dengan pengetahuan modern (1/4) | |
|
KONFRONTASI RIWAYAT KITAB SUCI DENGAN PENGETAHUAN MODERN (1/6) Riwayat Qur-an dan Bibel mengenai menetapnya Bani Israil di Mesir dan keluarnya mereka itu dari negeri tersebut merupakan aspek-aspek yang dapat dijadikan bahan konfrontasi dengan pengetahuan baru, walaupun dengan proporsi yang tidak sama, karena ada aspek-aspek yang menimbulkan bermacam-macam problema, dan ada aspek-aspek yang tidak menimbulkan diskusi. 1. PENYELIDIKAN TENTANG PERINCI RIWAYAT-RIWAYAT ORANG YAHUDI DI MESIR Dengan tidak mengandung resiko kesalahan, dan sesuai dengan yang tersebut dalam Bibel (Kejadian 15, 13 dan Keluaran 12, 40) kita dapat mengatakan bahwa orang-orang Yahudi menetap di Mesir selama 400 atau 430 tahun. Perbedaan antara Kejadian dan Keluaran tidak begitu penting karena hanya mengenai waktu 30 tahun; menetapnya kaum Yahudi di Mesir dimulai dengan kedatangan Yusuf anak Ya'kub dan saudara-saudara Yusuf ke negeri itu, lama sesudah zaman Ibrahim. Di samping Bibel yang memuat riwayat yang saya sebutkan di atas, dan Qur-an, yang menyebutkan menetapnya Israil di Mesir dengan tidak memberi keterangan kronologi, kita manusia tidak mempunyai dokumen lain yang dapat memberi keterangan tentang hal ini. Pada waktu ini, mulai dari P. Montet sampai Daniel-Rops, orang berpendapat bahwa kedatangan Yusuf dan keluarganya terjadi pada waktu yang sama dengan gerakan Hyksos berhijrah ke Mesir pada abad XVII S.M. Waktu itu, di Avaris ada seorang raja Hyksos yang menyambut kedatangan Yusuf dan saudara-saudaranya dengan baik. Perkiraan tersebut bertentangan dengan Bibel Kitab Raja-raja yang pertama (6, 1) yang mengatakan bahwa keluarnya Bani Israil dari Mesir terjadi 480 tahun sebelum pembangunan Candi Sulaiman (± th. 971 S.M.). Jadi menurut perkiraan ini, exodus terjadi pada tahun 1450 S.M., dan masuknya Bani Israil ke Mesir terjadi kira-kira pada tahun 1850-1880. Akan tetapi orang sekarang memperkirakan bahwa Nabi Ibrahim hidup di sekitar waktu itu, dan antara Ibrahim dan Yusuf terdapat perbedaan waktu 250 tahun, menurut riwayat Injil. Maka paragraf daripada Kitab Raja-raja pertama dalam Injil secara kronologi tidak dapat diterima. Kita akan melihat bahwa teori yang kita pertahankan di sini tidak hanya bertentangan dengan teks yang tersebut dalam Kitab Raja-raja pertama, akan tetapi kekeliruan kronologi dalam teks Kitab Raja-raja pertama tersebut menghilangkan nilai teks tersebut sendiri. Di luar hal-hal yang tersebut dalam Bibel, bekas-bekas yang ditinggalkan oleh orang Yahudi di Mesir sangat kabur. Tetapi terdapat Dokumen hieroglyphik (bahasa Mesir Kuno) yang mengatakan bahwa di Mesir terdapat satu kelompok pekerja yang disebut Aperu atau Haperu atau Habiru yang banyak orang mengidentifikasikan dengan orang Ibrani, secara benar atau salah. Yang dimaksudkan dengan kelompok tersebut adalah pekerja-pekerja pembangunan, pekerja-pekerja pertanian, pembuat anggur dan lain-lain. Dari mana mereka itu datang? Sangat sulit untuk dijawab. Sebagaimana ditulis oleh R.P. de Vaux, mereka itu bukan penduduk asli, mereka tidak mempersatukan diri mereka dalam suatu kelompok masyarakat dan mereka tidak mempunyai pekerjaan atau kedudukan yang sama di antara mereka. Di bawah pemerintahan Raja Tutmes III suatu dokumen papirus mengatakan bahwa mereka itu adalah pekerja untuk pemeliharaan kuda. Kita mengetahui bahwa Amenophis II pada abad XV S.M. telah mendatangkan mereka sebagai orang-orang hukuman dari Kan'an, karena mereka itu menurut R. P.de Vaux merupakan bagian penting daripada penduduk Syria Palestina. Pada kira-kira tahun 1300 S.M., di bawah pemerintahan Sethi Pertama, orang-orang Aperu tersebut menimbulkan kekacauan di Kan'an, di daerah Beth-Shean. Di bawah Ramses II, mereka itu dipekerjakan sebagai pengangkut barang-barang atau tiang-tiang untuk pekerjaan pembangunan (seperti pylon atau bangunan monumen Ramses Miamon). Kita tahu pula dari Bibel bahwa orang-orang Yahudi pada zaman pemerintahan Ramses membangun ibu kota utara, kota Ramses. Dalam buku-buku Mesir Kuno, terdapat pernyataan tentang Aperu pada abad XII, dan untuk yang terakhir pada zaman Ramses III . Tetapi Aperu hanya disebutkan di Mesir; apakah istilah itu dapat dipakai khusus untuk menunjukkan orang Yahudi? Barangkali perlu kita ingat bahwa perkataan itu dapat berarti pekerja paksa, dengan tidak menunjukkan dari mana asalnya; jadi kata tersebut menunjukkan pekerjaan kelompok. Apakah kita tidak dapat membandingkan hal tersebut dengan kata: "Suisse" dalam bahasa Perancis yang berarti penduduk Switzerland, atau serdadu Swiss dalam kerajaan Perancis, atau pengawal Vatikan atau pegawai Gereja Kristen? Bagaimanayun juga di bawah pemerintah Ramses II, orang-orang Yahudi (menurut Bibel) atau Aperu (menurut teks hieroglyphik) mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan besar yang diperintahkan oleh Fir'aun dan yang dapat kita namakan, kerja paksa. Kita tidak syak lagi bahwa Ramses II, adalah penindas orang-orang Yahudi. Kota-kota Ramses dan Pitom yang disebutkan dalam kitab Keluaran, dibangun pada bagian Timur Delta Nil. Desa Tanis dan Qantir sekarang, terpisah oleh jarak 25 kilometer antara satu dan lainnya, tepat pada tempat dua kilometer tersebut, yaitu Ibukota yang didirikan oleh Ramses II. Dan Ramses II ini adalah Fir'aun yang menindas Bani Israil. Dalam konteks inilah Musa dilahirkan. Kita telah melihat dalam paragraf-paragraf sebelum ini kisah bagaimana ia diselamatkan danpada air sungai Nil. Nama Musa adalah nama Mesir. Dalam karangannya yang berjudul: Mesir dan Bibel, P. Montet telah menunjukkan hal ini. Mesw atau Mesy terdapat dalam daftar kamus yang memuat nama-nama orang-orang dalam bahasa Mesir yang ditemukan oleh Ranke. Musa adalah nama tersebut ditulis dengan huruf Arab dalam Qur-an. PENDERITAAN MESIR Di bawah nama penderitaan-penderitaan, Bibel menyebutkan sepuluh hukuman yang ditimpakan oleh Tuhan dan memberikan perincian-perincian pada tiap-tiap penderitaan tersebut. Banyak daripada penderitaan-penderitaan itu yang mempunyai aspek adikodrati. Qur-an hanya menyebutkan lima, yang sebenarnya hanya fenomena alamiah yang dibesar-besarkan, yaitu banjir, belalang, penyakit kulit, katak dan darah. Merajalelanya belalang dan katak disebutkan dalam Injil. Injil menyebutkan bahwa air sungai Nil dirubah menjadi darah yang membanjiri negeri; Qur-an menyebutkan darah, tetapi tanpa perinci-perinci, jadi kita dapat membentuk hipotesa apa saja mengenai darah tersebut. Penderitaan-penderitaan lainnya, yaitu nyamuk, serangga, tumor kulit, butiran es, kegelapan dan matinya bayi yang dilahirkan pertama serta matinya binatang-binatang, yang disebutkan oleh Bibel, berasal dari sumber-sumber yang bermacam-macam, seperti riwayat banjir yang dibentuk dengan campuran (selingan) dari dua sumber. JALAN YANG DITEMPUH OLEH EXODUS Qur-an tidak menyebutkan sesuatu jalan, tetapi Bibel menunjukkan satu jalan dengan pasti. R.P. de Vaux dan P. Montet, masing-masing telah mempelajari jalan itu. Permulaan Exodus ada di Tanis-Qantir, tetapi untuk seterusnya, tak terdapat bekas-bekas yang akan menguatkan riwayat Bibel, sehingga orang tak dapat mengatakan di mana tempat lautan itu membelah dengan memungkinkan lewatnya kelompok Masa. MUKJIZAT LAUTAN Orang menggambarkan adanya air surut yang disebabkan oleh faktor astronomik, atau faktor sesmik (gempa) yang disebabkan oleh letusan gunung yang jauh. Mungkin orang-orang Yahudi mengambil kesempatan surutnya air laut, sedangkan orang-orang Mesir yang mengejar mereka telah dibinasakan oleh pulihnya keadaan air. Tetapi semua ini hanya hipotesa belaka. 2. PENEMPATAN EXODUS DALAM KRONOLOGI FIR'AUN Untuk menentukan waktu terjadinya Exodus kita dapat sampai kepada hal-hal yang positif. Dari semenjak waktu yang sudah lama, orang mengatakan bahwa Meneptah pengganti Ramses II adalah Fir'aun Exodusnya Musa. Maspero seorang Perancis ahli ilmu sejarah Mesir pada permulaan abad XX, menulis pada tahun 1900 dalam karangannya: Petunjuk bagi pengunjung musium Cairo, bahwa "Meneptah, menurut dokumen-dokumen dari Iskandariyah adalah Fir'aunnya Exodus, yakni Fir'aun yang binasa di lautan merah." Saya tidak dapat melihat dokumen yang oleh Maspero dijadikan dasar bagi pernyataannya, akan tetapi reputasi Maspero yang sangat serius mendorong kita untuk memberi nilai kepada apa yang dikatakan olehnya. Selain P. Montet, sangat jarang ahli sejarah Mesir atau spesialis penafsiran Bibel yang menyelidiki argumen-argumen yang menyokong atau menyanggah hipotesa tersebut. Sebaliknya dalam beberapa puluh tahun yang terakhir telah muncul hipotesa-hipotesa yang berlain-lainan yang nampaknya telah dilontarkan untuk menunjukkan persesuaian dengan suatu perinci dalam riwayat Bibel, tetapi pencetus hipotesa itu tidak melihat aspek-aspek lain daripada riwayat-riwayat Bibel. Itulah sebabnya kita mendapatkan hipotesa-hipotesa yang kelihatannya sesuai dengan suatu aspek daripada riwayat Bibel, akan tetapi pencetus hipotesa tersebut tidak mau menghadapkan hipotesanya dengan hal-hal lain yang tersebut dalam kitab suci (bukan saja dengan Bibel) dan juga, pada waktu yang sama dengan hasil-hasil penyelidikan sejarah, arkeologi dan lain-lain. Di antara hipotesa-hipotesa baru yang sangat ajaib adalah hipotesanya S. de Miceli ( 1960) yang mengakui telah dapat menentukan waktu Exodus, yakni pada tanggal 9 April 1495 S.M., dari hal tersebut disandarkan semata-mata kepada perhitungan kalender. Jika kita mengikuti pengarang ini, maka Fir'aunnya Exodus adalah Tutmes II yang memerintah Mesir pada waktu itu. Oleh karena dikatakan bahwa pada mumia Tutmes II terdapat bekas-bekas penyakit kulit yang dinamakan penyakit lepra oleh pengarang tersebut dengan tak ada penjelasan lebih lanjut, dan oleh karena salah satu penderitaan vang menimpa Mesir vang disebutkan oleh Bibel adalah penyakit kulit, maka dengan begitu, hipotesa S. de Miceli tersebut telah dibuktikan kebenarannya. Rekonstruksi yang aneh tersebut tidak mengindahkan fakta-fakta lain dalam riwayat Bibel, khususnya mengenai disebutkannya kota Ramses. Dengan disebutkan kota Ramses dalam Bibel maka tiap-tiap hipotesa tentang waktunya Exodus yang digambarkan sebagai terjadi sebelum Ramses memerintah adalah sangat lemah. Mengenai bekas-bekas penyakit kulit yang terdapat pada mumia Tutmes II, hal tersebut tak cukup untuk membuktikan bahwa Tutmes II adalah Fir'aunnya Exodus, oleh karena anaknya, yakni Tutmes III dan cucunya, yakni Amenophis II semuanya menunjukkan bekas-bekas penyakit kulit; beberapa pengarang melontarkan hipotesa bahwa penyakit semacam itu adalah penyakit keluarga saja. Dengan begitu maka hipotesa bahwa Tutmes II adalah Fir'aun Exodus tak dapat dipertahankan. Hal yang serupa dicetuskan oleh Daniel Raps dalam bukunya: Le Peuple de la Bibel ('Bangsa yang dibicarakan' dalam Bibel). Ia mengatakan bahwa Amenophis II adalah Fir'aunnya Exodus. Hipotesa itu tidak lebih kuat daripada hipotesa yang pertama. Dengan alasan bahwa, bapaknya, Tutmes III terlalu nasionalis, Daniel Raps mengatakan bahwa Amenophis II adalah penindas orang-orang Yahudi, dan ibu tirinya, yang bernama ratu Hatshep-sout (dengan tidak ada keterangan sesuatupun) adalah wanita yang mengambil Musa dari sungai. (bersambung 2/6) |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |