KEBIJAKAN ATAU KEBERANIAN?
Salah Perhitungan yang Kedua
Yesus salah perhitungan:
- Melihat antusiasme yang ditunjukkan oleh
murid-muridnya pada acara perjamuan malam, dia yakin
bahwa mereka bisa melawan Yahudi yang akan menangkapnya.
- Yahudi lebih cerdik dari apa yang dipikirnya. Mereka
membawa tentara Romawi bersama mereka.
Pemikir-pemikir Kristen tidak kurang cerdik dengan
terjemahan mereka dan memanipulasi Injil. Mereka telah
merubah kata-kata "Pasukan Romawi" dengan menyingkat
"pasukan" dan sekarang dari kata pasukan menjadi 'sekelompok
orang' dan 'penjaga':
"Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan
sekelompok orang dan penjaga-penjaga rumah Allah yang
disuruh oleh Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap
dengan lentera, suluh dan senjata". (Injil - Yohanes 18: 3).
Tertangkap Sewaktu Lengah
Murid-murid tertangkap, dalam bahasa orang Inggris,"
dengan celana mereka yang melorot". Secara harfiah berarti
mereka tertangkap ketika sedang lengah/tidur. Musuh
menginjak-injak mereka dengan kasar. Hanya satu di antara
mereka yang sempat mengajukan pertanyaan:
"... Tuhan, mestikah kami menyerang mereka
dengan pedang." (Injil - Lukas 22: 29).
Tetapi sebelum Yesus bisa menjawab pertanyaan tersebut,
Petrus yang pemberani mengeluarkan pedangnya dan memotong
telinga kanan salah seorang musuhnya. Yesus tidak melawan
tentara Romawi tersebut. Menyadari bahwa situasi sudah
berbalik dan tidak berjalan sesuai dengan strateginya, dia
menasehatkan murid-muridnya:
".. Masukkan pedang itu kembali ke dalam
sarungnya, sebab barang siapa yang menggunakan pedang akan
binasa oleh pedang ." (Injil - Matius 26: 52).
Perubahan Strategi
Apakah Yesus tidak mengetahui makna dari pernyataannya
ketika dia menyuruh murid-muridnya untuk menjual jubahnya
dan membeli pedang? Tentunya dia tahu! Lalu mengapa sekarang
malah bertentangan? Sebenarnya tidak ada pertentangan!
Situasi telah berubah, jadi strategi harus juga dirubah. Dia
menyadari bahwa melawan tentara yang terlatih dan
bersenjatakan lengkap dengan mengandalkan pasukannya yang
masih mengantuk dan tidak siap, hanya merupakan tindakan
bunuh diri.
Pangeran Perdamaian???
Kenapa orang Kristen yang pandai berdebat dan berpikir
tidak memberikan penghargaan atas pemikiran yang wajar ini?
Karena telah diprogram selama 2000 tahun bahwa Yesus adalah
"Nabi', "Putra Perdamaian', tidak pernah mengganggu lalat
sekalipun. Mereka melupakan sisi lain sifat alami manusia
yang haus darah dan panas! Mereka lupa perintahnya kepada
pasukannya untuk menghadapi musuh-musuhnya yang tidak
menyukai dan melawan perintahnya, dengan mengusir mereka:
"... dan bunuhlah mereka di depan mataku".
(Injil -Lukas 19: 27).
"Janganlah kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa
damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang." (Injil-Matius 10: 34).
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah
aku harapkan, api itu telah menyala! Kamu menyangka bahwa
aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kataku
kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan". (Injil -
Lukas 12: 49 dan 51)
Berdasarkan gambaran ayat-ayat di atas yang diucapkan
Yesus kepada pendengarnya saat itu, maka setelah Petrus
menggunakan pedangnya, berarti penyembelihan itu memang
sudah diperintahkan dan tanpa penyesalan, sesuai dengan apa
yang dilakukan nenek moyangnya yaitu Yosua yang menyerang
dan membantai orang-orang di Yericko.
"Mereka menumpas dengan mata pedang segala
sesuatu yang ada di dalam kota itu, baik laki-laki maupun
perempuan, baik tua maupun muda, bahkan lembu, domba dan
keledai." (Injil - Yosua 6: 21).
Dan penulis Injil mau tidak mau menempatkan kata-kata
tersebut sebagai perkataan Yesus sebagai pemenuhan ramalan
Vaticinium Ex Eventu (ramalan setelah kejadian) sebagaimana
catatan dari moyangnya (?), Daud.
Kegagalan dan Pengadilan
Perjalanan menuju Yerusalem telah gagal. Penyerangan di
bukit Zaitun telah membuktikan kegagalan. Apabila ada hadiah
bagi keberhasilan maka akan ada pula balasan untuk
kegagalan. Lawan sangat berat! Ditambah dengan adanya
kesengsaraan, cobaan, keringat dan darah.
Dengan tangan-tangannya yang kuat, tentara-tentara Romawi
menyeret tubuh Yesus dari Getsemani ke Annas dan dari Annas
ke Mahkamah Agama dan dipertemukan dengan Uskup Agung dan
sebagaimana yang ditunjukkan kaum Yahudi ke Sanhedrin, untuk
menghadapi pengadilan dan hukuman.
Ketika jiwa Yesus terancam dalam sidang pengadilan
musuh-musuhnya, dimana para pahlawan-pahlawannya yang
seharusnya membela dengan tangisan perang; "Guru, kami siap
mati demi engkau, kami siap dipenjara demi engkau!", Markus,
orang pertama yang menulis Injil, dengan tidak merasa malu
dan tanpa basa-basi berkata:
"Lalu semua murid itu meninggalkan dia dan
melarikan diri ". (Injil - Markus 14: 50)
Para penulis keduapuluh tujuh Kitab Perjanjian Baru tidak
bisa menemukan pembelotan yang memalukan seperti itu di
Kitab-Kitab Yahudi (Perjanjian Lama) untuk memenuhi ramalan.
Jika di sana ada, pasti mereka telah mengeksploitasinya
dengan cepat.
Merenungkan Kembali Kegagalan
Dalam suatu perdebatan antara Islam dan Kristen di SABC
TV salah seorang partisipan yang mengaku dari sekte
'kelahiran kembali' mengajak untuk merenungkan kata
"Pembelotan". Dia mengucapkan kata "Pembelotan" dengan
begitu senangnya seolah-olah mengatakan kemenangan dan
bukannya suatu kegagalan yang memalukan. Para penyebar Injil
telah mengembangkan suatu penyakit yang memalukan dan
tercela. Setiap orang, laki-laki atau perempuan penganut
sekte tersebut diperbolehkan melakukan perzinahan, mabuk,
meminum obat-obatan terlarang dan perbuatan seperti binatang
yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang merupakan
sampah masyarakat merupakan calon dari penganut sekte ini.
|