| |
|
------------------------------------------------------------ 20. ASAL-USUL MANUSIA DAN TRANSFORMASI-TRANSFORMASI BENTUK MANUSIA SEPANJANG ZAMAN (2/5) ------------------------------------------------------------ Beberapa ayat di dalam Al-Quran berikut ini tidak mengandung sesuatu pun kecuali makna spiritual mendalam. Yang lainnya, dalam pandangan saya, merujuk kepada transformasi-transformasi yang tampaknya menunjukkan perubahan-perubahan di dalam morfologi manusia. Yang terkemudian ini menguraikan fenomena yang sepenuhnya bersifat material, yang terjadi di dalam berbagai fase tapi selalu dalam susunan yang tepat. Campur tangan kehendak Tuhan, yang mengatasi segalanya, disebutkan beberapa kali dalam ayat-ayat ini. Hal tersebut tampak dimaksudkan untuk mengarahkan transformasi-transformasi yang terjadi selama suatu proses yang hanya bisa diuraikan sebagai suatu 'evolusi.' Di sini, kata tersebut dipergunakan dengan maksud untuk menunjukkan satu rangkaian modifikasi-modifikasi yang tujuannya adalah untuk sampai kepada satu bentuk definitif (tetap). Tambahan pula, penekanan diberikan kepada gagasan bahwa ke-Mahakuasaan Tuhan tampil pada kenyataan bahwa Ia memusnahkan populasi manusia untuk memberi jalan bagi populasi baru lainnya: hal ini tampak bagi saya sebagai tema-tema utama yang muncul dari himpunan ayat Al-Quran yang disatukan di dalam bab ini. Tak syak lagi, para pengulas terdahulu tidak mampu melihat adanya gagasan bahwa bentuk manusia bisa jadi telah mengalami transformasi. Meskipun demikian, mereka berkehendak untuk mengakui bahwa perubahan-perubahan mungkin saja benar-benar telah terjadi dan mereka mengakui kemaujudan tahapan-tahapan di sepanjang perkembangan embrionik -suatu gejala yang biasa teramati pada seluruh kurun waktu dalam sejarah. Meskipun demikian, hanya pada masa kita inilah, sains modern mengizinkan kita untuk sepenuhnya memahami arti ayat-ayat Al-Quran yang menunjuk kepada tahapan-tahapan berturutan dari perkembangan embrionik di dalam rahim. Pada saat ini kita memang bisa bertanya-tanya apakah perujukan-perujukan di dalam Al-Quran kepada tahap-tahap yang berurutan dari perkembangan manusia, paling tidak pada beberapa ayat, tidak melampaui sekadar pertumbuhan embrionik sedemikian sehingga mencakup transformasi-transformasi morfologi manusia yang terjadi selama berabad-abad. Kemaujudan perubahan-perubahan seperti itu telah secara resmi dibuktikan oleh paleontologi dan buktinya sangat banyak sehingga tak perlu lagi untuk mempertanyakannya. Para penafsir Al-Quran terdahulu barangkali tak punya firasat bakal adanya penemuan-penemuan pada berabad-abad kemudian. Mereka hanya bisa memandang ayat-ayat khusus ini dalam konteks perkembangan embrio, tak ada alternatif lain pada masa itu. Kemudian tibalah bom Darwin yang -melalui pemuntiran terang-terangan teori Darwin oleh para pengikut awalnya- mengekstrapolasikan pengertian tentang suatu evolusi yang bisa diterapkan atas manusia, meskipun tingkat evolusinya belum lagi dibuktikan di dalam dunia hewan. Dalam hal Darwin, teori tersebut didorong sampai ke tingkat ekstrem sedemikian sehingga para peneliti mengklaim sebagai telah memiliki bukti bahwa manusia berasal dari kera -suatu gagasan yang, bahkan pada masa sekarang, tak seorang ahli paleontologi terhormat sekalipun mampu membuktikannya. Meski demikian jelas terdapat satu jurang yang sangat senjang di antara konsep tentang manusia yang berasal dari kera (suatu teori yang sepenuhnya tak bisa dipertahankan) dengan gagasan transformasi-transformasi bentuk manusia di sepanjang waktu (yang telah sepenuhnya dibuktikan). Kerancuan antara keduanya telah mencapai puncaknya ketika mereka digabungkan menjadi satu -dengan hujjah-hujjah yang sangat dicari-cari- di bawah panji kata EVOLUSI. Kerancuan yang tidak menguntungkan ini telah menyebabkan beberapa orang secara salah mengkhayalkan bahwa karena kata tersebut dipergunakan untuk menunjuk manusia, maka ia mesti berarti bahwa, menurut kenyataan itu sendiri, Asal Manusia bisa dilacak hingga kera. Adalah amat penting untuk memahami dengan gamblang perbedaan di antara keduanya; kalau tidak, ada risiko timbulnya kesalahpahaman tentang makna yang dikaitkan kepada beberapa ayat Al-Quran tertentu yang akan saya kutip. Di dalam ayat-ayat ini tak ada satu isyarat yang paling samar-samar pun berkenaan dengan bukti untuk mendukung teori materialistis tentang asal-usul manusia yang amat mengguncangkan kaum Muslim, Yahudi dan Nasrani tersebut. Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah ------------------------------------------------------------ Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua ayat berikut ini, manusia ditampilkan di dalam Al-Quran sebagai suatu wujud yang amat erat berkaitan dengan tanah (perujukan pertama): [Tulisan Arab] "Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari tanah, dan kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan mengeluarkan kamu lagi, sebagai suatu keluaran baru." (QS 71 :17-18) Ayat berikut ini menyebutkan tentang tanah (perujukan nomor 2): [Tulisan Arab] "Dari (tanah) itulah Kami,[5] membentuk kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. " (QS 20:55) Aspek spiritual asal manusia dari tanah ini ditekankan oleh kenyataan bahwa kita mesti kembali ke tanah setelah kematian dan juga oleh gagasan bahwa Tuhan akan mengeluarkan kita lagi pada Hari Pengadilan, suatu makna spiritual yang, sebagaimana telah kita lihat, juga ditegaskan oleh Bibel. Sehubungan dengan penerjemahan di atas, berkenaan dengan perujukan nomor 2, saya ingin menunjukkan kepada baik para pembaca berbahasa Arab maupun yang menguasai bahasa Arab di Barat, kata bahasa Arab khalaqa biasa diterjemahkan dengan kata kerja 'menciptakan'. Tetapi, penting untuk diketahui, bahwa sebagaimana ditunjukkan oleh kamus yang amat baik yang disusun oleh Kasimirski, arti asli kata tersebut adalah 'memberikan suatu proporsi kepada sesuatu atau membuatnya memiliki proporsi atau jumlah tertentu.' Bagi Tuhan (saja), penerjemahan tersebut telah dimudahkan dengan penggunaan kata 'menciptakan,' yakni mewujudkan sesuatu yang sebelumnya tidak maujud. Dengan berbuat demikian, orang-orang yang secara eksklusif menggunakan istilah 'menciptakan' sebagai merujuk kepada tindakan itu, telah gagal menerjemahkan gagasan tentang 'proporsi' yang menyertainya. Penerjemahan yang lebih tepat, barangkali, adalah dengan menggunakan kata 'membentuk' atau 'membentuk dalam proporsi tertentu.' Hal ini akan membawa kita lebih dekat kepada makna asli kata bahasa Arabnya. Inilah sebabnya, kenapa saya telah memilih menggunakan kata 'membentuk' di dalam sebagian besar terjemahan-terjemahan saya, dengan makna yang disiratkan oleh kata bahasa Arab primitifnya. Komponen-Komponen Bumi (Tanah) Dan Pembentukan Manusia ------------------------------------------------------------ Makna spiritual utama asal-usul manusia dari tanah tidak menyingkirkan pengertian, yang ada di dalam Al-Quran, tentang apa yang pada masa kini disebut sebagai 'komponen-komponen' kimiawi tubuh manusia yang bisa ditemukan di tanah[6] agar bisa membawakan pengertian ini yang pada masa kini diakui sebagai tepat secara saintifik kepada orang-orang yang hidup ketika Al-Quran diwahyukan, maka terminologi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pada masa itu harus digunakan. Manusia dibentuk dari komponen-komponen yang dikandung di dalam tanah. Gagasan ini muncul dengan sangat jelas dari berbagai ayat yang di dalamnya elemen-elemen pembentuk tersebut ditunjukkan dengan berbagai nama (perujukan nomor 3): [Tulisan Arab] "Dia telah menyebabkan kamu tumbuh dari bumi (tanat)." (QS 11.61) Gagasan tentang tanah (ardh di dalam bahasa Arab) diulangi pada surah 53 ayat 32. Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 4): [Tulisan Arab] "Maka sesungguhnya Kami telah membentukmu dari tanah gemuk (soil)." (QS 22 :5) Asal manusia dari tanah gemuk (thurab di dalam bahasa Arab) diulangi dalam surah 18 ayat 37, surah 30 ayat 20, surah 35 ayat 11 dan surah 40 ayat 67. Selanjutnya (perujukan nomor 5): [Tulisan Arab] "Dialah yang membentuk kamu dari lempung." (QS 6 :2) Lempung (thin dalam bahasa Arab) dipergunakan dalam beberapa ayat untuk mendefinisikan komponen-komponen pembentuk manusia. Selanjutnya (perujukan nomor 6): [Tulisan Arab] "(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari lempung." (QS 32:7) Penting untuk dicatat dalam hal ini bahwa Al-Quran menunjuk kepada 'awal' suatu penciptaan dari lempung. Hal ini jelas bermakna bahwa tahap yang lain akan segera mengikuti. Meskipun tampak tidak memberikan data baru bagi studi masa kini, kutipan berikut ini diberikan demi kelengkapan. Ayat ini merujuk kepada manusia (perujukan nomor 7): [Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah membentuk mereka dari lempung yang pekat." (QS 37:11) Selanjutnya (perujukan nomor 8): [Tulisan Arab] "Dia membentuk manusia dari lempung, seperti tembikar." (QS 55:14) Citra di atas menunjukkan bahwa manusia 'dimodelkan', sebagaimana ditunjukkan dalam ayat berikut ini. Kita juga bisa menemukan gagasan tentang 'pencetakan' manusia, yang merupakan subyek sub-bagian berikut (perujukan nomor 9): [Tulisan Arab] "Dan sesungguhnya Kami telah membentuk manusia dari lempung, dari lumpur yang dicetak." (QS 15:26) Gagasan yang sama diulangi (perujukan nomor 10): [Tulisan Arab] "Dan sesungguhnya Kami telah membentuk manusia dari suatu saripati lempung." (QS 23 :12) Saya menggunakan kata 'saripati' untuk menerjemahkan istilah bahasa Arab sulalat yang berarti 'sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain' sebagaimana akan kita lihat nanti. Kata tersebut muncul di bagian lain Al-Quran, yang di dalamnya dinyatakan bahwa Asal Manusia adalah sesuatu yang disarikan dari cairan mani; (pada masa kini diketahui bahwa komponen aktif cairan mani adalah organisme sel tunggal yang disebut 'spermatozoon' ). Saya membayangkan bahwa 'saripati lempung' pasti merujuk pada berbagai komponen kimiawi yang menyusun lempung yang disarikan dari air yang dalam hal bobotnya merupakan unsur utama. Air yang di dalam Al-Quran dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan, disebutkan sebagai unsur penting dalam ayat berikut (perujukan nomor 11): [Tulisan Arab] "Dan Dia (pula) yang membentuk manusia dan air, maka Dia jadikan pertalian keturunan (oleh laki-laki) dan kekeluargaan oleh wanita." (QS 25:54) Sebagaimana di tempat lain dalam Al-Quran, 'manusia' yang dirujuk di sini adalah Adam. Beberapa ayat menyinggung penciptaan wanita (perujukan nomor 12): [Tulisan Arab] "Tuhanmu sajalah) yang telah membentuk kamu dari setunggal diri dan darinya menciptakan istrinya." (QS 4:1) Ayat ini diulangi pada surah 7 ayat 189 dan surah 39 ayat 6. Topik yang sama dirujuk dalam peristilahan yang kurang lebih sama dalam surah 30 ayat 21 dan surah 42 ayat 11. Tak akan timbul keraguan bahwa di dalam kedua belas perujukan di atas banyak ruang diberikan kepada perenungan simbolis tentang Asal Manusia, termasuk suatu isyarat yang jelas tentang apa yang akan terjadi atasnya setelah kematiannya, dan mengandung penunjukan-penunjukan kepada fakta bahwa manusia akan kembali ke bumi demi dimunculkan kembali pada Hari Pengadilan. Meskipun demikian, di sana juga tampak adanya perujukan kepada komposisi kimiawi tubuh manusia. ------------- Catatan kaki: 5 Kami menunjukkan Tuhan. 6 Yang dimaksud komponen, atau 'unsur' (istilah-istilah yang digunakan untuk lebih mempermudah membaca teks), ialah materi yang dapat diekstraksi dari bumi dan yang tidak merusak bentuk, yakni berbagai komponen atom yang membentuk molekul; seluruh unsur yang membentuk bagian tubuh manusia ada dalam jumlah yang lebih sedikit atau lebih banyak di bumi. (bersambung 3/5) |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |