi
kerajaanku bukan dari sini'..." (Injil - Yohanes 18: 33-36).
Suatu pembelaan yang bagus sekali! Tak satu pun pengacara
pembela yang bisa melakukan pembelaan sebaik itu. Sebagai
Rasul Tuhan, dia tidak bisa mengingkari status keagamaannya.
Miliknya adalah kerajaan spiritual. Semuanya ini tidak masuk
akal bagi Pilatus. Dia pikir Yesus mungkin saja menipu atau
gila, tetapi tidak membahayakan negaranya. Dia tidak
menentang kerajaan Romawi. Pilatus lalu mendatangi kaum
Yahudi dan menetapkan keputusannya dengan tegas:
"... Aku tidak mendapati kesalahan apapun
padanya."(Injil - Yohanes 18: 38).
Meskipun Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dianggap
menulis kehidupan Yesus ini sendiri-sendiri, tetapi
mengherankan karena kelihatannya seperti 'synoptist'
(Synoptist: melihat hanya dari satu sudut/satu sisi.) Tiga
orang pertama dari keempat orang tersebut, tidak pernah
mendengar kata-kata "kerajaanku bukan dari bumi ini" dan
seterusnya. Jika Tuhan mendiktekan kata-kata ini khusus
untuk Yohanes atau jika dia telah diberitahukan oleh saksi
mata, maka kata-kata ini pasti keluar dari bibir Yesus.
Perkataan yang paling baik untuk melawan tuduhan kaum
Yahudi. Bagaimana kata-kata ini bisa terdengar oleh orang
lain, tanpa Yesus membuka mulutnya?
Berbicara dengan Mulut Terkatup
Para penginjil selalu berkotbah, bernyanyi dan klaim
bahwa Yesus dibawa:
"ke pembantaian seperti anak domba Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan dirinya ditindas sehingga
tidak membuka mulutnya" (Injil - Yesaya 53: 7).
Saya akan mengutip kata demi kata dari Injil, agar Anda
bisa mempelajari penyakit baru dari pemuja-pemuja Injil,
yang bahkan mahasiswa-mahasiswa hukum pun tertimpa penyakit
ini. Ia berkata,
Yesaya membuat ramalan tentang Yesus
Kristus: Dia tidak mau membela dirinya sendiri di
pengadilan tersebut (Yesus). "Dia tidak membuka
mulutnya"
|
Jika Anda kebetulan bertemu dengan pemuja-pemuja seperti
itu, maka tanyakan pada mereka, "Apakah Yesus berbicara
dengan mulut tertutup? Bagaimana ungkapan-ungkapan berikut,
yang diatributkam kepada Yesus, keluar dari bibir Yesus
tanpa membuka mulutnya,
- Di hadapan Pilatus: "Kerajaanku bukan dari dunia ini"
(Injil - Yohanes 18: 36).
- Di hadapan Imam Besar: "Jikalau kataku itu salah,
tunjukkan salahnya, tetapi jikalau kataku itu benar,
mengapakan engkau menampar aku?" (Injil-Yohanes 18: 23).
- Di hadapan Tuhan di bukit Zaitun: "Ya bapaku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaku
..." (Injil - Matius 26: 39).
Kita sebagai Muslim percaya kepada mukjizat-mukjizat
Yesus, tetapi kita tidak yakin bahwa dia adalah seorang
Ventriloquism (Seni berbicara atau mengeluarkan bunyi
sedemikian rupa sehingga seolah-olah sumber suara itu
berasal dari orang lain, seperti Ria Enes dengan bonekanya,
Susan, pent.) Setiap kali diperlukan, selama pengadilan dan
penyidangan kepadanya, Yesus membuka mulutnya, mengatakan
"seperti yang tercantum dalam Injil". Tetapi bagi mereka
yang menolak untuk melihat atau mendengar, kita hanya bisa
mencoba menghibur dengan kata-kata sang guru:
"... sekalipun melihat, mereka tidak melihat
dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak
mengerti". (Injil - Matius 13: 13).
Pemerasan
Dalam masalah tersebut, Pilatus menemukan bahwa Yesus
tidak bersalah! Musuh-musuh beliau berkeras dengan memeras
Pilatus, sambil berkata:
"... jikalau engkau membebaskan dia, engkau
bukanlah sahabat Kaisar; Setiap orang yang menganggap
dirinya sebagai raja, Ia bukanlah sahabat Kaisar". (Injil -
Yohanes 19: 12)
Ketika persidangan sedang berjalan, istri Pilatus
mengirimkan pesan kepadanya:
"Jangan engkau mencampuri perkara orang yang
benar itu, sebab karena dia aku sangat menderita dalam mimpi
tadi malam." (Injil - Matius 27: 19).
Meskipun Pilatus segan untuk menghukum orang yang tidak
bersalah dan berbahaya, dan istrinya pun membelanya
berdasarkan mimpinya, tetapi Pilatus tidak bisa menentang
pengaruh kaum Yahudi. Dia terpaksa memenuhi teriakan kaum
Yahudi:
"Ia harus disalibkan!" Pilatus mengambil air
dan membasuh tangannya. Di hadapan orang banyak dan berkata,
'Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; Itu urusan
kamu sendiri'..." (Injil - Matius 27: 23-24).
Kalian kaum Yahudi, bersalah terhadap tindakan yang tidak
adil ini. Dan Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalib.
|