dengan pengetahuan modern (2/4) | |
|
KONFRONTASI RIWAYAT KITAB SUCI DENGAN PENGETAHUAN MODERN (2/6) R.P. de Vaux mendasarkan hipotesanya dalam bukunya Sejarah Kuno bangsa Yahudi, bahwa Ramses II adalah Fir'aunnya Exodus atas dasar yang lebih kokoh. Hipotesa tersebut walaupun tidak sesuai sepenuhnya dengan riwayat Bibel, namun mempunyai sesuatu keunggulan yaitu, telah menunjukkan fakta yang penting, yakni bahwa Ramses II telah memerintahkan mendirikan kota-kota Ramses dan Pitom, yaitu kota-kota yang tersehut dalam Bibel. Orang tidak akan menggambarkan bahwa Exodus itu dapat terjadi sebelum Ramses II menjadi Raja, yaitu menurut kronologõ Driaton dan Vandier pada tahun 1301 S.M. dan menurut Rowton pada tahun 1290 S.M. Dua hipotesa yang tersebut di atas tak dapat diterima karena pertimbangan bahwa Ramses II adalah Fir'aunnya penindasan yang dibicarakan oleh BibeL R. P. de Vaux berpendapat bahwa Exodus terjadi pada pertengahan pertama atau di tengah-tengah pemerintahan Ramses II. Datum yang diberikan oleh R.P. de Vaux tidak tepat sama sekali. Ia mengusulkan waktu tersebut agar dapat memberi waktu kepada pengikut-pengikut Musa untuk menetap di Kan'an dan kepada penggantl Ramses II, Fir'aun Mineptah untuk membereskan soal perbatasan ketika bapaknya meninggal dan untuk mengkoreksi Bani Israil, sebagai yang tertulis dalam suatu monumen tahun V daripada pemerintahannya. Ada dua argumentasi yang dapat menyangkal hipotesa tersebut. a. Bibel menerangkan dalam kitab Keluaran (2, 23) bahwa raja Mesir meninggal ketika Musa menetap di negeri Madyan. Raja Mesir ini digambarkan dalam kitab Keluaran sebagai raja yang memerintahkan orang-orang Yahudi mendirikan kota Ramses dan Pitom dengan kerja paksa. Raja itu ialah Ramses II. Dengan begitu maka Exodus hanya dapat terjadi pada zaman penggantinya. Tetapi R.P. de Vaux rupanva lupa sumber dalam Bibel, yakni kitab Kejadian fasal 2 ayat 23. b. Yang lebih mengherankan lagi, ialah bahwa R.P. de Vaux yang direktur Sekolah Bibel di Yerusalem itu tidak menyebutkan dua paragraf yang sangat penting dalam Bibel ketika membicarakan teorinya tentang Exodus. Dua paragraf tersebut mengatakan bahwa Fir'aun mati dalam mengejar pelarian-pelarian. Hal ini menjadikan waktu Exodus tidak lain kecuali pada akhir pemerintahannya. Perlu diulangi di sini bahwa sesungguhnya tidak disangsikan lagi bahwa Fir'aun mati dalam mengejar Bani Israil. Kitab Keluaran fasal 13 dan 14 dengan jelas menyebutkan hal ini. Fir'aun mempersiapkan keretanya dan memimpin tentaranya ( 14, 6). Raja Mesir mengejar orang-orang Israil memimpin tentaranya (14, 8). Air laut pasang lagi dan menenggelamkan kereta-kereta dan penunggang kuda daripada tentara Fir'aun yang telah masuk di laut di belakang orang-orang Yahudi. Tak ada seorang pun yang tinggal (14, 28). Pujian 136 daripada Dawud menguatkan kematian Fir'aun, memohon kepada Yahweh, yang menenggelamkan Fir'aun, dan tentaranya dalam lautan yang penuh tumbuh-tumbuhan (136, 15). Dengan begitu, ketika Musa masih hidup, ada seorang Fir'aun yang mati ketika Musa menetap di Madyan, dan ada lagi seorang Fir'aun yang mati dalam peristiwa Exodus. Jadi tak ada Fir'aunnya Musa, tetapi ada dua Fir'aun, yaitu Fir'aun yang menindas orang Yahudi dan Fir'aunnya Exodus. Hipotesa R.P. de Vaux yang mengatakan bahwa Ramses II adalah Fir'aun Exodus tidak memuaskan karena tidak memberi penjelasan yang menyeluruh. Pemikiran-pemikiran di bawah ini akan membawa argumen-argumen tambahan yang menolaknya. 3. RAMSES II FIR'AUN PENINDASAN, MINEPTAH FIR'AUN EXODUS P. Montet mengambil dan tradisi asli dari Iskandariyah23 yang disebutkan oleh Maspero dan yang ditemukan lagi lama sesudah itu dalam tradisi Islam dan dalam tradisi Kristen Kuno.24 Teori tersebut ditulis dalam buku "Mesir dan Bibel" karangan Delachaux dan Niestle, serta diperkuatkan dengan dokumen-dokumen tambahan, khususnya yang berhubungan dengan riwayat Qur-an yang tidak pernah disinggung oleh ahli arkeologi besar itu. Sebelum mempelajari teori tersebut marilah kita kembali kepada Bibel. Kitab Kejadian memuat nama Ramses, walaupun nama Fir'aun tidak disebutkan. Dalam Bibel, Ramses adalah nama salah satu dari dua kota yang dibangun dengan tenaga kerja paksa orang-orang Yahudi. Sekarang kita mengetahui bahwa dua kota tersebut berada di daerah Tanis Qantir, di bagian timur daripada Delta Nil. Di sana, Ramses menyuruh membangun ibukotanya. Sebelum Ramses II di tempat itu sudah ada bangunan-bangunan, tetapi Ramses II lah yang menjadikan tempat itu penting. Dokumen-dokumen yang ditemukan pada puluhan tahun yang akhir ini memberikan satu bukti yang jelas. Untuk pembangunan itu Ramses memakai tenaga orang Yahudi yang dipaksa kerja. Membaca nama Ramses dalam Bibel tidak mengherankan orang zaman sekarang. Kota itu telah menjadi mashur semenjak Champolion menemukan kunci bahasa hieroglyph (Mesir kuno) 150 tahun yang lalu, dalam mempelajari cin-ciri bahasa tersebut. Jadi sekarang orang sudah terbiasa membacanya dengan mengerti artinya. Tetapi kita perlu mengetahui bahwa bahasa Mesir kuno sudah tidak dikenal orang lagi pada abad III M, dan nama Ramses hanya terdapat dalam Bibel dan beberapa buku Yunani atau Latin yang merubah bentuknya Tacite, dalam karangannya Annales, menyebut nama Ramses. Bibel telah memelihara bentuk nama itu. Nama itu disebutkan empat kali dalam Pentateuqe atau Taurat (Kejadian, 47, 11; Keluaran 1, 11 dan 12, 37; kitab Bilangan 33, 3 dan 33, 5). Dalam bahasa Ibrani, nama Ramses ditulis dengan dua cara: RA(E)MSS, atau RAEAMSS. Dalam Bibel cetakan Yunani yang dinamakan Septante, bentuk nama itu adalah RAMESSE. Bibel latin (Volgate) menuliskannya Ramesses. Dalam Bibel Clementine edisi Perancis (edisi pertama pada tahun 1621), nama itu ditulis Ramses. Edisi Perancis ini banyak tersiar pada waktu Napoleon melakukan penelitian-penelitian. Dalam karangannya: Ringkasan Sistem Hieroglyphiq Orang Mesir Kuno (cetakan kedua tahun 1828 halaman 276) Champolion membicarakan tentang cara menulis "Ramses" dalam Bibel. Dengan begitu maka Bibel telah memelihara nama Ramses dalam bentuk Ibrani, Yunani dan Latin. Hal tersebut di atas memungkinkan kita untuk mengatakan: a) Exodus tak dapat digambarkan sebelum seorang Ramses memegang pemerintahan Mesir b) Musa dilahirkan di masa pemerintahan raja yang membangun kota Ramses dan Pitom, yakni Ramses II. c) Ketika Musa menetap di negeri Madyan, Fir'aun yang memerintah, yakni Ramses II meninggal. Sejarah Nabi Musa selayaknya terjadi pada zaman pengganti Ramses II, yaitu Mineptah. Di samping hal-hal tersebut, Bibel menyebutkan suatu unsur yang sangat penting untuk menunjukkan waktu terjadinya Exodus, yaitu bahwa ketika Musa menjalankan perintah Tuhan untuk meminta agar Bani Israil dimerdekakan, ia sudah berumur 80 tahun. Kitab Keluaran 7, 7: Musa berumur 80 tahun dan Harun berumur 83 tahun ketika mereka berbicara kepada Fir'aun. Di lain pihak, Kitab Keluaran, 2, 23 menyebutkan bahwa Fir'aun yang memerintah ketika Musa dilahirkan, telah meninggal ketika Musa menetap di negeri Madyan; walaupun riwayat Bibel tersebut tidak menunjukkan pergantian nama Raja. Dua ayat dalam Bibel tersebut mengandung arti bahwa jumlah waktu berkuasanya dua Fir'aun yang memerintah Mesir ketika Musa hidup di situ adalah sedikitnya 80 tahun. Di pihak lain Ramses II memerintah selama 67 tahun (dari tahun 1301 sampai tahun 1235 S.M.) menurut perhitungan Driaton dan Vandier, atau dan tahun 1290 sampai tahun 1224 S.M. menurut perhitungan Rowton. Ahli-ahli sejarah Mesir tak dapat memberikan angka tepat tentang lamanya pemerintahan Mineptah, pengganti Ramses II, tetapi masa itu sedikitnya 10 tahun, karena tahun ke 10 daripada pemerintahannya diperingati oleh beberapa dokumen seperti yang diterangkan oleh R. P. de Vaux. Pengarang Manelhon mengirakan 20 tahun untuk masa pemerintahan Mineptah. Driaton dan Vandier memberikan dua kemungkinan, mungkin hanya 10 tahun dari tahun 1224 sampai tahun 1214 S.M., atau 20 tahun dari tahun 1224 sampai tahun 1204 S.M.; ahli sejarah Mesir tidak tahu secara pasti bagaimana pemerintah Mineptah berakhir. Yang diketahui orang adalah bahwa setelah Mineptah, Mesir mengalami krisis dalam negeri yang berat selama kira-kira seperempat abad. Walaupun kronologi raja-raja Mesir tidak tepat, kita dapat mengatakan bahwa selama Kerajaan Baru tak terdapat dua masa pemerintahan Raja yang berturut-turut yang dapat mencapai atau melebihi 80 tahun kecuali periode Ramses II-Meneptah, Pemberitaan Bibel mengenai umur Musa ketika ia memikirkan pembebasan kaum Yahudi hanya dapat dimasukkan dalam rangka kesinambungan antara Pemerintahan Ramses II dan pemerintahan Mineptah. Dengan begitu kita dapat mengatakan bahwa Musa lahir pada permulaan Pemerintahan Ramses II, berada di Madyan ketika Ramses II meninggal dunia setelah memerintah selama 67 tahun, kemudian Musa menjadi pembela kaum Yahudi dan menghadapi Mineptah anak dan pengganti Ramses II. Hikayat itu mungkin terjadi pada pertengahan kedua daripada pemerintahan Mineptah jika ia memerintah selama 20 tahun, dan hal ini sesuai dengan pendapat Rowton. Kemudian Musa memimpin orang-orang Yahudi keluar dari Mesir pada akhir pemerintahan Mineptah, karena raja itu binasa ketika mengejar orang-orang Yahudi yang meninggalkan Mesir seperti yang diterangkan oleh Qur-an dan Bibel. Kerangka berpikir ini sangat sesuai dengan riwayat kitab suci tentang masa kecilnya Musa dan bagaimana ia diambil oleh keluarga Fir'aun. Kita tahu bahwa Ramses II sudah sangat tua waktu ia mati; ada yang mengatakan ia berumur 90 tahun atau 100 tahun; menurut hipotesa ini, pada perrnulaan pemerintahannya, Ramses berumur 23 atau 33 tahun, yakni permulaan masa kekuasaannya yang berlangsung selama 67 tahun. Pada umur muda itu ia mungkin sudah kawin. Tidak ada kontradiksi antara riwayat "Musa ditemukan di sungai oleh keluarga Fir'aun" menurut Qur-an dengan campur tangan isteri Fir'aun yang meminta daripadanya supaya membiarkan anak itu hidup. Bibel mengatakan bahwa yang menemukan Musa di sungai itu anak perempuan Fir'aun. Ramses yang sudah kita ketahui umurnya pada permulaan pemerintahannya, mungkin saja punya anak perempuan yang dapat menemukan Musa, si bayi yang ditingalkan keluarganya. Dengan begitu maka riwayat Qur-an dan nwayat Bibel tidak bertentangan. Hipotesa yang kita susun di sini adalah secara mutlak, sesuai dengan Qur-an. Tetapi bertentangan dengan suatu paragraf dalam Bibel, yaitu ayat pertama dari fasal 6 dalam Kitab Raja-raja pertama (perlu ditegaskan bahwa paragraf tersebut tidak merupakan bagian dari Taurah). Paragraf tersebut sangat disangsikan dan R.P. de Vaux menolak kronologi daripada fasal ini dalam Perjanjian Lama, yaitu kronologi yang mengatakan bahwa waktu larinya Bani Israil dari Mesir terjadi sesudah dibangunnya Candi Nabi Sulaiman. Bahwa hal tersebut masih menjadi pembahasan menyebabkan kita tidak dapat memberi nilai positif kepadanya, karena bertentangan dengan teori yang kita bicarakan di sini. (bersambung 3/6) |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |