|
DUA PULUH DELAPAN
ILUSI NILAI-NILAI BERSAMA
Salah satu omong kosong yang paling berbahaya dan paling
luas diyakini mengenai hubungan AS-Israel adalah bahwa kedua
negara itu mempunyai cita-cita, struktur demokrasi, dan
penghargaan pada hak-hak asasi manusia yang sama. Ini
merupakan khayalan yang menyulitkan setiap upaya perdamaian.
Israel bukan negara demokrasi. Ia. tidak mempunyai
konstitusi. Ia melancarkan diskriminasi terutama atas dasar
agama dan bersikap kasar bahkan brutal terhadap kelompok
minoritas. Ia adalah sebuah negara yang bersifat eksklusif
dan ekspansionis. Selama hampir setengah abad
praktek-praktek Israel telah berkali-kali dikecam oleh
masyarakat dunia sebagai pelanggaran-pelanggaran terhadap
hukum internasional. Meskipun praktek-praktek ini
bertentangan dengan hukum Amerika, Amerika Serikat, bagai
mencoreng muka sendiri, selalu melindungi Israel.
OMONG KOSONG
"[Amerika Serikat mempunyai suatu]
hubungan khusus dengan Israel, yang didasarkan atas
nilai-nilai yang sama, perjanjian timbal balik untuk
mendukung demokrasi, dan suatu persekutuan
strategis." --Program Partai Demokrat,
19921
FAKTA
Israel tidak mempunyai sebuah konstitusi tertulis atau
pernyataan hak-hak asasi manusia, dan pemerintahannya
sebagian benar-benar merupakan suatu
teokrasi.2
Menurut Hukum Yurisdiksi Pemerintahan Rabbi tahun 1953,
semua penduduk Yahudi berada di bawah pemerintahan rabbi
dalam bidang-bidang domestik dan sosial. Dengan demikian
hanya daging yang halal saja yang diperbolehkan di Israel
dan usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang beragama
Kristen atau beragama lain untuk menarik masuk orang Yahudi
merupakan suatu kejahatan yang dapat dihukum penjara lima
tahun.3 Seorang
hakim agama dapat memerintahkan seorang suami agar
menceraikan istrinya atau menolak menceraikan istri yang
diperlakukan tidak adil, dan seorang ipar lelaki boleh
mencegah seorang janda tanpa anak untuk menikah
lagi.4
Orang-orang Kristen atau Muslim tidak boleh menikahi
orang-orang Yahudi di Israel, dan jika mereka menikah di
tempat lain maka ikatan mereka tidak diakui oleh pengadilan
rabbi di Israel.
Pada Desember 1990, para pemimpin gereja Kristen di
Jerusalem sangat prihatin dengan gangguan-gangguan Yahudi
terhadap institusi-institusi tradisional Kristen sehingga
mereka membatasi perayaan-perayaan Kristen dengan doa-doa
"tanpa mewujudkannya dalam suasana penuh kegembiraan."
Orang-orang Kristen sangat mengkhawatirkan usaha-usaha yang
dilakukan para pemukim Yahudi untuk pindah ke wilayah
Kristen di Kota Tua dan adanya "pengikisan hak-hak
tradisional serta hak-hak istimewa gereja yang telah berumur
berabad-abad," termasuk pengenaan pajak kotapraja dan pajak
negara. Pernyataan mereka berbunyi, sebagian: "Kami
mengungkapkan keprihatinan kami yang mendalam atas
masalah-masalah baru yang dihadapi gereja setempat. Mereka
ikut campur dalam menjalankan fungsi lembaga-lembaga agama
kami, dan kami menyerukan pada otoritas sipil di negeri ini
untuk melindungi hak-hak historis kami dan status kami yang
dihormati oleh semua pemerintahan."5
Untuk menangkap betapa tidak masuk akalnya pendapat yang
mengatakan bahwa Israel itu seperti Amerika, kita hanya
perlu membayangkan akan seperti apa jadinya hidup ini jika
Amerika dioperasikan dengan kitab undang-undang Israel. Di
bawah undang-undang itu, orang-orang Kristen Amerika,
masyarakat keagamaan yang dominan, akan menikmati status
yang sangat tinggi. Mereka sajalah yang dapat menyita harta
kekayaan orang-orang non-Kristen, membawa-bawa senjata api,
membeli atau menyewa tanah dan bangunan pemerintah,
mendapatkan perumahan yang disubsidi, dan menikmati
keuntungan-keuntungan sosial lainnya. Orang-orang
non-Kristen boleh ditembak karena dicurigai membawa sebuah
senjata atau koktil molotov. Tulang-tulang mereka boleh
dipatahkan sebagai sarana pendidikan disiplin. Rumah-rumah
mereka boleh dimasuki dengan paksa tanpa Surat perintah,
didinamit, atau disegel. Mereka boleh ditangkap dan
dipenjarakan untuk waktu yang sangat lama tanpa proses yang
layak.
Di bawah undang-undang Israel, orang-orang non-Kristen
yang tinggal di wilayah yang telah ditaklukkan oleh pasukan
militer AS bertahun-tahun yang lalu tidak akan pernah
menjadi warga negara Amerika Serikat atau mempunyai hak
untuk menentukan masa depan politik mereka sendiri, bebas
dari otoritas AS. Pun orang-orang non-Kristen yang lari
selama terjadinya penaklukan militer ini tidak diperbolehkan
untuk kembali ke rumah-rumah mereka.
OMONG KOSONG
"Hubungan ini didasarkan atas kesetiaan yang
sama pada demokrasi dan nilai-nilai bersama."
--Presiden George Bush, 19926
FAKTA
Israel mempraktekkan sejumlah aturan yang tidak sah di
Amerika Serikat dan di negara-negara Barat lainnya sebagai
kebijakan negara. Termasuk pembunuhan, penculikan,
pengusiran, penahanan tanpa tuduhan atau pengadilan,
penyitaan tanah, dan hukuman kolektif-belum lagi praktek
spionase yang telah lama dilancarkan Israel terhadap Amerika
Serikat, dermawan terbesarnya. Lebih-lebih, Israel adalah
satu-satunya negara yang secara resmi menyetujui
penyiksaan.7
Perdana Menteri Yitzhak Shamir dan Menachem Begin, para
pemimpin dari kelompok teroris Yahudi terbesar di Palestina,
sebelum terbentuknya Israel, tidak pernah mengungkapkan
penyesalan mengenai aktivitas-aktivitas berdarah mereka.
Dalam kenyataannya, Shamir justru pergi menghadiri
konferensi perdamaian di Madrid pada 1991 untuk mengemukakan
tanggapannya atas tuduhan-tuduhan menyangkut masa lalunya
sebagai teroris: "Saya telah selalu mengatakan, saya selalu
mengatakan, saya bangga akan segala sesuatu yang telah saya
lakukan di masa lalu. Saya tidak memungkiri satu langkah
pun... Saya bangga dengan apa yang telah saya lakukan dan
saya tidak berkewajiban untuk memberi penjelasan kepada
siapa pun."8
Beberapa tahun sebelumnya Shamir mengatakan pada seorang
pewawancara: "Ada orang-orang yang mengatakan bahwa membunuh
[seorang individu] adalah terorisme, namun menyerang
sebuah kamp angkatan bersenjata adalah perang gerilya dan
membom orang-orang sipil adalah perang profesional. Tetapi
saya rasa hal itu sama dari sudut pandang moral... Akan
lebih efisien dan lebih bermoral jika kita menentukan
sasaran-sasaran terpilih."9
Sikap semacam itu telah mendorong Israel untuk
mempraktekkan pembunuhan atas lawan-lawannya. Di antara
operasi-operasi yang terdokumentasi, pada awal 1960-an
Israel melancarkan suatu kampanye teror melawan para ilmuwan
Jerman yang bekerja di Mesir,10
termasuk paling sedikit lima orang terbunuh oleh sebuah bom
surat. Seorang ilmuwan Mesir terbunuh pada 1979 ketika
sedang bekerja untuk Irak.11
Pada 1990 Gerald Vincent Bull, seorang ahli artileri Kanada,
tertembak mati di luar apartemennya di Brussels setelah
secara terbuka dikaitkan dengan program senjata Irak. Bull
dilaporkan sebagai korban dari para pembunuh
Israel.12
Selama beberapa dasawarsa Israel telah melancarkan suatu
kampanye pembunuhan yang tak henti-hentinya terhadap
orang-orang Palestina yang tergabung dalam Organisasi
Pembebasan Palestina, termasuk pembunuhan yang salah sasaran
atas seorang pelayan Arab di Lillehammer, Norwegia, pada
1973,13 dan
pembunuhan pada 1991 atas kepala militer PLO Khalil Wazir,
yang lebih dikenal dengan nama Abu Jihad (Bapak Perjuangan),
di rumahnya di Tunis.14
OMONG KOSONG
"Dasar hubungan antara Israel dan Amerika
Serikat adalah landasan yang tak tergoyahkan dari
nilai-nilai dan harapan-harapan yang sama. Kesetiaan
bersama kami pada demokrasi dan kebebasan berdiri di atas
batu yang kuat dan permanen yang di atasnya hubungan kami
dibangun." --Yitzhak Rabin, perdana menteri Israel,
199215
FAKTA
Kebijaksanaan negara Israel yang mentolerir penculikan
telah mempengaruhi keamanan AS dan meminta korban nyawa
orang-orang Amerika. Contoh yang paling terkenal dan
mutakhir dari praktek ini adalah penculikan atas seorang
Syeikh Syi'ah Abdul Karim Obeid dari rumahnya di Lebanon
Selatan. Sebagai tindak pembalasan, seorang sandera Amerika
yang ditahan di Lebanon, Letnan Kolonel Marinir William R.
Higgins, digantung oleh para penahannya yaitu orang-orang
Muslim Syi'ah.16
Setelah Higgins digantung, Presiden Bush berbicara secara
terbuka: "Pada hari Jumat, saya katakan bahwa mengambil
seorang sandera tidak akan dapat membantu proses perdamaian
Timur Tengah. Peristiwa brutal dan tragis hari ini telah
menegaskan kebenaran pernyataan itu. Malam ini, saya ingin
melangkah melampaui pernyataan itu dengan suatu seruan
mendesak pada semua-semua-pihak yang menahan sandera-sandera
di Timur Tengah, agar membebaskan mereka dengan segera
sebagai isyarat kemanusiaan, untuk mulai memutar balik
lingkaran kekerasan di wilayah itu."17
Israel menolak untuk membebaskan Obeid dan beratus-ratus
orang Palestina lainnya yang ditahan sebagai sandera. Ini
mendorong keluarnya kecaman dari pemimpin Republik Senat Bob
Dole, yang menuduh bahwa aksi-aksi Israel "membahayakan
nyawa orang-orang Amerika." Dia menambahkan bahwa "sedikit
rasa tanggung jawab di pihak orang-orang Israel di saat-saat
sekarang ini akan sangat melegakan."18
Israel juga secara rutin melancarkan tindakan-tindakan
yang begitu biadab seperti hukuman kolektif, "penahanan
administratif," penyiksaan, dan pengusiran dalam usahanya
untuk menekan pemberontakan
Palestina.19
Pembakaran buku adalah tanda lain dari pendudukan Israel.
Israel Shahak, seorang ilmuwan Israel yang berhasil lolos
dari kamp pembasmian Nazi dan kini berkampanye untuk membela
hak-hak Palestina, melaporkan: "Para serdadu Israel memasuki
sebuah perpustakaan Palestina, umum maupun pribadi,
mengumpulkan semua buku, menumpukkannya di luar, dan
membakarnya. Karena mereka tidak bisa membaca tulisan Arab,
kata mereka, maka mereka harus membakar semua buku, untuk
memastikan bahwa kejahatan telah
dihancurkan."20
OMONG KOSONG
"Israel... telah terbukti sebagai salah satu
penerima bantuan asing AS yang telah menanggapi secara
positif tawaran AS untuk melakukan pembaruan-pembaruan
besar dalam ekonominya." --AIPAC,
199221
FAKTA
Israel adalah salah satu dari sedikit negara di dunia
yang berpegang pada ekonomi
sosialis.22
Meskipun ada usaha-usaha keras dari Washington untuk
memperbarui sistem Israel yang ketinggalan zaman dan tidak
efisien, keterlibatan pemerintah yang sangat besar
mendominasi ekonominya. Pada akhir 1991 sebuah telaah oleh
Export-Import Bank mencatat bahwa Israel selama dua
dasawarsa telah "menangguhkan pembaruan-pembaruan pasar
bebas" dan akibatnya ia semakin tergantung pada bantuan
AS.23
Laporan lain yang dikeluarkan kira-kira pada waktu yang
sama oleh Pelayanan Riset Kongres (CRS), suatu bagian dari
Kongres di Perpustakaan Kongres, menyimpulkan bahwa "Israel
secara ekonomis tidak mampu mencukupi dirinya sendiri, dan
tergantung pada bantuan dan pinjaman luar negeri untuk
mempertahankan ekonominya." Laporan CRS itu menambahkan
bahwa ekonomi Israel didorong menuju krisis oleh
"biaya-biaya pelayanan utang yang terus bertambah,
pengeluaran-pengeluaran pelayanan sosial pemerintah yang
terus membumbung, tingkat pembelanjaan pertahanan yang
sangat tinggi, dan ekonomi dalam negeri yang mandeg digabung
dengan inflasi di seluruh dunia dan jatuhnya pasar luar
negeri bagi barang-barang Israel." Angka inflasinya
rata-rata 20 persen di tahun-tahun belakangan ini, suatu
angka yang tinggi bagi kebanyakan negara namun itu sudah
merupakan perkembangan dibanding tahun 1984 ketika inflasi
Israel mencapai angka rekor 445
persen.24
Ekonomi Israel yang boros merupakan alasan utama mengapa
negara Yahudi itu tidak mampu menutup biaya penyerapan
imigran-imigran dari bekas Uni Soviet dan harus mencari
bermilyar-milyar dollar dalam bentuk garansi pinjaman dari
Amerika Serikat. Situasinya begitu buruk sehingga Bank
Israel meramalkan dalam suatu laporan bahwa sebanyak 200.000
imigran baru akan pergi di tahun-tahun mendatang jika
lapangan kerja tidak tercipta. Laporan tahun 1991 menyatakan
bahwa inflasi mencapai dua digit dan pengangguran mencapai
angka 11 persen dan dapat naik sampai 18
persen.25
Menurut pendapat ahli ekonomi Israel Steven Pault,
"Kebijaksanaan ekonomi Israel terdiri atas pemanfaatan dana
politik yang gila-gilaan... Sementara kebanyakan negara
melancarkan dengan giat kebijaksanaan anti-trust dengan
agen-agen pelaksana yang kuat, kebijaksanaan ekonomi di
Israel jelas pro-trust... Produksi, pemasaran, kuota-kuota
ekspor, dan pembagian air dan tanah dilakukan sebagai
perlindungan; mereka tidak pernah dilelang... Kebijaksanaan
perdagangan Israel adalah yang paling proteksionis di dunia
demokrasi... Semua negara lain akan terkena sanksi
perdagangan internasional bahkan untuk adanya sedikit
pembatasan impor dan manipulasi ekspor yang tetap
dipertahankan Israel." Dia menambahkan, "Para pembuat
kebijaksanaan Israel sendiri telah membuktikan mereka tidak
bersedia atau tidak mampu menghasilkan pembaruan-pembaruan
ekonomi." Namun, Pault menyimpulkan, Amerika Serikat tidak
berusaha untuk memanfaatkan program bantuannya yang sangat
besar untuk menekan Israel agar melancarkan
pembaruan-pembaruan, yang tanpa itu Israel akan menjadi
semakin tergantung.26
OMONG KOSONG
"Orang-orang Israel telah lama mengakui
adanya kebutuhan untuk memperbarui ekonomi mereka secara
drastis." --AIPAC,199227
FAKTA
Meskipun ada usaha-usaha keras Amerika Serikat pada
1980an untuk memperbarui sosialisme Israel, lebih dari 60
persen aktivitas ekonomi Israel pada 1991 tetap didasarkan
atas subsidi-subsidi pemerintah dan pembelanjaan yang selalu
dikaitkan dengan pemerintah. Menurut kesimpulan suatu telaah
oleh Institut di Jerusalem untuk Strategi Maju dan
Telaah-telaah Politik: "Bayangan Israel mengenai masa depan
adalah melanjutkan jalan suram dan rusak yang sama dari
pemerintahan yang lebih besar. "28
Export-Import Bank dalam telaah tahun 1991-nya mencatat
bahwa Israel telah menentang pembaruan-pembaruan dan sebagai
gantinya memanfaatkan utang "untuk membiayai pengeluaran
pertahanan yang tinggi, sistem kesejahteraan sosial yang
ekstensif, dan standar hidup yang relatif tinggi... Jika
pinjaman baru ditingkatkan secara tajam... besar kemungkinan
menjelang akhir dasawarsa itu pemerintah AS akan berada
dalam posisi di mana pelunasan-pelunasan yang dijadwalkan
melampaui pengeluaran. Dengan demikian pemerintah AS akan
menjadi importir modal bersih dari
Israel."29
Suatu telaah oleh para ahli AS pada 1989 melaporkan
kesalahan-kesalahan yang sama yang menekan ekonomi Israel
yang dikendalikan pemerintah. Ini termasuk kesalahan
manajemen pemerintahan dan tidak adanya program ekonomi
jangka panjang; ketergantungan yang sangat besar pada
pembelanjaan pemerintah, yang mencapai dua pertiga dari GNP
Israel; pengeluaran pemerintah yang sangat bebas untuk
bisnis-bisnis yang gagal; dan kecenderungan di kalangan
orang-orang Israel untuk lebih suka menganggur daripada
menerima pekerjaan dengan gaji
rendah.30
Dalam Skala besar, ketidakefisienan ini merupakan akibat
pengaruh yang luar biasa dari Histadrut, Federasi Kaum
Pekerja Yahudi, yang sangat besar dalam ekonomi
Israel.31
Histadrut telah mendominasi ekonomi Israel sejak awal
berdirinya negara Yahudi itu. Ia telah menjadi penyerap
tenaga kerja yang paling luas di Israel dan usaha-usahanya
meliputi bangunan, bank, asuransi, dan pemasaran serta
koperasi konsumen terbesar di
Israel.32
Ahli sejarah Howard M. Sachar mencatat pada pertengahan
1970-an bahwa Israel telah mengalami apa yang dinamakannya
keruntuhan etika kerja di dalam tenaga kerjanya, sebagian
akibat kekuatan Histadrut: "Tentu saja para pemimpin
Histadrut tidak dapat menghindari tanggung jawab besar
terhadap keruntuhan etika kerja itu. Dengan hak-hak pekerja
yang dijamin dan dilembagakan sampai pada tingkat terakhir
selama bertahun-tahun, maka menjadi mustahil bagi majikan
untuk memecat orang-orang yang selalu berlagak sakit dan
pemalas. Kecenderungan para pekerja di pabrik-pabrik,
toko-toko, dan juga kantor-kantor, serta tak ketinggalan di
lingkungan pemerintahan, untuk bekerja dengan sesedikit
mungkin mengerahkan tenaga dan ketelitian jelas mempengaruhi
masyarakat secara luas."33
Hampir dua puluh tahun kemudian, gambaran suram itu belum
banyak berubah. Ini terutama karena kesalahan dari bantuan
AS, yang mendorong Israel untuk mengabaikan masalah-masalah
mendasarnya, di antaranya bukan hanya kelambanan birokratis
melainkan juga korupsi yang
merajalela.34
Kata Senator Republik Malcolm Wallop dari Wyoming: "Dunia
sedang berpacu menjauhi sosialisme, namun kita justru
menopang sebuah negara yang jelas-jelas sosialis, Israel,
yang tidak mau berubah. Ia hanya mempunyai sedikit usaha
bebas dan subsidi-subsidi yang sangat besar dan menyimpang
melalui ekonominya. Dalam banyak hal, bantuan kita mendukung
itu."35
Atau, dalam kata-kata ahli ekonomi Israel Alvin Rabushka:
"Kita dapat mempertanyakan kebijaksanaan para pembayar pajak
AS yang memberi subsidi pada pemerintah Israel, yang pada
gilirannya menggunakan uang itu untuk mensubsidi ekonomi
sosialistiknya sendiri."36
OMONG KOSONG
"Terutama akibat beban pertahanan yang luar
biasa dari pemerintah, orang-orang Israel melihat standar
hidup mereka dengan perlahan-lahan melorot." --AIPAC,
199237
FAKTA
Orang-orang Israel belakangan ini menikmati standar hidup
yang jauh lebih tinggi dibanding
sebelumnya.38
Ini akibat bantuan AS yang sangat besar dan juga dana
sekitar $1 milyar setiap tahun dalam bentuk
sumbangan-sumbangan serta pembelian-pembelian mengikat dari
para pendukung Yahudi di luar
negeri.39
Sebagian besar dari pembelajaan pertahanan Israel
sesungguhnya juga dibayar oleh Amerika Serikat. Suatu telaah
oleh Kantor Akunting Umum AS melaporkan bahwa pada 1983
Amerika Serikat telah membiayai 37 persen dari anggaran
militer Israel 40
Menurut laporan Jackson Diehl dari The Washington
Post pada pertengahan 1992: "Dalam waktu 25 tahun sejak
memenangkan perang Arab-Israel 1967,
Israel telah berubah dari sebuah negara Spartan, sosialis,
terisolasi, dan sangat militeris menjadi suatu masyarakat
konsumen modern yang dijajah dengan kebudayaan sekular
Barat. Dalam dasawarsa terakhir, terutama, telah terjadi
ledakan kekayaan dan konsumsi."41
Namun ekonomi sosialis yang mendasar di Israel tengah
mengalami kejatuhan. Sebagaimana pengamatan Martin Baral,
orang yang selamat dari bencana itu dan kini menjadi
industrialis di Amerika: "Israel telah melakukan bunuh diri
ekonomi sejak awal mula berdirinya negara
itu."42 Dia
mencatat bahwa David Ben-Gurion dan semua pemukim Zionis
pertama di Palestina adalah orang-orang sosialis dan komunis
dari Eropa Timur yang mengabdi pada ekonomi terkontrol.
Nasihat Baral, seperti juga nasihat banyak ahli ekonomi yang
telah menelaah kekacauan ekonomi Israel, adalah menjual
perusahaan-perusahaan milik negara seperti telepon, kimia,
pesawat terbang, pertahanan, dan industri-industri lain ke
pihak swasta; mengurangi birokrasi yang berlebihan, yang
menghalangi usaha bebas secara drastis; dan menurunkan
pajak.
Satu akibat dari sistem arahan pemerintah itu adalah
bahwa Israel secara proporsional mempunyai bisnis kecil yang
lebih sedikit dibanding negara-negara Barat. Angka
pengangguran Israel yang tetap bertahan di atas 10 persen
bisa sangat dikurangi jika bisnis kecil dibiarkan
berkembang, menurut Baral, sebab bisnis semacam itu dapat
menyediakan "jalan tercepat untuk mengurangi
pengangguran."
Seperti dikatakan Perdana Menteri Yitzhak Rabin dalam
pidato pelantikannya pada pertengahan 1992: "Terdapat
terlalu banyak pekerjaan tulis menulis dan terlalu sedikit
produktivitas."43
OMONG KOSONG
"Amerika dan Israel mempunyai ikatan khusus
yang sama. Hubungan kami unik di antara semua
negara." --Bill Clinton, kandidat presiden
Demokrat,199244
FAKTA
Para pemimpin Israel secara teratur dan kasar mengecam
Amerika Serikat dengan cara-cara yang digambarkan oleh
penulis Inggris Eric Silver sebagai "serangan paling tajam
yang pernah diarahkan oleh seorang mitra yunior kepada
pelindungnya yang kuat dan kaya."45
Silver mengacu pada serangan Perdana Menteri Menachem
Begin terhadap Duta Besar AS Samuel Lewis, salah seorang
sahabat terdekat Israel, setelah Amerika Serikat untuk
sementara menangguhkan persetujuan persekutuan strategis
barunya dengan Israel pada 1981. Begin memanggil Lewis ke
rumahnya dan menyatakan: "Kalian tidak mempunyai hak moral
untuk mengkhutbahi kami mengenai korban-korban sipil. Kami
telah membaca sejarah Perang Dunia Kedua dan kami tahu apa
yang terjadi pada penduduk sipil ketika kalian menjalankan
aksi terhadap musuh. Kami juga telah membaca sejarah tentang
Perang Vietnam dan frasa kalian 'penghitungan mayat.'...
Apakah kami sebuah negara pengikut? Sebuah republik mainan?
Apakah kami pemuda empat belas tahun, sehingga jika kami
tidak bertingkah laku baik buku-buku jari kami akan
dipukul?... Bangsa Israel telah hidup selama 3.700 tahun
tanpa memorandum of understanding dengan Amerika --dan ia
akan terus hidup tanpa itu untuk masa 3.700 tahun
lagi."46
Ketika Menteri Luar Negeri Alexander Haig, yang oleh
sejumlah kritikus diyakini telah secara rahasia memberi
lampu hijau pada Israel untuk menyerang Lebanon pada
1982, secara resmi mendesak Begin
untuk tidak melaksanakan serangan itu, Perdana Menteri itu
menembak balik:"47
Tuan Menteri, sahabat baik saya, belum pernah ada orang yang
akan mendapatkan persetujuan dari saya untuk membiarkan
orang-orang Yahudi dibunuh oleh musuh yang haus darah dan
membiarkan mereka yang bertanggung jawab terhadap
mengalirnya darah itu untuk menikmati kekebalan
hukum."48
Menteri Luar Negeri George Shultz, yang dianggap oleh
orang-orang Israel sebagai salah seorang sahabat terbaik
mereka di Washington, memperingatkan Israel pada akhir 1984
bahwa ia tidak akan mendapatkan tambahan dana darurat
sebanyak $800 juta --memuncaki $2,6 milyar dana bantuan
regularnya tahun itu-- kecuali jika ia menjalankan upaya
pengetatan ekonomi. Sebagai jawaban atas nasihat itu,
Menteri Koordinasi Ekonomi Israel Gad Yaacovi berkata:
"Israel tidak membutuhkan khutbah moral dari Amerika
Serikat. Tanggung jawab terhadap bangsa Yahudi berada di
tangan bangsa Yahudi semata."49
Ketika Pemerintahan Carter mendesak Israel agar mundur
dari Tepi Barat, Menteri Luar Negeri Moshe Dayan dengan
angkuhnya menyatakan pada 1979: "Saya tahu kalian
orang-orang Amerika mengira kalian akan memaksa kami keluar
dari Tepi Barat. Tetapi kami di sini dan kalian di
Washington. Apa yang akan kalian lakukan kalau kami
mempertahankan pemukiman-pemukiman? Menjerit-jerit? Apa yang
akan kalian lakukan jika kami menahan angkatan bersenjata di
sana? Mengirim pasukan?"50
Hinaan-hinaan itu tak juga berhenti. Seorang anggota
kabinet Shamir, Menteri Ilmu Pengetahuan Yuval Neeman,
mengatakan tentang Presiden George Bush pada 1992: "Kami
belum pernah melihat di Amerika Serikat sebuah rezim
anti-Yahudi dan anti-Israel seperti yang sekarang
ini."51
Catatan kaki:
1 Teks itu terdapat dalam
Near East Report, 13 luli 1992.
2 Ball, The Passionate
Attachment, 153- 54; Keller, Terrible Days,
78-86.
3 Nyrop, Israel: A
Country Study, 105.
4 Sachar, A History of
Israel, 379.
5 Teks itu terdapat dalam
Journal of Palestine Studies, Musim Semi 1991,
139.
6 Konferensi pers,
disiarkan oleh CNN, 11 Agustus 1992.
7 Glenn Frankel,
Washington Post, 31 Oktober 1987. Juga lihat Thomas
L. Friedman, New York Times, 8 November 1987; Amnesti
Internasional, Amnesty Report: 1988,139; Stanley
Cohen, "Talking about Torture in Israel;" Tikkun,
November/ Desember 1992.
8 Jack Redden,
Washington Post, 5 November 1991.
9 Bethell, The
Palestine Triangle, 277-78.
10 Steven, The
Spymasters of Israel, 145-47. Juga lihat Ball, The
Passionate Attachment, 251-52; Bar-Zohar,
Ben-Gurion, 301-2; Nakhleh, Encyclopedia of the
Palestine Problem, 832; Neff, Warriors for
Jerusalem, 101-2; Raviv dan Melman, Every Spy a
Prince, 122-25.
11 Ostrovsky dan Hoy,
By Way of Deception, 23.
12 William Scott
Malone, David Halevy dan Sam Hemmingway, Washington
Post rubrik Outlook, 10 Februari 1991. Juga lihat Glenn
Frankel, Washington Post, 16 Januari 1992; Kevin
Toolis, "The Man behind Iraq's Supergun," New York Times
Magazine, 26 Agustus 1990; Cockburn, Dangerous
Liaison, 301-6.
13 David Halevy dan
Neil C. Livingstone, 'The Killing of Abu Jihad,"
Washingtonian, Juni 1988; Peter Kerr, New York
Times, 17 April 1988.
14 Livingstone dan
Halevy, Inside the PLO, 43-58; Raviv dan Melman,
Every Spy a Prince, 397.
15 Konferensi pers,
disiarkan oleh CNN, 11 Agustus 1992.
16 Nora Boustany,
Washington Post, 1 Agustus 1989. Juga lihat Jackson
Diehl, Washington Post, 29 Juli 1989; Ball, The
Passionate Attachment, 251-52; Cooley, Payback,
155-56, 169.
17 David Hoffman dan
Ann Devroy, Washington Post, 1 Agustus 1989
18 Donald Lamboro,
Washington Times, 7 Agustus 1989.
19 Kementerian Luar
Negeri AS, Country Report on Human Rights Practices for
1991, Februari 1992, 1440-55; teks itu direproduksi
dalam Journal of Palestine Studies, Musim Semi
1992,114-24. Juga lihat laporan untuk tahun- tahun
sebelumnya,1990, 1989, dan 1988.
20 Pidato pertemuan
makan siang di Capitol Hill, Rayburn Building, 14 Juni
1989.
21 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 249.
22 Ahli ekonomi Israel
Steven Pault, seorang dosen senior di University of Haifa,
mengatakan bahwa ekonomi Israel bukanlah sosialis dalam
pengertian tradisional, melainkan lebih tepat "politikalis."
Yang dimaksudkannya dengan itu adalah "sumber-sumber
dialokasikan dan harga ditetapkan melalui suatu proses
politik yang sangat rumit... Proses itu mencakup keadaan
politik yang saling mempengaruhi dari berbagai kelompok
kepentingan dan agen yang bersaing dalam sektor
pemerintahan." Akibatnya, kata Pault, "jumlah pasar dan
keputusan ekonomi yang tergantung pada janji yang diberikan
atau uang pemerintah pusat yang disediakan untuk mendapatkan
popularitas dalam pemilihan umum di Israel yang belum pernah
terjadi di dunia demokrasi." Lihat Steven Pault, "Pork in
Israel," National Interest, Musim Panas 1992.
23 Jim McGee,
Washington Post, 3 Oktober 1991.
24 Clyde Mark, "Israel:
U.S. Foreign Assistance Facts," Divisi Pertahanan Nasional
dan Urusan Luar Negeri, Pelayanan Riset Kongres, diperbarui
5 juli 1991.
25 Joel Brinkley,
New York Times, 4 Mei 1991.
26 Steven Pault, "Pork
in Israel," National Interest, Musim Panas 1992.
27 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 248.
28 Joel Brinkley,
New York Times, 4 Mei 1991.
29 Jim McGee,
Washington Post, 3 Oktober 1991.
30 Joel Brinkley,
New York Times, 5 Oktober 1989.
31 Keller, Terrible
Days, 17-19.
32 Sachar, A History
of Israel, 412. Juga lihat Alvin Rabushka, Scoreboard
on the Israeli Economy: A Review of 1989, Institut untuk
Telaah-telaah Politik dan Strategi Maju (Jerusalem),
Februari 1990.
33 Sachar, A History
of Israel, 833.
34 Ball, The
Passionate Attachment, 302.
35 Ralph Z. Hallow,
Washington Times, 15 Februari 1990.
36 Dikutip dalam
Ibid.
37 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 249.
38 Telaah Export-Import
Bank tahun 1991, dilaporkan dalam Jim McGee, Washington
Post, 3 Oktober 1991.
39 Ball, The
Passionate Attachment, 168.
40 Kantor Akunting Umum
AS, "US Assistance to the State of Israel, Report by the
Comptroller General of the United States;" GAO/ID-85-51, 24
Juni 1983. Konsep awal yang belum disensor dari laporan itu
dapat ditemukan dalam El-Khawas dan Abed-Rabbo, American
Aid to Israel, 114-91. Juga lihat Fred Hiatt,
Washington Post, 25 Juni 1983. The New York
Times mencetak kisah tentang telaah itu, 26 Juni 1983,
sebagaimana Claudia Wright, "US Assistance to the State of
Israel: US General Accounting Office Report," Journal of
Palestine Studies, Musim Gugur 1983,123-36.
41 Jackson Diehl,
Washington Post, 8 Juni 1992.
42Wawancara dengan
penulis, 22 Maret 1992.
43 Dan pidato
pelantikan Rabin pada 1992, teks dalam Pelayanan Informasi
Siaran Luar Negeri, 14 Juli 1992, 23-27.
44 Dari perkataan
Clinton pada konvensi B'nai B'rith pada 1992, Washington,
D.C., 9 September 1992.
45 Silver,
Begin, 145.
46 Kutipan itu terdapat
dalam New York Times, 21 Desember 1981, dan Institute
for Palestinian Studies, International Documents on
Palestine 1981, 429-31. Juga lihat Silver, Begin,
45-46.
47 Lihat, sebagai
contoh, Schiff dan Ya'ari, Israel's Lebanon War, 74,
dan Cockburn, Dangerous Liaison, 328.
48 Ball, Error and
Betrayal in Lebanon, 35.
49 Editorial,
Washington Post, 3 Januari 1985.
50 Tillman, The
United States in the Middle East, 166.
51 Jackson Diehl,
Washington Post, 20 Januari 1992.
|